Minggu, 01 Februari 2015

Untuk Seseorang yang Ku Anggap sebagai Sahabat

Haloooo!! Apa kabarnya?

Gila, mau bilang halo saja susah banget di kehidupan nyata. Mungkin aku bakal sesenang itu kalau bisa ngobrol lagi sama kamu.

Ah, benar juga. Ini bukan awal yang baik untuk sebuah surat. Ada baiknya aku ulang supaya kamu juga akan lebih tenang untuk membacanya. Semoga saja surat ini sempat kamu baca.

Halo. Apa kabar? Semoga kamu selalu baik-baik saja. Oh iya, aku belum sempat mengucapkan selamat atas kelulusanmu. Sebagai teman aku merasa gagal tidak mengucapkan hal menggembirakan itu. Ini semua karena suatu hal yang kamu putuskan sehingga membuat mulutku terkunci setiap kali aku melihatmu dan ingin bertegur sapa denganmu.

Sesungguhnya, aku rindu.

Aku rindu dengan setiap gurauan yang selalu kita lakukan. Aku rindu setiap semangat yang saling kita berikan satu sama lain. Aku rindu kisah persahabatan kita yang telah lewat. Dapatkah waktu berputar kembali sehingga aku tidak perlu menjauh darimu seperti saat ini?

Aku tahu ini semua salahku. Salahku mempunyai perasaan lebih terhadap sahabat sendiri. Tapi kamu tahu cinta itu tidak bisa dihalangi mau pun dipaksakan. Dan menurutku cinta itu datang karena ada kesempatan. Kesempatan yang diberikan dari lawan jenis untuk membuka diri terhadap diri kita sendiri. Mengerti maksudku? 

Dan kamu ingat percakapan terakhir kita? Semua itu kamu yang mengendalikan. Kamu yang menginginkan kalau kita lebih baik menjauh. Padahal aku sudah bilang aku tidak menuntut apa-apa darimu. Aku tidak memintamu untuk putus dengan kekasihmu. Toh perasaan ini sudah ada sebelum dia menjadi pasanganmu. Jika memang aku sangat menginginkan kamu menjadi kekasihku pasti sudah ku nyatakan perasaanku jauh sebelum kamu memiliki kekasih. Logis bukan?

Malah aku yang balik bertanya, mengapa kamu yang lebih dulu meminta kita menjauh di saat kita bisa menjadi teman? Di saat kamu pun belum tahu perasaanku yang sesungguhnya. Kamu takut? Coba dipikirkan kembali kata-kata yang kamu lontarkan padaku bahwa kamu sudah berkomitmen. Jika kamu memang sudah yakin akan komitmenmu aku rasa tidak perlu dengan menjauh seperti ini. Kamu juga sudah dewasa dan mengerti hubungan pertemanan itu seperti apa.

Sudahlah, tidak perlu mencerna seluruh omonganku ini. Pasti kamu tidak akan peduli juga. Tapi satu hal yang aku tahu kamu itu orang baik. Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan. Jadi apa pun yang kamu lakukan pasti yang terbaik buat kamu. Dan mungkin aku bukan teman yang baik buat kamu. Mungkin.

Sekian saja suratku ini. Semoga hubungan dengan kekasihmu selalu dalam kebahagiaan dan dapat menuju tahap selanjutnya. Semoga kamu juga mendapatkan pekerjaan yang terbaik buat kamu. Semoga selalu bisa membanggakan orang banyak. Dan semoga selalu sehat. :)

Salam,

Seseorang yang pernah menganggapmu sahabatnya.

1 komentar: