Rabu, 21 November 2012

Terlalu Perhatian, Terlanjur Sayang

Dua sifat yang ada di dalam diri saya yang jujur saja terkadang mengganggu kehidupan saya. Entah mengapa kedua sifat tersebut sangat lengket dengan saya. Terkadang ingin rasanya menjadi manusia super cuek yang tak peduli dengan lingkungan yang ingin berkata apa.

Salah satu alasan yang menyebabkan betapa inginnya saya mengenyahkan kedua sifat tersebut adalah karena dapat menyebabkan penyakit untuk diri saya. Ya, benar sekali. Jawabannya penyakit hati. Sakit hati.
Sering kali sifat ini berhubungan dengan teman laki-laki saya, yang dapat dikatakan cukup dekat dengan saya. Awalnya kami (atau mungkin hanya saya) hanyalah teman dekat, teman sepermainan, teman ngobrol, teman bercanda, dan teman lain-lain. Akibat dari hubungan yang begitu mengasyikkan hari-hari saya ini membuat kedekatan kami semakin intens, bahkan bisa dikatakan tidak selayaknya seorang laki-laki dan perempuan bersahabat hingga mencapai fase itu. Fase dimana mereka mulai menanyakan keseharianmu hingga tidak mengenal waktu. Maksudnya adalah obrolan kami akan terus berlanjut hingga hari-hari berikutnya hanya dengan pertanyaan seperti "Lagi ngapain?" atau bahkan "Lo ga kangen sama gue?"

Dan tidak hanya berhenti sampai disitu. Ketika berhubungan melalui media tulis atau pun lisan, cara kami berbicara antara satu sama lain berubah, menjadi bahasa baku "aku kamu". Entah apa kata orang ketika mengetahui percakapan kami yang seperti ini, percakapan yang digunakan untuk dua sejoli menjalin cinta, cinta bersemi dari SMA (kenapa jadi Galih dan Ratna?). Percakapan tak wajar apabila dikatakan kami hanya bersahabat.

Lalu, mengapa saya tidak suka? Bagaimana saya bisa suka dengan sifat ini bila lama-lama melibatkan hati. Syukur banget saat ini sedang tak punya kekasih, sedangkan dulu.... Yaaaa yang dulu sudah lewat, tak usah dibahas kembali. Hmm tapi setelah dipikir-pikir, saat dulu punya kekasih dan saat itu kondisinya sedang diambang ketidaknyamanan dengan sang lelaki, saya menceritakan kepada salah satu "sahabat" saya ini dan tahukah Anda semua apa yang dia katakan kepada saya? Dia menawarkan diri untuk jadi selingkuhan saya. Daaaaaafffffffu..... (ga boleh ngomong yang aneh-aneh yu!)

Kalau yang sebelumnya ini mungkin memang agak ekstrim tapi memang seperti itulah kenyataannya. Maka dari itu rasanya ingin sekali menjadi orang super cuek luar biasa agar tidak menaruh perhatian kepada orang lain, apalagi saking perhatiannya hingga menimbulkan rasa sayang (inget loh sayang, bukan cinta). Sedangkan saya adalah kebalikannya .____.

Sudah terlalu banyak yang saya sayangi, namun jujur saja rasanya hal itu hanya menambah beban saya dikarenakan orang-orang tersebut juga tidak terlalu mempedulikan saya. Walaupun judulnya sahabat, tapi kalian cukup pintar kan untuk memahami bagaimana berteman dengan lelaki yang dekat sekalipun, tetap saja masih banyak bumbu cueknya. Seperti melakukan hal yang sia-sia. Dan terkadang rasa sayang ini terlanjur mengembang hingga menutupi separuh hati dan membuat sedikit buta.

Seperti halnya orang buta, saya sama sekali tidak mengetahui bagaimana respon atau pendapat mereka sendiri tentang saya. Ingin sekali bertanya dan mengungkapkan segala-galanya namun takut hanya membuat persahabatan tersebut rusak. Serba salah.

Kamis, 04 Oktober 2012

Part 3

"Halo."

"Reyn, lama banget sih angkat teleponnya. Aku kan pengen berbagi cerita penting buat kamu."

"Sabar Neng, baru selesai mandi nih. Hmm kalo kamu udah se-excited ini jangan bilang kamu mau cerita tentang Putra? Haduh, kamu belum move on juga?"

"Jangan bahas move on dulu deh, kamu mesti tahu apa yang terjadi hari ini sama aku."

"Oke oke. Jadi kamu mau cerita apa tentang Putra?"

"Kamu inget Zara? Masa tiba-tiba dia bilang pacar aku selingkuh. Kapan aku punya pacar coba, Reyn? Hahahaha. Ternyata yang dia maksud itu Putra."

"Putra punya pacar? Terus bagian yang bisa bikin kamu bahagia gini sampe bela-belain telepon aku adalah Putra punya pacar? Kamu udah ngelupain Putra?"

"Justru sebaliknya, aku jadi inget dia lagi. Tadi aku seperti biasa ke toko buku, selama di toko buku aku malah mikirin Putra. Daaaaan kamu mesti tahu apa yang terjadi selanjutnya!"

"Apa sih? Jangan bikin aku penasaran dong Kon."

"Aku nabrak orang sampe jatuh. Orang yang aku tabrak itu ngulurin tangannya buat bantuin aku berdiri. Kamu mesti tahu, ternyata dia Putra. Baru dipikirin seharian dan orangnya langsung muncul, rasanya kaya takdir banget."

"Astaga! Kok bisa? Dia main jauh banget dong kalo gitu? Dia sendirian? Terusin dong ceritanya."

"Iya juga ya, secara kita udah ga pernah ketemu lagi gara-gara dia pindah jauh banget dari tempat tinggal kita. Tadi sih dia bilang sendirian. Dia juga nganterin aku pulang loh. Udah lama banget aku ga seceria hari ini."

"Pasti dia lama ya di rumah kamu, ngobrol dulu sama Bapak Ibu. Aku yakin banget Bapak sama Ibu kangen banget kan sama Putra, soalnya kan udah dianggep anak sendiri."

"Sayangnya ngga Reyn. Setelah nyampe di depan rumah, dia bahkan ga turun dari motor. Dia bilang tadi udah janji sama Bunda buat jemput ke kantornya. Sedikit sedih sih karena momen wajib di rumah aku setiap Putra main ke rumah ga terlaksana seperti biasa."

"Hmm sejujurnya aku agak curiga sih Kon. Tapi ini cuma sekedar kecurigaan aku aja."

"Kenapa memangnya?"

"Aku rasa Putra bukan mau jemput Bunda, karena setahu aku Bunda udah ga kerja lagi kata Mama aku."

"Oh ya? Masa? Mungkin Bunda baru kerja lagi kali Reyn makanya minta dijemput sama Putra."

"Ga tau sih. Tapi tetep aja aku ngerasa ada sesuatu yang ditutupi sampe dia ga sungkem dulu sama Bapak Ibu. Itu ga Putra banget loh."

"Iya juga ya. Mungkin memang dia buru-buru."

"Atau jangan-jangan sebenarnya dia memang ada janji sama pacarnya seperti yang Zara bilang, tapi karena ga enak udah lama ga ketemu kamu, dia memilih untuk nganterin kamu pulang biar bisa ngobrol sebentar."

"Reyn..."

"Loh bukannya aku ga percaya sama Putra lagi Kon, tapi memang situasinya terlalu aneh. Dan kenyataannya memang sekarang dia udah punya pacar. Jadi hadapi apa yang udah terjadi Kon."

"Hmm, yaudah deh. Udahan dulu ya Reyn, ga enak sama Ibu kalo telepon kelamaan."

"Kon, jangan ngelak. Hadapi kenyataan kalo Putra udah punya kekasih."

"Udah ya Reyn. Bye."

Kuletakkan gagang telepon pada tempatnya. Sekejap perasaan bahagia yang membuncah langsung hilang. Tertutupi rasa resah yang merayapi hati tadi siang, ketika membaca pesan dari Zara tetapi sebelum bertemu Putra.

Mungkin yang Reyna katakan betul juga, Putra sudah punya janji dengan kekasihnya namun tidak enak memberitahukannya kepadaku yang tidak tahu apa-apa.

Tapi kenapa hati ini menjadi tak tenang?

Senin, 06 Agustus 2012

Part 2

Resah dan gelisah. Sesampai di toko buku pikiranku tidak bisa fokus. Putra, Putra, dan hanya Putra yang terngiang-ngiang di dalam kepalaku. Menyesal rasanya mendapatkan pesan singkat dari Zara. Seharusnya aku tidak harus merasa gusar seperti ini hanya karena hal tersebut. Entah mengapa tetiba sedih, bahkan lesu.

Bruk! Aduh, malu banget bisa jatuh di jalan gara-gara bengong dan mikirin Putra. 

"Sorry, kamu gapapa?" sambil memerhatikan tangan yang terulur kepadaku, terdengar suara yang rasanya tidak asing di telinga. 

"Maaf Mbak?" setelah lama aku tidak menjawab dan hanya diam duduk di lantai tidak menyambut tangannya, lelaki yang kutabrak barusan bertanya kembali dengan nada lebih khawatir daripada sebelumnya.

Tersadar bahwa aku membuatnya khawatir, akhirnya aku mendongak untuk memperlihatkan bahwa aku baik-baik saja. Dan ternyata...

"Konny? Kamu Konny kan?" terpaku melihat siapa yang ada di hadapan mata membuatku sedikit kikuk. 

"Pu... Put... Putra?"

Merasa heran dengan kelakuanku, Putra tertawa renyah, "Hahaha, kamu kenapa sih Kon segitu kagetnya ngeliat aku. Kaya abis lihat hantu di siang bolong."

Dibantunya aku berdiri dan diambilkannya pula buku yang telah aku jatuhkan ketika peristiwa tabrakan itu terjadi.

"Hei hei, kenapa bengong aja sih?" dilambaikan tangannya di depan wajahku diiringi dengan munculnya senyuman yang paling tidak bisa aku lupakan. 

"Gapapa kok Put, cuma kaget aja setelah sekian lama kita ga ketemu malah ketemu disini," dengan segenap tenaga aku mencoba menjawab sewajarnya.

"Kamu kesini sama siapa?" tanyaku sembari mengambil buku-buku dari tangan Putra. 

"Hmm, sendiri sih. Kamu?"

"Sendiri juga, tadi dari sekolah mau mampir sebentar kesini, biasalah nyari ini nih," aku menunjukkan beberapa novel yang berada di tanganku.

"Belum berubah ya kamu, masih tetap mencari novel untuk mengisi waktu luang. Hmm kamu mau pulang bareng aku?" ada sedikit kebimbangan dari kalimat ajakan yang dilontarkan Putra. Sama seperti nada bicaranya ketika mengatakan dia sendirian datang ke toko buku ini.

"Boleh sih, tapi aku masih ada yang mau dicari. Kamu gapapa nungguin aku?"

"Sama kok. Yaudah, kita janjian di lantai dasar aja ya 20 menit lagi, gimana?" tanpa panjang lebar aku langsung menyetujuinya. Dan dalam hitungan detik kami langsung berpisah untuk bertemu 20 menit lagi.

Senyum langsung hinggap di bibirku setelah Putra meninggalkanku. Rasa resah yang aku rasakan tadi hilang seketika. Entah mengapa bahagia menyergap. Tanpa pikir panjang, aku segera mengambil ponselku untuk mengetikkan pesan singkat dan segera kukirimkan.

Reyna, tunggu ceritaku pukul 8 malam! Jangan jauh-jauh dari telepon ya ;)

Senin, 30 Juli 2012

Part 1

Pacar kamu selingkuh. Kemarin aku lihat di depan mataku sendiri, dia lagi jalan sama teman sekelasku. Kamu ga marah?

Isi pesan singkat dari seorang teman lama yang sangat membuat aku kaget. Sejak kapan aku punya pacar? Hmm jadi penasaran siapa orang yang dimaksud. Baiklah, akan ku balas pesan ini.

Pacar? Maksud kamu siapa?

Loh? Ya Putra lah, emang kamu punya pacar berapa?

Oh, Putra toh. Hahaha dia bukan pacar aku. Kamu salah sangka.

Hah? Masa? Aku ga percaya! Dulu bukannya kalian...

Ga usah ngomongin yang dulu lagi, dan memang dari dulu kami bukan sepasang kekasih kok :)

Ternyata Putra. Akhirnya nama itu kembali muncul dalam kehidupanku. Lelaki yang cukup tinggi, jago basket, dan humoris. Lelaki yang aku anggap pasangan hidupku. Dulu. Betapa anehnya ketika dulu aku tidak pernah tidak menghabiskan waktu bersamanya. Semua orang mengira kami sepasang kekasih, dan hanya teman terdekat kamilah yang mengetahui bahwa hal itu tak pernah terjadi.

Terlihat saling mencintai satu sama lain, tapi tidak ada satu pun yang mengucapkan kata cinta. Dan sekarang kami terpisahkan oleh jarak dan ruang. Tidak pernah bertemu, bahkan komunikasi yang dulu mengalir setiap hari terhenti dikarenakan jarak. Aku tak tahu apa kabarnya saat ini. Hingga Zara akhirnya mengirimkan beberapa pesan singkat ke ponselku. Kaget, tapi tidak heran karena kami memang bukan siapa-siapa. Namun aneh, hati ini sedikit gelisah.

"Konny," panggil seseorang yang membuatku langsung tersadar kembali. 

"Oh kamu Mike, ada apa?"

Mike ini salah satu teman sekelasku. Anak paling pintar di kelas, namun tak pernah aku melihat dirinya membuka buku pelajaran. Mike cukup terkenal, dengan penampilan good looking dan otak encer, siapa sih yang tidak kenal. Entah mengapa akhir-akhir ini dia sering mengajakku mengobrol dan membuat wanita-wanita di sekitarku menatapku sinis.

"Aku cuma manggil kamu yang kelihatan bengong di tengah lapangan. Sepertinya ponsel kamu sangat menarik sekali, hingga kamu tak mempedulikan sekitarmu." 

Sedikit bingung dengan apa yang dikatakan Mike, aku melihat berkeliling. Ya benar, aku tepat berada di tengah-tengah lapangan sekolah dan mengganggu jalan orang-orang yang ada di belakangku.

Segera ku masukkan ponselku sembari tersenyum, "Hanya mendapat kabar dari teman lama." Merasa ada yang ku sembunyikan, Mike bertanya kembali, 

"Dari siapa?"

 Aku menggelengkan kepala, "Bukan seseorang yang kamu kenal."

Mike akhirnya menemaniku berjalan hingga gerbang sekolah. "Kamu mau langsung pulang? Mau bareng? Kebetulan aku lagi bawa mobil." Hal yang aneh ketika Mike mengatakan hal ini, karena semua orang juga tahu dia selalu membawa Ford kesayangannya untuk menemaninya ke sekolah.

"Ga usah, aku mau mampir dulu ke toko buku." 

"Aku, temenin ya," Mike terdengar agak memaksa. 

"Ga apa-apa kok aku sendiri aja, duluan ya Mike," jawabku sambil mendorongnya perlahan dan meninggalkannya di depan gerbang.

Rabu, 18 Juli 2012

Celoteh Hati Via Jemari

Sudah sebulan lebih jemariku tak konser di laman ini. Bukan karena tidak ada cerita baru, bahkan melimpah ruah, namun hanya masalah waktu. Sekarang saatnya jemari menari kembali di atas keyboard untuk menyampaikan rangkaian cerita dari hati :)

Sangatlah tidak mungkin untuk melupakan orang yang disukai. Dibuat galau hanya dengan tingkah biasanya. Setelah dipikir-pikir, wanita itu aneh ya. Diberi perhatian sedikit langsung tersanjung.

Ya, itu yang terjadi padaku saat ini. Seperti yang telah tertulis di cerita-cerita sebelumnya, terlihat sekali kegalauan hati ini. Oke, kuakui, sedikit jijik merangkai kata sebelumnya : | Terus apa dong bilangnya? Yaaa pokoknya itulah.

Bulan ini banyak cerita, makanya jemari tak sabar ingin menari.

Bulan lalu super sedih karena hal yang sudah tersirat pada cerita sebelumnya. Dan kali ini (agak) bahagia dengan kenyataan "Dia menegorku untuk yang pertama kalinya!" Yeeeeiy! Kenapa senengnya kebangetan? Pertama, dia jarang banget menyapaku duluan. Boro-boro nyapa, malah kadang kaya ga kenal. Kedua, akhirnya ada interaksi kembali antara kami berdua yang dimulai dari dirinya. Oke lah itu hanya hal kecil yang hanya terjadi sepersekian detik, tapi memiliki dampak yang luar biasa. Membangkitkan semangat hingga berhari-hari. Hahahaha, aneh banget ya kalo orang jatuh cinta : p

Selain hal di atas, sebenernya masih ada lagi sih hal aneh yang terjadi. Tapi takut ga pantas untuk diceritakan. Heem, dijadikan pertanyaan aja deh. Apakah temen biasa kalau ingin pegang tangan lawan jenisnya dengan izin dulu? Dan kenapa?

Sebentar lagi bulan puasa. Tahun ini pasti bakal banyak yang berbeda. Aku pasti akan lebih banyak puasa jauh dari keluarga. Sedih. Banget. Tapi tuntutan komitmen. Dan setelah lebaran mesti meninggalkan tanah air untuk melaksanakan suatu misi. Semakin dekat hari, semakin berat untuk pergi. Ditambah berita bahwa ponakan kecilku yang seperti bakpao akan meninggalkan rumah pula setelah lebaran. Itu tandanya rumah akan kembali sepi : (

Bisakah segala kesedihanku ditambal dengan kebahagiaan yang masih dirahasiakan oleh Sang Pencipta? Semoga segala hal ini dapat terbayar dengan setimpal.....

Jumat, 01 Juni 2012

Want to Say Good Bye, But...

Sudah hampir menjemput akhir semester. Resolusi tak terjalankan. Ingin lupakan dan bergerak maju meninggalkan malah makin tak bisa. Huft dasar wanita lemah.

Dari lubuk hati yang terdalam telah menerima dengan lapang dada kenyataan yang sedang terjadi. Tetapi hati yang terkecil terkadang berontak dan menginginkan sosok itu. Dan terkadang kekuatan dari yang terkecil ini sangat besar hingga dapat mempengaruhi segala aspek kehidupan. Galau. Ya dia buat hidupku semakin galau.

Ingin tutup buku dan mencoba untuk biasa saja apabila membuka lembaran buku itu kembali. Bahkan mencoba untuk menulis di lembaran baru pada buku yang lain. Tapi tidak bisa. Cerita yang lalu begitu menarik. Tak terlupa. Manis. Tak setetes pun tinta keluar untuk menulis di lembaran baru. Inspirasi tak ada, bahkan niat pun tak ada.

Mengumpulkan niat sekuat tenaga. Tapi apa daya, bayanganmu terlalu menghantui. Takut untuk pergi, namun takut untuk tinggal. Tinggal di kehidupan seperti ini saja sudah membuat hatiku teriris perih ketika melihatmu. Langsung menampar wajah agar bersikap wajar. Ini serius, bukan hanya fiktif belaka.

Berpapasan denganmu membuatku tak dapat bernafas. Bingung harus bersikap bagaimana. Tetapi nyatanya setiap hal ini terjadi, bertegur sapa pun tidak. Padahal aku yakin kau melihatku dan sudah pasti aku melihatmu. Lagi-lagi hatiku teriris.

Want to say good bye to you, but I care about you. Dunno why. Now, it hurts when i see you have a chit chat with other girls, it hurts when you don't talk to me, and it hurts when i realize that you're not mine :'(

Minggu, 06 Mei 2012

Sulitnya Mencari Penyemangat Kehidupan

Oke guys, siapapun yang baca ini pasti menganggap bahwa saya adalah orang yang paling lemah sedunia! Terserah sih pada mau bilang apa, kalau terlihat seperti itu saya juga tidak tahu mengapa bisa terlihat hingga menjadi sedemikian rupa.

Rasa ini sering kali menghinggapi akhir-akhir ini, hari dimana saya lewati lebih banyak sendiri ketimbang ketawa-ketiwi bareng teman-teman sendiri. Rasanya sih terkadang menyedihkan, kaya ga punya teman yang bisa dijadikan sandaran, tapi bukan sandaran hati loh, kalo sandaran hati nanti aja ya bahasnya :3 (kaya punya aja sih yu!)

Sebenarnya sih setelah meneliti diri sendiri sepertinya penyebab saya menjadi seperti ini adalah terlalu lama jadian (ini serius loh!). Yak silakan tertawa saudara-saudari yang membaca. Seriously, dampak terlalu lama jadian itu cukup besar loh, jadi lupa gimana hidup sebelum jadian sama orang dan bagaimana bisa bertahan hidup hingga akhirnya mendapatkan pacar.

Iya iya saya tahu ini terlalu jenaka. Tapi jangan terlalu banyak tertawa, karena mungkin Anda akan menjadi seperti ini HAHAHAHA *smirk*

Selanjutnya saya akan memberitahukan dampak yang cukup besar dari hal ini. Pertama, Anda bakal kehilangan seseorang yang bisa dijadikan "tong sampah". Saya itu tipikal orang yang tidak mudah untuk mengungkapkan isi hati pada orang lain. Intinya harus percaya sepenuh hati dengan seseorang baru bisa memuntahkan segala rasa benak di dada. Nah, ketika ikatan (yang mungkin agak) sakral itu terputus, saya seperti anak yang tersesat, ngga ngerti mesti lari kemana dan cerita sama siapa. Imbasnya, saya mungkin menjadi orang yang lebih temperamental ketika banyak masalah menggandrungi saya, karena saya tidak tahu harus "membuang" sedikit beban ini kemana lagi.

Yang kedua yang jadi judul postingan ini. Kehilangan penyemangat. Ya, ya, saya tahu, dan saya ulangi kembali Anda boleh menganggap saya lemah. Saya berzodiak Aries, dan seperti yang kalian tahu sedikit banyak orang yang berzodiak Aries itu manja. Salah satunya adalah saya. Jadi di kala saya benar-benar ingin bermanja, saya tidak tahu harus lari kemana lagi. Ya, persis seperti anak kecil.

Udah moody, temperamen, manja pula. Hiks. Sedih kadang punya sifat kaya gini. Ke-moody-an saya membuat saya terkadang sulit untuk mencari semangat yang lebih sering hilangnya. Benar-benar butuh sosok yang bisa menyemangati saya. Alhasil, jika tidak menemukan penyemangat yang tepat saya akan menjadi sesosok yang temperamen tinggi. Jadi, hati-hati aja ya kalau menemukan saya ketika saya membutuhkan penyemangat HAHAHA.

Lagi-lagi saya berpikir, dulu ketika tidak memiliki pasangan apa yang saya lakukan untuk mendapatkan semangat? Jadi ingin melihat masa lalu sejenak...

Selasa, 24 April 2012

April Memburuk

April memburuk. Dimulai sejak 2 tahun yang lalu. Dimana sebuah momentum besar terjadi dalam kehidupanku. Aku kira aku mulai lupa, tapi para pelakon kehidupan telah menunjukkan hidungnya kembali di April ini.

Ekslusif. Terlalu banyak kelompok eksklusif bermunculan di sekitarku. Entah aku yang ndeso atau aku yang memang tidak bisa mengikuti gaya hidup mereka. Entah iri, entah muak. Pokoknya kehidupanku diganggu mereka dalam diam.

Ujian. Hari tak pernah tak terlewati dengan ujian. Bermacam-macam ujian aku lewati di bulan ini. Dari ujian tulis, hingga ujian hidup. Tidak ada kata menyerah dari sang penguji. Spesial. Sudah tidak ada lagi. Mungkin April mengajarkanku untuk tidak menganggap sesuatu dengan spesial begitu mudahnya. Agar tidak terasa sakit, sesakit jatuh dari langit ke tujuh.

Lelah dan mengeluh. Sekarang menjadi hobi. Padahal itu konsekuensi. Seharusnya semua itu bisa hilang diobati dengan semangat. Akan tetapi semangat-semangat itu luruh bersama lelah. Bahkan mungkin lelah yang terus menghinggapi semangat hingga raib. Pencarian semangat sedang kujalani. Karena kupenat dengan lelah. Segala macam cara kucoba. Tapi selalu berakhir dengan menyerah dan rangkaian kata yang terucap dari bibir menyuarakan, "Aku butuh..."

April memburuk. Dimulai sejak 2 tahun yang lalu. Berharap membaik setelah celotehku usai kusiratkan disini.

Rabu, 14 Maret 2012

B-1 Resolusi!

Aaaaah bentar lagi!!! Sebulan lagi resolusi 2012 bakal terlihat akan terjadi atau tidak. Agak takut antara tidak terjadi dan sulit untuk melepas :'(

Minggu, 26 Februari 2012

Harapan Seorang Anak

Actually, I have a great family. Until some people was coming to join our family.

Itu hanya pemikiran saya. Atau itu merupakan kambing hitam saya yang menjadikan saya tidak pernah lagi betah di rumah.

Marah, kesal, dan tangis akhir-akhir ini sering saya lakukan akibat dari keseharian yang saya habiskan di rumah. Sering kali saya menangis ketika membuka album foto kala dulu.

Semua tersenyum. Bahkan tertawa. Tiada amarah, iri, maupun kekesalan yang timbul. Kapan terakhir mereka bahagia? Kapan terakhir kami bahagia bersama-sama?

Iri. Sering kali saya iri melihat keluarga yang bertamasya bersama atau hanya sekedar pergi ke luar. Mereka terlihat bahagia. Saya iri. Iri sekali. Namun, setelah itu saya mendoakan agar mereka tetap bahagia hingga hari akhir.

Rasanya ingin saya rengkuh kembali masa lalu saya. Masa dimana tidak ada jarak antar anggota keluarga.

Jikalau saya dikatakan selalu memamerkan perasaan saya untuk dikasihani, itu salah. Salah besar. Apa yang saya inginkan hanyalah teman. Teman berbagi. Cukup dengarkan celoteh saya dan saya tak mendapat timbal balikpun tak apa. Saya sudah senang. Itu tandanya masih ada yang peduli untuk meringankan beban batin saya.

Harapan saya hanya satu, melihat kebahagiaan mengalir di dalam kotak hijau ini, di tempatku bernaung. Hanya itu...

Minggu, 12 Februari 2012

Ada yang Salah?

Untuk dikau yang di seberang sana,
aku mau ngomong nih.
Mau dikomen juga silakan.
Aku cuma mau nanya,
kenapa jadi ga pengen ngobrol sama aku lagi?
Aku salah apa?

Aku udah minta maaf.
Aku ga ngerti mesti gimana.
Aku bener-bener ga enak kaya gini.
Rasa bersalah selalu datang setiap hari.
Maafin...

Aku cuma mau kita balik temenan lagi,
bisa?

Selasa, 31 Januari 2012

Resolusi 2012

Wah udah akhir Januari 2012 nih. Ga kerasa udah sebulan aja hidup di tahun 2012. Melihat judul di atas, gapapa kan ya gue (baru) buat resolusi gue di tahun ini? Gapapa kok yu ga ada aturannya *loh* *nanya sendiri jawab sendiri*

Sebenernya permintaannya sama seperti tahun lalu (tahun lalu apa aja juga gue ga inget). Tapi tahun ini punya 1 harapan berupa permintaan yang cukup diucapkan dalam hati. Dan pengen banget terwujud di hari ulang tahun :D kalo ga pas hari ulang tahun berarti yaudah, lepasin aja daripada buang waktu (ups jadi ketauan kalo ngomongin postingan sebelumnya).

Semoga tercapai resolusi tahun ini hihihihi

*sumpah posting ter-gapentingseduniabanget ini mah -_____-*

Senin, 30 Januari 2012

Ceracau Asal

Setelah dipikirkan beberapa lama, sebenarnya apa yang aku lakukan cuma membuang waktu. Menanti sesuatu yang tak pasti. Tapi dibuang sayang.

Mendengarkan ceracau seorang lelaki di radio yang melayani curhatan para wanita, memberi sedikit tamparan padaku di beberapa kalimat yang dia lontarkan. Misalnya seperti kalimat "kamu yang butuh dia di kala kamu kesepian", "dia hanya membutuhkan kamu di saat dia butuh", dan sebagainya.

Tapi, sebagai wanita yang sudah terlalu bermain dengan perasaan, keberadaan dirinya semakin membuat aku menginginkannya. Bahkan ketika namanya timbul di deretan nama orang-orang yang sedang berkembara di dunia maya sudah membuatku berdebar. Pesan singkat yang tak berisikan perhatiannya padaku saja aku anggap spesial.

Perlakuannya terhadapku yang menambah perasaan yang berbeda ini. Dan pendapat orang luar yang sering mengatakan, "Dia kaya gini cuma sama kamu," membuatku hatiku berdesir.

Sebenarnya hanya satu yang aku inginkan dari dirinya. Kepastian.

Namun pertanyaannya, bagaimana mendapatkan kepastian itu tertumpahkan dari mulutnya yang diam membisu?

Minggu, 22 Januari 2012

Ceritaku Untukmu

Alohaaa! Gimana kabarnya nih? Semakin baik atau semakin buruk setelah mengetahui IP semester ini? Pasti baik banget deh, kan dirimu pintar layaknya dewa. Ya ya, kau pasti tidak akan memberitahuku karena itu hal yang pribadi bagimu, ya kan? Tapi kayanya kalo aku yang nanya sih semua jadi tampak pribadi, karena kamu ga pernah memberitahukan kehidupanmu sedikitpun padaku. Huh! Curang! Padahal kan aku selalu cerita. Pasti kamu bakal jawab soalnya aku bawel. Oke! Fine, terserah deh.

Oh iya, pasti kamu bingung kenapa aku menuliskan surat ini untukmu. Oke, yang pasti aku pengen cerita aja sama kamu, menceritakan sesuatu yang ga mungkin aku ungkapkan secara lisan. Yaa, daripada aku mulai banyak omong ngalor ngidul, aku mulai aja ceritaku.

Saat ini perasaan aku lagi ga jelas banget. Lagi seneng banget ketika menerima sebuah pesan singkat tak terduga. Rasanya tuh kaya jalan-jalan pake balon udara loh! Seneng seseneng-senengnya orang seneng kalo lagi seneng! Tapi lama kelamaan aku mulai takut, aku takut kemana arah balon udaraku ini berhenti.

Ya, itu yang aku rasain. Aku takut banget perasaan senang ini cuma aku yang rasain, sedangkan si pengirim pesan menganggap ini hal yang biasa. Aku mesti gimana dong?

Pasti kamu mulai penasaran siapa sih yang bisa bikin aku sampe bisa kaya gini. Baiklah, karena kamu temanku aku bakal bilang deh.

Pesan singkat itu berasal dari kamu. Iya kamu. Udah ga usah pake bengong bacanya, lanjutin aja dulu.

Aku seneng banget kamu memperhatikan aku dan kamu orang yang bisa aku ajak bercanda. Kata temanku, kamu tipikal orang yang menunggu respon orang lain untuk dijadikan "teman". Sedangkan aku tipikal orang yang penasaran, yang membuatku selalu bertanya apakah aku sudah menjadi "teman"mu?

Mungkin cukup sampai disini suratku untukmu. Tidak ada maksud lain, hanya ingin jujur padamu.

Semoga kita tetap berteman selamanya :)

Jumat, 13 Januari 2012

So Sad

"Semakin hari, semakin cinta... Semakin hari, semakin rindu... Semakin dalam perasaan, kasih dan sayangku terhadap kamu..."

Sepenggal lirik dari salah satu lagu Ratu yang berjudul Semakin Hari Semakin Cinta di atas menunjukkan suasana hatiku saat ini. Tapi sayangnya perasaan ini ditujukan untuk seseorang yang mungkin bisa dikatakan hanya teman. Berharap menjadi sahabat untuk seorang lelaki itu terkadang hanya menjadi wacana, status sahabat tetapi ketika bertemu pun hanya "say Hi".

There are two things that I hate it so much. First, I miss you. Second, you're not mine. And it raises many questions in my head, such as, what should I do? How can I meet you? Do you wanna have a chit chat with me? etc.

It's hard to believe the reality about this. I'm falling in love with a "bad guy" hahaha. No one can help me (or us) to make us together. It hurts.

Rabu, 11 Januari 2012

Anda

Tau ga sih kalo kata-kata Anda itu membuat saya melambung tinggi hingga lapisan ke tujuh? Iya, saya tau, tujuan Anda pasti bercanda, bukan serius, karena serius juga udah bubar. Apalagi kata-kata itu ditujukan pada saya. Anda kan ga pernah melewatkan waktu untuk bercanda dengan saya jika saya ada di depan Anda. Bisa dikatakan Anda paling senang mem-bully saya, ya kan? Soalnya teman-teman Anda juga gitu sih.

Tapi tau ga sih, gara-gara kata-kata Anda itu, setiap saya membuka salah satu akun dunia maya saya, saya selalu menantikan kehadiran Anda menjahili saya. Dan bahkan ketika Anda tidak merajalela di halaman muka dunia maya tersebut, saya langsung mencari ke akun Anda. Hahahaha saya mulai freak. Ini semua gara-gara Anda loh.

Oh iya, Anda mesti tau pendapat temen-temen saya ketika melihat kalimat yang Anda susun untuk saya. Dan mereka kompak bilang kalo mereka yang dapet kalimat seperti itu juga mereka pasti akan merasakan hal yang sama seperti yang saya bilang di kalimat awal. Sepertinya itu memang impian setiap wanita ya hahaha.

Namun, saya sedikit merasa sedih ketika menengok akun Anda dan mendapatkan kalimat yang tidak Anda berikan tujuannya. Itu buat siapa ngomong-ngomong? Buat saya ya? Hahahaha itu harapan saya.

Gara-gara itu, jadi timbul pertanyaan yang saya harap bisa Anda jawab secepatnya. Sebenarnya Anda menganggap saya apa? Mohon dijawab sebelum saya benar-benar terbang ke angkasa luar. Dan semoga jawaban Anda tidak membuat saya jatuh ke lapisan bumi yang terdalam.

Sekian dan terima kasih dari Anda dalam arti sebenarnya :p

Jumat, 06 Januari 2012

Semoga Tepat :)

Yak kali ini mau share tentang kehidupan normal (emang biasanya ga normal?). Kehidupan kuliah tepatnya. Tahun kedua di kampus itu tandanya sebagian hidup seharusnya untuk oraganisasi untuk para organisatoris, atau bahkan akademis dijadikan pilihan kedua atau ketiga saat di kampus.

Gue termasuk orang yang sebenarnya suka berorganisasi. Tapi entah kenapa semenjak kuliah keinginan gue semakin terkikis seperti permukaan tanah di Indonesia ini. No passion. Malah terkadang menjadi keberatan. Bisa dikatakan ini adalah masa galau gue untuk menentukan apa yang harus gue lakukan, meneruskan organisasi yang gue geluti semenjak semester lalu atau resign dari segala-galanya.

Semakin hari dipikirkan sebenarnya keputusan semakin bulat. Akan tetapi tiba-tiba ternyata tawaran berdatangan yang membuat gue harus berpikir ulang. Oh ya sebelumnya gue udah memutuskan untuk ga mengambil apa pun saat ini dan nanti. Lalu ternyata...

Muncullah seorang teman yang menawarkan gue untuk menjadi bawahannya. Awalnya hanya satu orang yang mengajak tanpa paksaan, tapi setelah berselang beberapa menit pejabat pasangannya ikut mengajak. Mulai terasa berat disini, ketika diberitahukan apa yang terjadi di bidang tersebut. Perasaan mulai campur aduk, pening, gue butuh waktu.

Selanjutnya, datang kembali tawaran dari lembaga yang berbeda. Dengan sedikit perbincangan serta tanya jawab gue menerimanya, itung-itung jadi latihan dan mencoba hal yang baru. Oke status gue saat ini sudah bergelut di suatu lembaga.

Sekarang tinggal memutuskan ikut kembali di bidang lama atau tidak. Setelah dipikirkan matang-matang dengan segala pertimbangan, gue memutuskan untuk bekerja sama kembali dengan bidang itu. Insya Allah keputusan gue tepat.

Sebenarnya ceritanya belum selesai hahaha. Selang sehari setelah keputusan gue itu, gue kembali ditawari untuk bergabung di bidang lain, bidang yang sama sekali ga gue pikirkan karena gue pikir ga gue banget. Sedikit penasaran, gue tanyakan alasan mereka kenapa pengen merekrut gue. Oh, ternyata gue diambil karena pemikiran-pemikiran gue yang berbeda (mungkin di luar akal sehat hahahaha) dan gue yang tidak termasuk dari berbagai macam golongan.

Sayangnya ga boleh rangkap jabatan sih jadi tanpa dipikirkan lebih lama gue menolak mereka. Setelah penolakan tersebut, gue jadi ngebayangin kalo gue memilih bidang itu. Mungkin gue akan merusak suasana dengan mengeluarkan pendapat gue yang istilahnya bisa dikatakan orang luar. Ya mungkin aja sih, tapi ga tau juga hahahaha.

Ya intinya, semoga keputusan gue berlembaga ini tepat. Tidak terjadi keberatan atau apa pun yang lain. Bismillah :)

Kamis, 05 Januari 2012

Ceritaku pada Angin

Hey angin. Entah harus senang atau sedih, setiap aku berhubungan dengan seorang lelaki, banyak orang yang mengatakan hal yang berbeda tentang kita.

Dulu sekali, di kala aku menginginkan sekali dirinya menjadi pasanganku, temanku malah mengira kami sudah menjadi sepasang kekasih, dan dia terlonjak kaget si pria terlihat bersama wanita lain. Padahal memang sebenarnya apa yang dia saksikan adalah yang sebenarnya dan dia kira hanyalah harapan yang kandas di tengah jalan.

Dengan pria selanjutnya, tiada yang mengetahui tentang hubungan kita. Bahkan setelah aku lulus dari sekolah tersebut dan aku bercerita tentang masa lalu pada temanku masih banyak yang berkata, "Seriously? Lo pernah jadian sama dia? Kapan?" Yaa yang seperti itulah kira-kira. Bahkan saat aku menceritakan hal itu aku sudah kembali berteman baik dengan pria tersebut.

Pria lainnya juga kurang lebih sama. Ada yang menganggap kami masih adem ayem aman sentosa. Padahal sudah lama sekali kita berpisah dengan status "in relationship".

Angin, yang ingin kukatakan padamu bisakah kau membantuku menyebarkan berita benar tentangku? Aku tak ingin orang salah mengira tentang aku, apalagi tentang ini.

Apa katamu? Mengapa aku merisaukan hal ini? Agar tidak ada yang salah sangka dan tidak ada yang salah langkah.

Bisakah kau membantuku kali ini angin? Permintaanku kali ini tidak seberat biasanya kan? Aku harap kau bersedia membantuku. Secara perlahan saja, tak perlu tergesa. Terima kasih :)

Rabu, 04 Januari 2012

Kaleidoskop 2011

Telat banget yee bikin ginian. Biarin deh ah yang penting bikin buat dijadikan salah satu sejarah.

2011 buat saya itu tahun gelap, dimana banyak kejadian yang tidak mengenakkan daripada yang enak. Dalam kehidupan pribadi saya pun terlalu banyak yang dikorbankan, dari cita juga cinta.

Cita. Ini maksudnya berhubungan dengan perkuliahan saya. Nilai anjlok, jatuh, merosot tajam. Bikin kerjaannya pengen nangis.

Cinta. Banyak yang patah hati di tahun ini, alias putus, termasuk saya. Tapi kalo bagian saya ga saya anggap sedih-sedih amat sih. Heyhoo bukan karena tak cinta tapi memang sudah diprediksi.

Selain kedua itu masih ada gelap-gelap lainnya. Banyak karib kerabat yang pergi meninggalkan dunia ini. Terutama pakde-pakde saya. Sedih rasanya ga bisa melihat mereka untuk yang terakhir kalinya.

Gara-gara semua ini saya ingin segera menyambut 2012 dengan senyuman. Pengen mendongkrak semua kegelapan yang ada menjadi kecerahan.

Dan hal-hal yang saya sebutkan di atas lah yang menjadi pendongkraknya, dengan cara memikirkan hal positif yang ada di baliknya.

Cita. UAS harus lebih persiapan, jangan seenak bodong. Dan harus lebih memanajemen waktu. Mesti. Kudu. Harus.

Cinta. So last year banget kalo masih mikirin yang lama-lama. Mungkin jadi teman adalah langkah terbaik. Ga usah pusingin jodoh saat ini (tapi ngarep-ngarep dikit gapapa lah yaw) karena masih banyak waktu membentang (walaupun gatau kiamat kapan) untuk mencari jodoh terbaik. Ya mungkin yang sudah mapan di tempat kerja nanti :)

Untuk menghadapi orang-orang yang akan "berpulang" (termasuk juga saya) yang tidak diketahui kapan waktunya dengan cara lebih menyayangi mereka, lebih memberikan perhatian. Karena kan kita tidak akan tahu kapan "jadwal" kita "pulang", betul bukan?

Selain itu pengen banget meningkatkan keimanan diri nih. Jujur aja, saya termasuk golongan yang masi bolong-bolong untuk shalat. Semakin takut kepada-Nya. Terlalu banyak hal yang telah ditunjukkan-Nya yang membuat hati waswas. Banjir, longsor, dan berbagai kejadian lain.

Semoga semua yang saya tuliskan disini untuk 2012 bisa saya laksanakan dan mendapatkan hasil yang setimpal. Aamiin :)

Sulitnya Mendapat Perhatian

Sebenarnya tanpa harus kujabarkan, dari judul di atas juga sudah terbayang dengan imajinasi masing-masing. Sulitnya mendapat perhatian. Sulit sekali. Apalagi untuk mendapatkan perhatian dambaan hati.

Apalagi aku seorang wanita. Jika terlalu berlebihan bisa dinilai agresif. Atau ada juga yang mengatakan, "Lebay banget sih jadi cewe." Ya, itulah hidup. Selalu mendapatkan penilaian dari orang lain.

Sebenarnya sih dengan modal muka tebal dan kacamata kuda semua dapat teratasi. Tapi kalau ternyata malah berdampak pada si dambaan, bisa-bisa dia malah risih. Yang tadinya mau tambah deket malah semakin jauh.

Beginilah nasib kami para wanita. Salah bertindak selalu diomongi macam-macam. Sulit untuk menentukan sikap yang benar agar terlihat baik dan wajar oleh khalayak ramai.

Sampai saat ini yang hanya bisa dilakukan hanya mengagumi dari jauh, terkadang saling bercanda ketika sempat. Cukup menyenangkan sih melakukannya. Seperti kembali ke masa lalu, dimana pengen banget dapetin pria pujaan hati hahaha. Tapi yaa ga muluk-muluk deh, dari pengen kan jadinya ngarep, ya ga?

Makanya, tolonglah mas "pujaan banyak wanita" peka terhadap perbuatanku. Misalnya seperti mengajak kemana, itu bukan hanya wacana, aku ingin sekali kita merealisasikannya, denganmu tentunya.

Semua itu kulakukan untuk mendapatkan perhatianmu. Biar cuma buat aku hahahaha.

Semoga pencarian perhatian ini berjalan lancar hingga berakhir indah tentunya hahahaha.