Rabu, 15 Desember 2010

random

Di dini hari yang cukup dingin ini gue ga tau mesti ngapain. Cuma bisa chat ke beberapa orang, tapi orang-orang yang bener-bener pengen gue ajak ngobrol sepertinya lebih memilih dengan aktivitas yang lain ketimbang ngobrol ngalur ngidul ga jelas sama gue. Baiklah, itu pilihannya. Tapi ketika disindir pun mereka tidak peka. Ada yang tau gimana caranya membuat orang cuek jadi lebih peka atau sensitif?

Adoooh ga tau nih mau ngomong apa. Heem baiklah utarakan apa yang ada di dalam kepala aja deh.

Sebenernya akhir-akhir ini gue sangat memikirkan kondisi ekonomi gue. Dimulai dari gue belajar menabung di celengan-aneh-ga-berbentuk-celengan, pengen bikin tabungan atas nama gue sendiri di bank, dan sempet mikir pengen nyari kerjaan yang menghasilkan uang.

Entah kenapa orientasi pikiran gue akhir-akhir ini ke duit mulu, duit mulu. Pengen cepet-cepet lulus dan langsung nyari kerja. Tapi pengennya sih berwirausaha sendiri. Saking pengennya kerja gue rela titel ST gue nanti ga gue pake karna gue lebih memilih wirausaha. Kenapa? Alasannya cuma karena gue sepertinya tidak cocok dengan pekerjaan monoton yang mesti ada di dalam sebuah kantor atau perusahaan. Walaupun tujuan utama gue tetap kerja di pertamina.

Tapi kan masa depan ga ada yang tau. Boleh dong mereka-reka sedikit untuk mendapat gambaran beberapa rencana masa depan gue sendiri tanpa diatur orang lain. Karena gue udah cukup bosan dengan kehidupan gue yang terlalu sering diminta untuk ini atau itu alias diatur-atur. Sering kali apa yang gue inginkan ga direstui dan malah disuruh dan wajib kudu harus menaatinya. Capek loh hidup seperti itu -..-

Doakan saja gue bisa lulus dengan cepat dan dapet kerjaan sesuai dengan yang gue inginkan.

Amin :)

Selasa, 14 Desember 2010

kesedihan dan harapan akhir semester

Ga kerasa banget tau-tau MPKT udah selesai. Hip hip hooraaay!! Gue ga mesti ngerjain LTM setiap 2 minggu sekali untuk membahas suatu sub bab yang cukup aneh, atau pun bikin makalah yang sangat banyak ketentuannya.

Hari Rabu nanti bakal jadi hari terakhir bareng anak-anak kelas MPKT-17. Sedih sih, tapi tetep aja ga ada hubungannya sama pelajarannya. Sedihnya karena bakal pisah sama temen-temen yang seru-seru beda jurusan.

Perasaan ini terulang kembali. Sama seperti saat hari terakhir OBM. Sediiiih pisah sama temen-temen, apalagi pas OBM itu beda fakultas. Jadi kangen temen-temen OBM deh...

Berakhirnya MPKT berarti mata kuliah lain juga akan segera berakhir. Dan akan segera disambut UAS minggu depan. Doakan yaa kelancarannya dan semoga mendapatkan nilai yang memuaskan..

Semester satu udah hampir abis. Ga kerasa ya udah menjalani selama kira-kira lima bulan sebagai mahasiswa. Kalo secepat ini jadi pengen cepet-cepet lulus, kerja, ngumpulin duit, terus nikah! Hahahaha mulai ngaco, sepertinya dampak kuis kalkulus menjelang kemarin siang masi tertinggal.

Harapan di penghujung semester ini cuma satu, yaitu: lulus semua mata kuliah tanpa ada yang mengulang! Sumpah pengen banget ga ada yang mengulang satu pun sampe lulus. Semoga Allah membaca doaku :)

Yaa harapannya ga muluk-muluk banget. Walaupun udah bikin nazar, tapi paling ngga yang disebut sebelumnya tercapai dulu deh. Kalo terkabul udah sujud syukur banget-bangetan. Mungkin bakal sampe guling-gulingan, tapi di kasur aja.

Dan harapan satu lagi adalah gue ga bakal kehilangan teman-teman terbaik gue. Jujur kemaren di kampus abis selesai kuliah gue pengen nangis banget mendengar mereka pengen coba ujian lagi untuk kuliah di perguruan tinggi impian kami dahulu.

Dengan bodohnya gue cuma bisa menarik baju mereka dan berkata mewek sambil menahan tangis, "please jangan tinggalin gue disini sendirian :("

Mungkin terkesan lebay, tapi gue udah menganggap mereka sahabat-sahabat terdekat gue, abang-abang gue, atau pun orang-orang yang bisa membuat gue tertawa lagi ketika mood gue sedang sangat down. Sedih banget ketika mereka secara serentak mengemukakan pendapat seperti itu :(

Kelihatannya gue terkesan jahat banget ga merestui mereka, tapi gue bener-bener sangat takut kehilangan mereka. Gue udah terlanjur kesepian ditinggal seseorang, dan sekarang hampir beberapa orang meninggalkan gue :(

Gue ga tau apa yang bakal terjadi beberapa bulan kedepan, tapi gue harap itu yang terbaik untuk gue maupun mereka dan juga dia.

Amin

Senin, 13 Desember 2010

11 Desember 2010

Aku sangat menantikan hari ini. Hari dimana aku bisa menjadi seorang gadis biasa dalam romansa kehidupan. Hari ini aku tidak hanya akan bertemu di dunia maya. Tapi akan bertemu secara nyata.

Menanti hari ini layaknya ingin memutar waktu. Setelah sampai di hari yang dijanjikan ingin rasanya waktu berhenti dan membiarkan kami berdua. Tapi hidup harus terus berjalan. Banyak orang di luar sana yang sangat menantikan hari esok untuk mendapatkan keberuntungan maupun kebahagiaan. Namun diriku merasa pedih bila melihat arloji yang terus berputar. Aku hanya ingin disini. Disini bersamamu. Selamanya.

Pagi hari, ketika kuterbangun, kau telah mengatakan akan segera menjemputku. Terlonjak kaget karena hampir tak percaya kita akan bertemu, aku hanya bisa bengong. Aku langsung tersadar, dan segera membalas pesanmu untuk memberiku waktu untuk mempercantik diri. Dan kau memberiku waktu.

Yak, pakaian ku telah rapi. Aku pun telah bersolek. Berharap kau akan memperhatikan tampilanku kali ini yang sangat kau dan aku nantikan sejak lama. Sekarang saatnya menunggu kedatanganmu. Setelanku pink putih, menggambarkan hatiku saat itu yang sedang dimabuk asmara dan ingin segera berbahagia bersama.

Kau datang. Dan kita segera berangkat. Membeli karcis dan menonton film berdua. Wow! Sudah lama sekali aku tak merasakan kebahagiaan seperti ini. Melakukan aktivitas bermalam minggu, walau waktu masih menunjukkan siang hari, seperti layaknya pasangan sejoli biasa. Mungkin kalian menganggap aku berlebihan, bahkan mungkin kau. Tapi inilah perasaanku. Bahagia. Ya, hanya kata itu yang dapat melukiskannya.

115 menit berlalu di ruangan besar dan ber-ac, menonton film. Tidak terasa sudah petang. Terasa perih waktuku hampir habis denganmu. Namun tak kutampakkan wajah sedihku karena aku tak mau kau tau.

Film pun raib ditelan proyektor. Baiklah saatnya kami keluar meninggalkan ruangan gelap ini. Sudah tak sanggup melihat arloji karena kutau waktuku akan habis, layaknya Cinderella yang dikejar-kejar oleh waktu. Namun ceritaku tak seperti Cinderella yang akan berubah kembali menjadi babu, tetapi aku akan berpisah denganmu untuk waktu yang sangat lama, mungkin.

Akhirnya kami berlama-lama bermain dengan waktu hingga tiba di penghujung hari. Kami harus kembali. Ya kembali terpisah oleh jarak.

Dalam perjalanan kembali ke rumahku, ingin rasanya aku berteriak, menangis sekencangnya, dan menarik dirinya kembali ke sisiku. Tapi aku tak mampu melakukannya dengan berbagai alasan.

Ku perlambat langkah kakiku, berharap kau menculikku untuk tetap bersamamu. Akhirnya kau meraih ku kembali. Namun tak menculikku. Hanya memberi kecupan manis dan pelukan hangat. Ingin rasanya bendunganku tak kuat lagi menahan air mata yang akan tumpah. Aku bertahan, dan terus bertahan. Dan akhirnya kami benar-benar terpisah.

Haus akan kasihmu kembali menghantuiku. Virus rindu menyergapku. Hidupku kembali mengharu biru kehilangan kehangatan yang sempat bersemi lama mengiringiku. Aku menginginkan kau, aku rasa kau juga berpendapat sama. Akan tetapi, kita harus bertarung kembali dengan ruang dan waktu.

Ini sungguh menyiksa. Tapi apa daya, aku tak mampu melakukan apa pun. Hanya bisa mencintaimu sepenuh hatiku.

Terima kasih kau menyempatkan waktumu untuk dapat bersamaku. Akan kunantikan kau kembali, dan kita torehkan cerita bahagia kita kembali.

Aku menantimu sepenuh hatiku.

NB: 143


Sabtu, 04 Desember 2010

memorable :)

Mungkin bakal jadi kenangan terindah gue tahun ini. Mungkin bakal jadi kejutan terhebat yang pernah gue dapetin. Ya... Hari itu dia datang memberi kejutan yang sangat tidak masuk di akal.

Oke gue mulai cerita manis ini. Dimulai sebelum gue tau apa-apa tentang kegiatan yang telah direncanakan oleh saudari E dan dirinya.

Pada tanggal 27-28 November gue mengikuti outbond bersama teman-teman Departemen Teknik Sipil 2010 ku tercinta dan terkasih. Di dalam pikiran gue yang namanya outbond tuh ya yang seru-seru gitu, berguling-guling di tanah segala macamnya, merayap-rayap, yaaa pokonya kaya penjelajahan pas TO gitu deh (kaya ikut aja penjelajahan pas TO -..-). Eh ternyata dan ternyata terjadi kesalahpahaman ketika memasuki area militer. Hal pertama yang terlintas di otak gue adalah, "Oh God, apa yang bakal terjadi sama gue selama 2 hari 1 malam!!!!" Dan 1 hal yang gue katakan begitu bus (atau metro?) itu berhenti adalah, "Gue ga mau turuuuuun." Hahaha becanda sih, tapi ada niat ikut pak supir untuk pergi dari sana hahahaha. Tapi ya tapi ya tapi......................... Ternyata.................................... Itu SERU BANGET! Gue ngerasa sangat beruntung mengikuti outbond di hari pertama. Banyak banget ilmu yang bisa gue dapet. Dan dapet ilmu-ilmu itu dari orang-orang hebat juga. Dan makanannya juga jauh lebih enak daripada warteg. Jadi ga sabar menunggu hari esok bakal dapet apa.

Dan keesokan harinya kita mendapatkan outbond yang agak ekstrim. Kenapa gue bilang agak ekstrim? Ya coba bayangin aja, lo harus menyeberangi suatu tali yang mengambang di atas permukaan tanah tanpa ada safety sama sekali, agak gila kan? Tapi itu termasuk yang paling mudah buat gue. Setelah melewati jembatan tali dua (itu namanya), harus melewati spider web (ini yang paling susah menurut gue karena gue udah berpikir bakal jatoh dari ketinggian yang tak terkira), terus raftling, dan terakhir flying fox. SERU SEKALIIIIIII!!! Mau nyoba lagi dan lagi rasanya. Tapi tetep di dalam kepala gue ada sekelebat pikiran yang mengusik, "Malam ini, haruskah gue siap untuk sendirian?"

Emang ada apa di malam hari tanggal 28 November 2010? Sebenernya cuma hal sepele, gue mau dateng ke JGTC sama temen-temen gue. Tapi entah mengapa gue mengingat dirinya terus selama 3 hari dari tanggal 26. Gue sebenernya sangat berharap bisa menghabiskan waktu bersamanya sampe tanggal 29 datang. Tanggal yang berarti buat gue. Dan tiba-tiba gue seperti orang bodoh setelah beberapa detik gue men-tweet ini:

hope you can see it now, yeah with me dear

Tiba-tiba orang yang dimaksud ada di depan mata. Padahal orang ini berada jauh berkilo-kilo meter terpisah dari gue. Oh God, kaki gue lemes. Pengen rasanya gue jatoh di tempat tapi gue langsung sadar dan langsung sewot sendiri. Hahahaha. It happens again. You always do "it" to make me smile :)

Percaya ga percaya dia ada di depan mata gue, ini bener-bener hal yang bakal ga bisa gue lupain sampe kapan pun. Rasa capek gue abis outbond bener-bener gue usahain biar gue lupain. Gue seneng banget ada dia disaat ke-23. Dan dirayakan dengan nonton Maliq & D'essential berdua :)

NB: thanks to saudari E yang telah berhasil menyusun rencana padahal takut banget gue udah sadar akan rencana lo hahahaha, gue seneng banget :D

Akankah ada untuk bulan depan?

Minggu, 21 November 2010

it's all about you

Susah ya jadi orang yang ga bisa share masalah pribadinya. Yes, itu gue. Sebenernya bisa, tapi satu-satunya orang yang bisa dijadikan "tong sampah" segala uneg-uneg gue sedang nun jauh di seberang sana. Istilahnya kalo ada jembatan antar pulau gue harus nyebrang 2x. Seandainya jembatan itu Jembatan Teksas dan setelah gue sampe Sastra gue cuma harus menyebrang sekali mungkin gue bakal setiap hari mengunjungi dirinya.

Sayangnya yang gue maksud ga sedekat itu. Kawasannya udah bukan UI. Bukan juga Depok. Bahkan bukan di Sumatra. Ya, dia di luar Indonesia.

Dia belajar di negeri orang untuk mencapai cita-citanya dan membuat orang tuanya bahagia.

Yeah, gue bersyukur memiliki seseorang yang sangat menjunjung tinggi cita-cita dan tujuan utama tetap membahagiakan keluarga. Tapi kepergiannya pada awalnya ga gue restui karena dia ga ngasih tau gue dari sebelum dia mendaftar untuk ujian. Entah apa maksudnya sampe ga ngasih tau gue dari awal. Ketika gue mengetahui hal ini, jujur berat banget buat menghadapi kenyataan. Soalnya ga tau kenapa gue punya firasat dia pasti bisa lolos tes dan belajar disana. Ga bisa menerima kenyataan untuk beberapa minggu. Atau beberapa bulan. Gue lupa. Tapi yang pasti hal ini membuat gue sedikit tidak bisa berkonsentrasi buat belajar menghadapi ujian yang udah ada di depan mata.

Pertengkaran kecil kadang terjadi, atau tidak ada pembicaraan sama sekali. Menentang kuat dan terkadang bodo amat dengan apa yang mau dia lakukan. Tapi lama-lama gue menyadari sesuatu. Yang sangat tidak gue inginkan adalah dia pergi meninggalkan gue disini dan ga jadi berjuang bareng untuk kuliah di universitas yang sama. Semangat gue sempet hilang. Dan kerap kali gue sering menangis tanpa ada alasan.

Gue berusaha berpikir jernih. Gue ga bisa kaya gini terus. Kalo gue gini terus yang berat bukan cuma gue, tapi juga dia. Oke, gue harus bisa nerima kenyataan ini. Dan gue harus terima kepergian dia walau itu berat banget buat gue yang terkadang masih terasa setelah dia pergi. Yang penting dia ga ngerasa berat hati untuk ninggalin semuanya, termasuk gue. Gue lakuin ini untuk dia karena.....

Dia terlalu berarti buat gue. Dia yang selalu memberikan gue nasihat yang terkadang temen-temen gue ga percaya dia bisa bilang hal yang seperti itu. Dia yang mengajarkan gue untuk positive thinking. Dia yang menenangkan gue ketika emosi gue tumpah. Dia yang membuat gue bisa sabar selama ini. Dia selalu bisa membuat gue merasa nyaman. Ya, cuma dia yang bisa melihat sisi lain dari gue, sisi dimana emosi gue selalu bermain disana.

Sekarang gue harus memendam semuanya sendiri. Dan gue harus menunggu dia 7 tahun lagi. Sekilas aneh kenapa gue rela melakukan ini. Tapi alasannya cuma satu, dan dia tau itu. Terkadang, ketika gue lagi butuh banget dia di samping gue di saat gue sangat emosi sampe bilang "ngapain sih dia pake kuliah disana ninggalin gue disini sendiri, ga tau apa rasanya gimana,", satu-satunya kalimat yang sangat bisa membuat gue kembali sadar dan sabar adalah kalimat salah satu temen terbaik gue yang mengatakan "Ben, lo tau kan dia disana untuk siapa dan untuk apa? Gue yakin dia disana baik-baik aja, lo juga pasti berpikiran seperti itu, jadi jangan mikir yang macem-macem."

Yes, I know
I'll be waiting for you
Sorry :'(
But,
Thanks :')

please help me to choose one from a lot of choices

Terlalu banyak pilihan dan sulit menentukan mana yang menjadi prioritas utama. Tetapi terkadang pilihan itu muncul ketika suatu rencana telah tersusun dengan rapinya. Seakan seperti ada buldozer super besar di depan bangunan kokoh yang baru aja jadi dengan usaha, kerja keras, memilah banyak hal, dan lain sebagainya. Dan ternyata buldozer itu tidak hanya satu, bahkan mengelilingi bangunan yang ada. Ketika dihadapkan dengan hal seperti ini apa yang harus dilakukan? Tetap mempertahankan bangunan yang ada, atau bekerja sama dengan pemilik buldozer untuk membuat bangunan lainnya dan meninggalkan bangunan yang sudah ada, atau pasrah harus diruntuhkan oleh buldozer-buldozer tersebut?

Kalo menjalankan pilihan pertama pasti ada yang bilang egois, tidak memikirkan yang lain. Sedangkan yang kedua hanya membuat pihak awal menjadi kesal pada si pembuat bangunan dan seakan-akan plin-plan dan tak bertanggung jawab. Lalu yang ketiga lebih parah, image-nya jadi jelek dan menjadi benar-benar tidak memiliki pendirian.

Dan sekarang, apa yang harus saya lakukan?

Rabu, 17 November 2010

share something in my mind

Udah tepat 4 bulan lamanya ga nge-blog lagi. Maklum mahasiswa, sibuk #alasan. Seperti judul posting-an di atas, gue pengen ngeluarin semua uneg-uneg gue disini. Agak nyampah sih emang, tapi yaudahlah ga tau mau nyampah kemana lagi.

Well, dimulai dari hidup gue sebagai mahasiswa. Cukup satu statement, yaitu: MANAJEMEN WAKTU. Ya, manajemen waktu. Berasa banget disini yang namanya waktu itu harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Tadinya sih pengen berpegang sama jargon "buku, pesta, dan cinta" aja, tapi lama-lama jargonnya jadi "pesta dan cinta, buku nanti aja". Agak ga waras ya gue? Begitulah adanya. Maaf maaf aja deh.

Oke, lanjut ya. Gue disini merasakan banyak hal baru. Gue punya temen-temen baru, lingkungan baru, suasana baru, dan tak lupa pelajaran baru.

Temen-temen baru. Berasa banget yang namanya tuh Universitas Indonesia-nya. Maksud gue adalah isinya bener-bener orang-orang Indonesia, alias dari Sabang sampe Merauke. Gue mengenal berbagai macam orang beserta karakter dan sifat mereka yang berbeda-beda. Kalo itu sih jelas ya, tapi mereka juga kebanyakan yang masih membawa logat dan kebiasaan mereka dari daerah masing-masing. Seru juga, terkadang gue suka mereka cerita tentang kehidupan dan keadaan mereka disana gimana. Yang lucunya adalah gue menemukan temennya temen gue. Biasa sih kalo ada yg kaya gini, tapi menurut gue ini luar biasa, karna temen gue yang gue maksud adalah temen SD gue di Prabumulih (salah satu kota di Sumatera Selatan) yang SMA-nya di Cirebon. Ribet banget ga tuh, tapi buktinya itu semua bisa ditemukan di UI #cieee #promosi

Lingkungan dan suasana baru. Hmm menurut gue ini yang paling berat ketimbang pelajaran baru. Kenapa? Kenapa ya? Gue juga bingung. At least gue sangat merindukan suasana dan lingkungan gue bersama EMPEROR, bener-bener sangat gue rindukan, apalagi yang di NUS (loh ko' jadi.....). Apa ya, gue tidak mempermasalahkan kegiatan-kegiatan yang ada, justru gue berterima kasih dengan adanya kegiatan-kegiatan yang lumayan menguras tenaga dan pikiran, (serta waktu) sehingga membuat gue lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan gue yang sekarang. Tapi... Tetep aja gue merasakan sedikit keseganan gue dalam hati. Gue ga tau itu apa, yang menyebabkan gue lebih prefer dengan temen-temen SMA gue. Gue ngerasa kalo di depan temen-temen gue, gue bisa bebas melakukan suatu apa pun, tapi ga tau deh kenapa gue bisa beda gini. Terkadang gue mikir, mungkin kejadian ketika gue kelas X terulang kembali. Penyakit school sick (ada ga sih? anggep aja ada). Masih mengharapkan kembali ke tempat yang gue anggep paling nyaman, gue mau nyablak kaya apa mereka bisa ngerti dan emang kita seperti itu. Oh damn, i miss my emperor, especially for you my NUS boy :')

Pelajaran baru. Berat. Banyak. Masih menerapkan sks aka sistem kebut sejam. Shock dengan UTS dan nilainya. Maklum masih baru.

That's about my college. Oh ya, selain manajemen waktu gue rasa yang paling berasa disini adalah kemampuan untuk problem solving. Ada kali tiap hari gue cuma mikirin suatu masalah yang pengen dicari gimana cara nyelesainnya. Sometimes, it makes me crazy. Dan gue rasa satu lagi (satu lagi mulu), kemampuan untuk survive. That's all. Doakan gue bisa melakukan tiga-tiganya dan merasakan kenyamanan yang gue inginkan sehingga semua bisa jadi lebih mudah dihadapi :)

Jumat, 16 Juli 2010

Alhamdulillah, Ternyata Keajaiban Memang Ada

Halo lagi teman-teman. Baru kemarin gue nge-post blog about kegalauan gue tentang dimana nanti gue kuliah. Dan hari ini baru pengumuman SNMPTN. You know what, gue sangat terkejut dengan pengumuman kali ini. Ga cuma gue, bahkan keluarga gue pun ga percaya dengan pengumuman itu. Sampe berulang kali bokap nyokap gue nanya, "Dek itu nomernya bener kan?"

Hmm yak benar sekali, gue diterima di salah satu PTN di di Universitas Indonesia jurusan Teknik Lingkungan. Alhamdulillah banget gue (AKHIRNYA) bisa diterima di PTN. Sebenernya gue merasa ga mungkin banget gue bisa dapet. Karna banyak banget hal yang membuat gue menjadi alasan kalo gue ga mungkin dapet ptn.

Pertama, gue izin ke kamar mandi. Pasti pada mikir aneh banget kenapa gue bilang ini adalah alasan pertama gue. Oke gue bakal jelasin. Begitu gue masuk ruangan tes untuk pertama kalinya perut gue belum merasakan apa-apa. Tapi, ketika udah setengah soal gue kerjain, mendadak perut gue bergejolak. Astagaaaaa gue bener-bener ga tau mesti gimana, udah ga konsen banget ngerjain soal-soal TPA. Dan gue pikir pasti ga bakal dibolehin ke toilet. Akhirnya dengan nekat gue mengacungkan tangan dan bertanya apakah gue boleh izin ke toilet. Entah kenapa gue berpikir pengawasnya agak kurang persiapan soalnya dia sampe nanya ke rekan seruangannya gue boleh apa ga ke toilet. Untungnya pengawas yang satu lagi, mahasiswa UI, memperbolehkan gue untuk ke toilet. Sumpaaaaaah gue bersyukur banget. Langsung gue doain yang baik-baik buat para pengawas gue itu. Besoknya pengawas gue ganti dan langsung ngomong, "Yang mau ke kamar mandi sekarang ya, nanti tidak boleh ada yang ke kamar mandi." Sebenernya bapak ini kemaren ngeliat gue keluar ruangan dan sepertinya itu penyebab dia ngomong seperti itu. Yak matilah awak!

Kedua, gue SANGAT SEDIKIT mengerjakan soal-soal yang diujikan. Itu parah bangeeeeeeeeeeeeeeet yaaaa. Kalian mesti tau buat yang ga tau tipe soal snmptn, dengan waktu yang sangat sedikit lo mesti ngerjain kemampuan dasar yang terdiri dari matematika yang njelimet, dan teks bahasa indonesia maupun bahasa inggris. Gue bener-bener sedikit ngerjainnya, kalo ga salah cuma 25. Hari kedua disuguhin kemampuan ipa. Itu lebih parah yaaaaaaaaaaaaaa. Gue cuma mampu ngerjain 1 soal fisika yang bener-bener gue yakin, total cuma 3 soal fisika yg gue isi.

Setelah SNMPTN pun gue udah pesimis banget dapet. Berapa pun orang yg menyuruh gue tetep optimis, gue tetep pesimis. Masalahnya itu udah ga mungkin banget. Tapi ternyata takdir berkata lain. Walaupun bukan pilihan pertama tapi gue sangat bersyukur :')

So, buat sobat-sobatku yang masih berjuang, gue harap jangan pernah nyerah. Keajaiban itu memang ada. Bahkan walaupun ketika lo meriksa jawaban lo dan ada nilai minus, jangan kecewa dulu, karna selalu ada keajaiban setiap saat. Inget teman-teman, Allah sangat menyayangi umatNya :) Doa dan dukungan dari orang sekitar menyertai kalian

Kamis, 15 Juli 2010

Perubahan

Hai haaaaai!! Apa kabar dunia? Semoga dunia ini tidak semakin terpuruk hahaha. Kali ini gue pengen ngeluarin semua uneg-uneg gue aja deh. Let's we start!

Sekarang gue udah ga berstatus pelajar, tapi akan berevolusi menjadi mahasiswi. Ya akhirnya gue lulus SMA, emang sih nilainya ga terlalu membahagiakan, tapi mau diapain lagi toh udah lewat. Yang penting alhamdulillah gue udah lulus.

Setelah lulus SMA pasti dong pengen banget ngelanjutin ke perguruan tinggi NEGERI! Yak negeri! Dan setelah gue menjalani hidup gue selama ini gue akhirnya luluh kalo ternyata kita ga mesti kuliah di perguruan tinggi negeri. Kenapa gue begini ya? Padahal biasanya gue adalah orang yang berwatak keras dan egois, yang diinginkan harus terlaksana. Tapi hidup gue yang membuat gue berubah jadi kaya gini. Apa sih sebenarnya yang telah merubah gue kaya gini? Inilah kisahnya.

Begitu gue naik kelas XII, gue mulai menyusun main set gue. Gue pengen banget jadi engineer seperti bokap gue dan kakak gue. Dan untuk merealisasikan mimpi gue itu, gue SANGAT menginginkan kuliah di ITB dan dapet FTTM. Oke, untuk meraihnya gue harus usaha yang super keras. Gue udah ga tertarik untuk memenuhi cita-cita gue dulu sebagai dokter gigi karna gue sangat lemah di biologi bagian hapal-mengahapal. Dan gue ga berminat IPC sedikit pun, selain karna gue ga mau mengambil lahan anak IPS, gue juga ga bisa mengejar pelajaran IPSnya yang ga gue pelajari selama 2 tahun. So, gue harus bisa jadi engineer dan kuliah di perguruan tinggi NEGERI. Itulah mimpi gue.

Yang namanya keinginan pasti harus melewati berbagai rintangan dong ya. Dulu, gue ga pernah mengukir kata SWASTA di dalam pikiran gue. Apa pun yang terjadi gue mesti NEGERI! Tapi ternyata orang tua gue lebih menginginkan gue masuk swasta, mungkin dikarenakan ketiga kakak gue semuanya swasta. Awalnya gue sangat menolak keras gue ga mau swasta. Namun apa mau dikata, gue ga mau durhaka sama orang tua jadi gue ikut PMDK Telkom dan alhamdulillah gue dapet S1 Sistem Informasi.

Keinginan orang tua udah terpenuhi dan sekarang giliran gue beraksi untuk merealisasikan mimpi gue. Di awal, dengan full power gue ikut USM ITB Daerah dan SIMAK UI. Oke gue akui saat itu gue belum terlalu siap menghadapi ujian fantastis itu dan agak asal-asalan ngerjain simak dikarenakan gue ga terlalu minat ke UI. Tapi yang namanya ditolak pasti sakit kan? Apalagi pengumuman ITB sehari sebelum gue ultah. Gara-gara itu gue ga mau kemana-mana, ga sanggup buat ketemu temen-temen gue, apalagi mereka yang pada dapet. Sakiiiiiiiiiiiiiiiiit banget rasanya. Akhirnya gue menghibur diri dengan, "Ini baru awal ko', masi ada yang lain. Gue pasti bisa!" Dengan hati yang masi perih gue jalani hari gue kembali.

Gue usaha lebih keras, les tiap hari, ngerjain berbagai macam latihan soal, dan lain-lain buat menghadapi UMB dan USM ITB Terpusat. Gue udah merasa lebih siap dan siap menghadapi soal nanti. UMB pun datang. Lumayan banyak soal yang bisa gue kerjain yang membuat gue yakin gue bisa dapetin 1 dari 3 pilihan itu. Mendekati tanggal pengumuman, gue mulai gelisah, yang bisa membuat gue tenang adalah kata-kata guru les gue, "Ga dapet UMB gapapa, jangan sedih, soalnya bangku yang tersedia sedikit jadi wajar kalo kalian ga dapet. Tapi kalo kalian dapet berarti kalian hebat." Dan gue pengen jadi orang hebat itu. Tapi takdir berkata lain. Gue ga dapet apa pun! Ya Allaaaaaaaaah! Gue sedih banget! Oke mungkin tempat gue bukan di UI atau UNJ, itu pilihan gue di UMB. Tenang, masih ada ITB.

Gue pengeeeeeeeeeen banget dapet ITB. Selain karna gue memimpikan ITB banget, USM Terpusat ini udah menghabiskan banyak banget uang. Mulai dari formulir, dan biaya gue selama tes di Bandung. Selain itu gue sampe dibantuin temen deket nyokap dengan dikasi berbagai macam tips. Semakin banyak alasan yang membuat gue pengen banget dapetin ITB. Ketika gue ngerjain soal pun gue yakin. Tapi kan ga ada yang tau ya takdir Allah gimana. Dan begitu gue tau hasilnya, gue kembali terpuruk, dua kali lipat lebih terpuruk. Air mata pun menghujani gue. Susah banget buat ngendaliin diri gue saat itu. Pasti bawaannya air mata pengen jatoh mulu. Perih. Sakit. Itu yang gue rasain. Orang-orang berusaha menghibur gue dengan, "Tenang yu masi ada SNMPTN, mungkin rejekinya di situ." Mereka sih gampang bilang begitu, tapi mereka ga mikirin perasaan gue. Apa gue bisa ngerjain soal-soal nanti dengan perasaan yang melanglang buana gini? Entahlah gue pasrah.

Galau. Ya. Cuma itu yang gue rasakan. Apa sih salah gue? Apa gue begitu bodohnya sampe gue ga bisa dapet apa-apa? Sampe akhirnya gue berusaha ngeliat ini dari sisi lain, karna gue pikir gue ga boleh kaya gini terus. Baiklah, coba kita lihat. Heeeem, hmm, hmm, hmm. Oke, gue pikir ini bukan yang terbaik buat gue. Mungkin aja seandainya gue dapet di salah satu PTN gue malah ga bisa bertahan di sana. Lihat sisi baiknya, kalo seandainya gue emang harus masuk Telkom, gue harus berprestasi disana. Dan mungkin aja gerbang menuju masa depan gue yang lebih baik ada disana. Setelah dipikir-pikir memang bener. Allah yang paling mengerti umatNya. Allah sayang sama gue, dan ga mau gue susah. Mungkin itu hikmahnya.

Mulai saat itu gue jadi lebih memasrahkan diri. Gue udah usaha keras, tapi kalo ga diizinin sama Allah mana mungkin bisa berhasil. Setiap ujian pasti ada hikmah dibaliknya. Gue disadarkan olehNya. Dan gue menjadi lebih tegar dan sabar dalam menjalani hidup ini :)

Minggu, 23 Mei 2010

Jeritan Hati Anak yang (Merasa) Dikungkung

Terkadang merasa berbeda. Aku tidak seperti anak-anak seusiaku. Mau yang ini dilarang, yang itu dilarang. Begini salah, begitu juga salah. Ini tak boleh, itu tak boleh pula. Aku pikir ini hanya larangan sesaat. Ya, sesaat dalam arti aku masih kecil yang bisa dikatakan jam 1 harus di rumah, cuci muka, kaki, dan tangan lalu tidur siang. Mungkin umurku saat ini belum boleh bermain-main karena mereka merasa khawatir.

Waktu terus berlalu. Teman-temanku mengajak aku dan yang lain untuk sekedar menghirup udara segar. Seperti biasanya, aku hanya menghela nafas panjang dan berkata, "Maaf, aku harus ada di rumah jam 3." Aku berpikir asyik sekali mereka bisa menghirup udara luar tanpa berkutat dengan yang lain, sedangkan aku... Aku yang selalu di dalam sel maya, dikurung. Merasa kurungan tersebut tidak pernah longgar dari dulu.

Sekarang aku sudah menginjak umur yang sudah tidak remaja lagi namun belum cukup dewasa. Aku kembali berpikir, sekarang adalah saatnya untuk merasakan kegilaan yang dulu belum aku rasakan. Rasanya aku seperti anak yang ditinggalkan zaman. Yasudahlah, itu nasibku. Tapi ternyata sel itu tidak hilang. Aku merasa di bui, tidak merasakan kebebasan.

Ini tidak adil! Kapan aku merasakan kebebasan! Aku ingin merasakan apa yang seharusnya kurasakan! Setelah dipikir-pikir sudah lama juga aku tak merasa di atas awan. Terbang bebas dan tersenyum hangat. Kemana kehangatan itu? Sepertinya sudah tidak mungkin kembali karena aku sudah ditinggalkan berabad-abad yang lalu. Haha, kasian sekali diriku. Menjadi seperti ini.

Mungkin teman-temanku selalu melihat aku tanpa beban. Sayangnya kalian semua tertipu! Aku kan manusia, jadi bisa mengenakan berbagai topeng untuk membuat yang lain tidak bermuram durja, biarkan aku saja yang merasakan. Karena aku merasa kalian adalah hartaku yang paling berharga.

Tidak, tidak. Kalian tidak perlu mengasihani diriku, sebab bukan itu yang kubutuhkan. Aku butuh kebebasan! Aku hanya ingin melepaskan semua yang telah menjerat diriku dan menjebol tembok-tembok yang mengurungku.

Hanya itu.

Sekian.

Inilah aku, anak yang merasa dikungkung.

Selasa, 16 Februari 2010

Cerita Supir Angkot

Hari ini gerimis. Tidak memungkinkan untuk saya pulang dengan bantuan ojek, jadi saya memilih untuk naik angkot saja dengan harapan angkot yang menuju daerah rumah saya tidak meninggalkan penumpangnya ini.

Seperti yang saya duga, saya ditinggal oleh angkot tersebut. Dengan sangat terpaksa saya harus jalan daripada menunggu di dalam angkot yang ngetem. Tidak apa-apalah. Untung hujannya tidak terlalu deras.

Ternyata nasib saya tidak begitu jelek. Tidak lama kemudian ada angkot yang lewat. Dalam hati saya berkata, "Tau gitu dari awal gue nunggu aja di dalam angkot walopun ngetem." Namanya juga penyesalan selalu datang belakangan. Ya sudah ambil hikmahnya saja, yang penting sekarang saya tidak harus berjalan jauh untuk pulang.

Ketika saya menutup payung dan ingin melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam angkot, tiba-tiba sang supir berkata, "Dik bisa minta tolong?" Ternyata bapak itu meminta saya untuk membenarkan letak kaca spionnya. "Terima kasih ya Dik," ucap bapak itu setelah saya menolongnya. Perlu diketahui saya satu-satunya penumpang di angkot tersebut.

"Kelas berapa kamu?" tanya si supir. Saya jawab saya kelas 3. Beliau bertanya kembali "Di mana sekolahnya?" Saya jawab di 81. Lalu dia melontarkan pertanyaan selanjutnya, "Kamu kelas apa, reguler apa internasional?" Sepertinya bapak ini tahu banyak tentang 81. Saya sempat heran kenapa bapak ini bisa tahu 81 sampai ke jenis kelasnya, padahal beliau hanya supir angkot yang mungkin saja pendidikannya tidak seberapa, sedangkan orang lain saja pasti yang ditanyakan adalah '81 itu di mana?' Selain itu bapak itu bertanya apa jurusan saya.

Tidak lama kemudian, bapak itu bercerita, "Anak saya jebolan 71 tapi dia bisa masuk UI. Saya tidak pernah meminta dia untuk belajar, tapi saya hanya berkata kalau dia harus bisa masuk UI, karena dia sekarang sudah tidak punya ibu. Dan sekarang dia berhasil masuk UI." Wow, saya agak terkejut mendengar penuturan si supir. Ada perasaan kagum menyelimuti diri saya. "Anda juga pasti bisa, karena anak saya saja bisa." Bergetar hati saya begitu mendengar kata-kata tersebut.

Tidak habis pikir, dengan profesi hanya sebagai supir angkot, beliau sangat mementingkan pendidikan untuk anaknya. Beliau juga berkata bahwa rata-rata uan anaknya ketika masuk SMA berkisar di angka 9. Luar biasa! Bagaimana bapak itu mendidik anaknya sehingga anaknya bisa begitu sukses? Hal ini membuat saya berpikir bahwa mereka yang bisa dibilang masyarakat dengan ekonomi rendah sangat mementingkan pendidikan. Jarang sekali ada orang yang berpikiran seperti bapak ini.

Ketika saya menyerukan, "Kiri ya pak," bapak itu menepikan angkotnya dan berkata, "Belajar yang rajin ya Dik, Anda pasti bisa." "Terima kasih, Pak," jawab saya sambil menyunggingkan senyum. Di akhir pertemuan saja bapak tersebut memberikan kalimat bijak yang dapat memotivasi diri saya. Saya harus bisa dan saya harus lebih rajin dari sekarang! Jangan pernah meremehkan orang lain, karena orang lain yang terlihat biasa saja dapat mengalahkan Anda semua, seperti anak dari seorang ayah yang hanya bekerja sabagai supir angkot. Maka dari itu, berusahalah secara maksimal dan tunjukkan yang terbaik!

Terima kasih atas wejangannya ya Pak :)