Kamis, 15 Juli 2021

Teman Terbaikku

Tadinya, malam adalah teman terbaikku. Penyimpan semua keluh kesah, dan pereda lelahku. Namun, malam tak lagi sama di mataku. Rasanya sekarang ia terlalu sepi, sehingga aku selalu mendengar kebisingan di dalam pikiranku yang begitu mengganggu. Kebisingan yang dipenuhi pikiran tentangmu. Hanya tentangmu.

Dulu, hujan adalah teman terbaikku. Aromanya yang menguar di udara ketika ia bertemu dengan tanah, memberikan kenyamanan. Dan simfoni yang ia lantunkan pada setiap tetesannya menjadi nada terindah yang menenangkan. Namun, rasanya hujan tak lagi sama. Ketika ia turun, hanya membuatku terperangkap di dalam rumah, batal menuntaskan kegiatan yang sudah aku rencanakan dengan padat agar tak ada sedikit pun celah untuk memikirkanmu. Nyatanya, rencana hanya sebatas rencana. Semesta berkonspirasi membuatku tak bisa melupakanmu.

Tidur tidak lagi menjadi kegiatan favoritku. Semenjak kamu kerap muncul di dalam mimpiku dan membuatku tersentak bangun karena sadar bertemu denganmu hanyalah bunga tidur semata. Lalu, apa yang akan terjadi selanjutnya? Aku akan menatap kosong dinding kamarku dengan penuh tanya, "Apa yang terjadi denganmu? Apakah kamu baik-baik saja? Atau aku yang tidak baik-baik saja?"

Siang dan sore adalah teman terbaikku. Bekerja dan bertemu teman-teman adalah waktu terbaik untuk menghempaskan segala tentangmu. Aku suka, bahkan butuh, siang dan sore lebih panjang. Agar perlahan kamu menghilang dari ingatanku. Sayangnya semua sudah ada porsinya masing-masing. Tidak semudah itu keinginan dapat terkabul. Realitanya tidak semua yang aku inginkan akan menjadi takdirku. Termasuk kamu.

Sulit rasanya mengelabui diri ini, setelah sekian banyak kenangan yang telah terpatri dengan jelas dalam ingatan. Padahal aku pelupa bagai ikan mas koki yang ingatannya hanya bertahan 3 detik, tapi setiap detail tentangmu masih terpampang nyata dan secara gamblang dapat aku sebutkan setiap ceritanya dengan bibirku yang biasanya digunakan untuk berbicara dengan orang lain saja malas dilakukan.

Bagaimana bisa? Aku rasa kamu pun paham. Jangan coba-coba mengelak. Atau mungkin kamu sedang mengelak sehingga aku tak lagi bisa menemukanmu kembali di hadapanku. Jika memang itu yang kamu inginkan, tidak mengapa. Tapi biarkanlah aku sendiri berusaha menata kembali segala memori yang telah terjadi, bahwa kamu pernah menjadi teman terbaikku.