Kamis, 12 Februari 2015

Mimpi

Dear sayangku,

Apa kabar? Kamu pasti akan menjawab baik-baik saja karena tidak ingin membuatku khawatir. Janji ya sama aku kamu selalu sehat di saat aku jauh dari kamu seperti saat ini.

Sayang, aku rindu. Lagi-lagi hari ini kamu hadir dalam bunga tidurku. Kamu terasa begitu nyata hingga melihat senyummu yang sangat aku sukai membuatku dapat tersenyum sambil tidur. Di mimpi itu kamu menghampiriku di depan dia yang selalu memandangku dengan pandangan yang terasa menghunus jantungku. Aku tidak berani menatapnya, Yang. Aku takut. Aku hanya ingin kamu memutar arah saja menuju dirinya tanpa perlu menghampiriku. Tapi kamu tidak melakukannya dan malah terus berjalan hingga kamu tepat berada di hadapanku dengan senyummu itu.

"Hai," itu kata pertamamu padaku. Aku yang tidak percaya akan kejadian ini langsung menepukmu pelan. Kamu tetap tersenyum. Akhirnya kamu menjelaskan semuanya. Kamu meninggalkan dia karena kamu sadar bahwa kamu membutuhkan aku. Satu tahun kemarin bukan waktu yang singkat untuk menghapus rasa ini padamu. Jadi setelah kamu mengatakan semuanya yang bisa otakku perintahkan hanya menangis dan memelukmu.

Lalu, dia pun mendatangi kita berdua. Dia minta maaf Yang sama aku. Aku akhirnya peluk dia dan bilang aku tidak pernah sekali pun merasa marah dengannya. Karena sebenarnya urusan ini hanya berhubungan antara aku dan kamu. Kamu juga yang memutuskan memilih dia, jadi aku tidak berhak untuk marah padanya kan? Hahaha pasti kamu bakal bilang aku tidak pernah berubah, tetap berbuat baik sekali pun dengan orang yang pernah menyakiti kamu. Buktinya aku masih menerimamu dengan pelukan hangat dan tidak menyimpan dendam apa pun dengan dia.

Keesokan harinya, tetap di dalam mimpi yang sama, kamu mengunjungi rumahku bersama keluargamu. Ngobrol santai untuk menjalin silaturahmi. Aku senang kamu bisa dengan hangat bercengkerama dengan keluargaku, begitu juga denganku. Saking serunya kamu tertidur di kamar kakakku. Kamu lucu Yang kalau lagi tidur :) Tidak sampai hati aku mau membangunkanmu. Tapi karena ibumu sudah mengatakan ingin pamit jadi mau tidak mau kamu harus bangun. Mukamu kelihatan lelah Yang, keputusan ini terlalu menguras energimu ya? Semoga kamu tidak dengan berat hati melakukan ini semua.

Setelah kamu merapikan diri, kamu pun pamit dengan keluargaku. Dan setelah kamu meninggalkan gerbang rumahku, aku terbangun.

Sayang, aku lelah. Aku lelah dengan perasaanku. Hati ini masih ingin memilikimu. Tapi kamu sudah tidak mungkin meninggalkan dia. Aku tahu Sayang, aku egois. Tapi kamu juga sudah tahu kalau aku akan tetap sayang sama kamu entah sampai kapan. Maaf ya Sayang, walaupun sudah berulang kali aku bilang maaf masih tidak bisa diterima olehmu. Kamu tidak bisa memaksaku untuk meninggalkanmu begitu saja. Kamu tahu sendiri cinta tidak bisa dipaksa. Aku juga tidak memaksamu untuk mencintaiku. Karena aku tidak mau membuat kamu menderita. Aku tidak akan sanggup melihatmu menderita.

Sayang, maafkan mimpiku yang tidak sopan menolak kenyataan yang ada. Tapi mimpi itu terkadang hanya sebuah harapan di dalam hati. Iya, itu harapanku. Maaf ya Sayang. Maaf sekali.

Baiklah, maafkan aku yang seenaknya memanggilmu "Sayang". Karena aku tidak tahu apa kata yang tepat untuk memanggilmu. Setiap namamu muncul di dalam kepalaku hanya ada rasa sayang yang bisa menggambarkannya. Maaf, mungkin aku mulai kelewatan. Tapi itulah aku.


Maafkan aku,

Orang yang selalu berharap.

Senin, 09 Februari 2015

Tulus (1)

"Aku tahu kamu tulus sayang sama aku. Semuanya terlihat dari mata kamu. Tapi maaf aku ga bisa meneruskan hubungan kita."

Kalimat itu yang sering terngiang di dalam pikiran Ari. Kejadian empat tahun yang lalu masih terlalu membekas di ingatannya. Rani memutuskan hubungannya tiba-tiba tanpa menjelaskan apa pun.

Hubungan Ari dan Rani awalnya tidak lebih dari teman satu kampus yang menggeluti klub yang sama. Klub kesenian, klub yang memiliki tempat berkumpul di salah satu ruangan terbesar di kampus mereka karena selalu memiliki anggota terbanyak dengan beberapa cabang kesenian yang dapat diikuti mahasiswanya, di antaranya musik dan lukis. Ari bergabung di cabang musik, sedangkan Rani di cabang lukis.

Keduanya memang tidak saling kenal satu sama lain. Tapi, suatu hari jadwal klub mereka bentrok antara musik dan lukis. Ruangan klub mereka tidak mampu menampung keduanya, bukan karena kapasitas ruangan yang tidak mencukupi tetapi karena akan saling mengganggu konsentrasi satu sama lain. Namun pada akhirnya kedua cabang tidak memakai ruangan klub, anak lukis mendapat tugas untuk melukis bebas kegiatan di sekitar kampus, dan anak musik terbagi menjadi beberapa kelompok untuk berlatih mementaskan aksi mereka di free jamming acara kampus mereka.

Rani memilih untuk melukis di sekitar danau kampus, di mana banyak orang memancing untuk mendapatkan ikan. Tidak jauh dari tempat Rani duduk, Ari sedang memetik gitarnya, mencoba mencari aransemen yang tepat untuk pertunjukkannya nanti. Merasa bosan karena belum mendapatkan aransemen yang pas, Ari meninggalkan teman-temannya untuk mencari inspirasi. Maksud Ari mencari inspirasi adalah dengan merokok. Karena tidak ingin mengganggu kegiatan kampus, Ari selalu merokok di bawah pohon di dekat danau.

Sesampai di tepi danau, pohon yang biasa menjadi tempat Ari untuk berteduh sambil membakar rokoknya sudah ditempati seorang perempuan yang sedang melukis. Oh, anak lukis toh, ucap Ari dalam hati. Cukup kecewa karena pohon tempat favorit Ari sudah ditempati, Ari tetap memutuskan untuk duduk di tepi danau tidak jauh dari pohon itu. Ari mulai mengisap rokoknya dan sesekali memainkan gitarnya.

"Maaf," Ari menoleh dan mendapati Rani tengah menatapnya.

"Ya?" jawab Ari bingung. Ari tidak merasa kenal dengan perempuan yang duduk tak jauh di sebelahnya ini.

"Rokoknya bisa dimatikan? Saya tidak bisa menghirup asap rokok, asma saya bisa kambuh."

"Oh, ini," Ari salah tingkah, "Maaf ya, gue ga tau."

"Tidak apa-apa," Rani tersenyum.

"Tapi kalau gue main gitar di sini boleh?"

"Boleh. Lumayan ada hiburan yang menemani saya di sini."

Setelah itu, Rani tetap melanjutkan lukisannya. Sedangkan Ari bingung dan masih salah tingkah karena tidak diperbolehkan untuk merokok padahal itu salah satu caranya mendapatkan inspirasi. Tapi karena ia sudah terlanjur duduk di sini dan sudah mendapat izin untuk bermain gitar, Ari mulai memainkan gitarnya. Bosan, Ari menengok ke sebelahnya.

"Hei," Ari memanggil Rani.

Rani menoleh.

"Lo anak klub lukis ya?"

Rani mengangguk.

"Tingkat berapa?"

"Tingkat dua," jawab Rani, "Kamu?"

"Gue tingkat tiga."

"Oh! Maaf Kak saya ga tahu," wajah Rani menyiratkan rasa bersalah karena sudah meminta seniornya untuk mematikan rokoknya.

"Tenang aja. Kan ga lagi ospek. Ga bakal gue marahin lah." Dua-duanya tergelak.

"Nama lo siapa? Gue Ari."

"Rani Kak."

"Panggil aja Ari, ga usah pake kak, berasa tua."

Lagi, Rani tertawa. Kemudian tersenyum. Manis, pikir Ari. Dalam hitungan detik Ari tersadar dari apa yang dipikirkannya. Dan mulai mengaburkan rencana di lamunannya.

"Kenapa Kak? Eh, Ri maksudnya," tanya Rani, merasa Ari ingin mengatakan sesuatu.

"Ga papa, ngga ada apa-apa kok," Ari salah tingkah lagi.

Diam kembali, akhirnya Rani meneruskan untuk melukis. Ari masih menatap Rani, tapi mulai bergeser melihat lukisan Rani.

"Suka ngelukis ya?" tanya Ari tanpa sadar menggeser tempatnya duduk menjadi lebih dekat dengan Rani.

Rani mengangguk. "Dari kecil kata ibu aku sudah hobi coret-coret tembok hahaha," Rani menjawab sambil masih mengerjakan lukisannya.

Manis sekali anak ini, pikir Ari. Ari tanpa sadar mengacak-acak rambutnya. Maksudnya untuk menghilangkan pikirannya tentang Rani malah dikira Rani Ari sedang sakit.

"Ri, lagi pusing ya?" Rani bertanya sambil memandang Ari

"Ngga kok. Emang kenapa?"

"Dari tadi kamu kaya lagi pusing mikirin sesuatu."

"Oh itu, lagi pusing aja mikirin free jamming," Ari mengarang alasan dari pada dianggap aneh oleh Rani karena alasan Ari salah tingkah karena dia.

"Kapan free jamming-nya? Minggu depan ya?"

Ari mengangguk. Masih belum sanggup berkata-kata.

"Kamu ga latihan?"

"Masih bingung sama aransemennya. Ngerasa belum pas aja. Makanya gue ke sini mau cari udara segar, siapa tahu dapat inspirasi."

"Nyari udara segar kok malah ngerokok," canda Rani.

"Hahaha, sori ya. Gue terbiasa nyari inspirasi sambil ngerokok."

"Jadi aku bikin kamu ga bisa mikir dong sekarang?"

"Ngga juga sih. Biasanya juga suka muncul ide setelah lihat-lihat pemandangan yang ga banyak orangnya. Kaya di sini."

Mereka melanjutkan obrolan dengan lebih santai. Sesekali Ari memainkan gitarnya, untuk menghibur Rani atau pun mulai membuat aransemennya. Hingga hari pun sudah sore. Tidak terasa mereka menghabiskan waktu berjam-jam bersama.

"Ri, aku mau pulang sekarang," Rani mulai membereskan barang-barangnya.

"Loh, kan lukisannya belum selesai."

"Besok aku ke sini lagi. Diterusin lagi di sini."

"Besok gue juga boleh latihan gitar di sini?"

"Boleh. Asal ga ngerokok ya," Rani tersenyum.

"Hahaha oke deh. Soalnya ini juga tempat favorit gue buat menyendiri."

"Yaudah, sampai ketemu besok Ri."

Ari melambaikan tangannya. Ari menatap Rani hingga Rani hilang dari pandangan. Ari tersenyum sendiri dan mulai beranjak dari tempatnya duduk. Semenjak itu Ari berhenti merokok.

Mbak Penjual Pecel

Halo Mbak,

Jangan aneh menerima surat cinta dari saya. Karena saya cinta dengan pola pikir Mbak, saya ingin membagikannya di sini kepada teman-teman. Sebelumnya terima kasih telah berbagi.

Hari ini hujan turun tiada henti dan terjadi di seluruh penjuru Jakarta. Banjir di mana-mana. Orang-orang segan untuk pergi, takut terjebak banjir atau sudah terjebak banjir dari depan halaman rumahnya. Namun Mbak tetap berkeliling menjajakan jualan Mbak.

Berbekal bakul besar yang Mbak panggul di punggung berisikan berbagai macam sayur yang telah direbus, aneka gorengan, mi goreng, lontong, juga bumbu kacang. Mbak selalu berkeliling sambil meneriakkan "Pecel" dengan suara yang khas. Tidak terkecuali hari ini.

Ibuku bertanya mengapa Mbak berjualan di tengah hujan deras. Dengan senyum Mbak menjawab justru di saat seperti ini jualan Mbak lebih laku. Orang-orang yang berteduh menunggu hujan dan merasa lapar pasti akan banyak jumlahnya. Belum lagi di orang-orang di rumah yang tidak masak dan tidak ada penjual makanan yang lewat selain Mbak.

Di tengah hujan yang deras seperti ini, di mana lebih banyak orang yang kesal karena menyebabkan banjir dan kemacetan di mana-mana, malah Mbak anggap sebagai berkah. Salut saya, Mbak. Sedikit sekali orang yang mensyukuri datangnya hujan di kota kita ini. Dan Mbak dengan tulus dan semangat tetap menjajakan dagangan Mbak karena berpikir Tuhan akan memberikan rezeki kepada Mbak di balik turunnya hujan.

Terima kasih Mbak atas pelajaran hidupnya. Tetap bersyukur dari apa pun yang diberikan Tuhan. Terima kasih pula atas kerja keras Mbak untuk tetap berkeliling menjualkan makanan sehingga kebutuhan pangan kami terpenuhi. Semoga rezeki Mbak selalu bertambah dan dilebihkan oleh Tuhan.


Salam,

Pembeli pecelmu.

Sabtu, 07 Februari 2015

Dear Susimi

Dear my Susimi,

Hari ini aku menujukan surat ini untukmu. Karena aku pikir aku sangat berterima kasih atas jasamu yang menemaniku sepanjang waktu, mulai dari menghilangkan penat dan membantuku mengerjakan tugas.

Susimi, kamu selalu diam dan mengerti dengan apa yang aku lakukan. Walau terkadang kamu akan meminta istirahat sejenak tanpa mengatakan apa-apa padaku yang membuatku nyaris pingsan jika sedang di tengah mengerjakan tugas. Berharap kamu tidak apa-apa, dan benar kamu hanya ingin istirahat.

Susimi, jangan cepat lelah ya. Aku tahu jika kamu mampu berbicara kamu pasti lelah aku ajak begadang setiap hari dan pasti akan menyuruhku untuk lekas tidur. Tapi apa daya, kamu selalu setia di hadapanku tanpa pernah menolak, hanya tertidur sebentar yang kemudian akan aku ganggu kembali untuk menemaniku terjaga.

Susimi, terima kasih juga kamu sudah menjadi teman curhatku yang paling bisa menjaga rahasia. Semua obrolanku dengan teman-temanku pun kamu jaga baik-baik tanpa kamu umbar ke orang lain. Kamu jangan sakit ya, karena kalau kamu sakit nanti aku yang panik, siapa lagi yang akan membantuku mengerjakan tugas atau menemaniku menonton video lucu untuk menghiburku?

Susimi, maafkan aku memberikan nama seadanya. Hanya sebuah kependekan dari "Asus Ini Milikku". Mungkin kalau kamu bisa bicara kamu minta nama yang keren seperti Aphrodite atau Jacquline. Tapi kamu seharusnya senang, karena namamu unik dan tidak aku tambahi -likiti di belakangnya. Nanti kamu jadi terkenal karena dikira istri dari Tukul.

Susimi, semoga kita awet ya. Sampai saat ini aku merasa paling nyaman denganmu. Hanya satu kekuranganmu, kita tidak bisa menonton dvd bersama karena kamu tidak bisa melakukannya. Tapi tidak apalah, aku juga tidak terlalu suka menonton, jadi tidak terlalu menjadi masalah untukku. Kamu bersabar ya selama menjadi milikku wahai laptop kesayanganku. Aku sayang kamu selalu.


Salam,

Pemilikmu.

Jumat, 06 Februari 2015

Teruntuk Adikku

Halo Adiiik! Selamat ulang tahun ya! Sebagai kado aku hadiahkan surat cinta ini untuk kamu :)

Sudah berapa lama ya kita tidak bertemu? Tapi kita masih bisa mengetahui keadaan masing-masing. Terima kasih untuk Facebook yang membantu mempertahankan silaturahmi kita.

Aku rindu sekali sama kamu, Dik. Dan sesungguhnya aku rindu kamu yang dulu. Kamu yang dulu yang bisa membuatku memutuskan untuk menganggapmu sebagai adik padahal kita baru saja bertemu saat itu.

Dulu, aku merasa kamu rapuh. Aku berpikir akan lebih baik jika aku bisa melindungi kamu dengan caraku. Seiring dengan berjalannya waktu aku tahu aku tidak berhasil membuatmu lebih baik. Suatu ketika kamu menceritakan suatu hal kepadaku yang aku rasa itu sangat privasi tapi karena kamu percaya sama aku maka kamu ceritakan semuanya padaku. Terima kasih kamu sangat percaya sama aku, tapi maaf sebenarnya ketika kamu menceritakannya hatiku terasa seperti tersayat. Namun, apa lagi yang dapat aku lakukan, itu pilihan kamu yang sudah menjadi gaya hidupmu.

Aku mencoba sabar dan berdoa semoga kamu diberikan petunjuk untuk menjadi lebih baik. Akan tetapi kamu memberikan berita lagi yang membuat darahku berdesir. Aku merinding ketika mengetahuinya. Aku tidak ingin kamu tahu bahwa aku takut, aku hanya memasang tampang yang menurutku tepat sebagai kakak yaitu dengan menenangkanmu dan memberikan nasihat selayaknya orang yang lebih mengerti kehidupan. Padahal di balik itu semua aku sudah ingin menangis dan memelukmu erat, ingin membawamu ke rumah dan menjagamu sebaik-baiknya.

Entah mengapa dewi fortuna sedang tidak berpihak kepadamu. Semakin hari aku melihatmu semakin tidak baik. Jujur Dik, aku tidak tahu harus berbuat apa. Di satu sisi aku ingin menyelamatkanmu dari kehidupan kelam itu. Namun di sisi lain aku tahu aku belum sanggup untuk memenuhi semuanya untukmu. Rasa sayang ini hanya bisa mengkhawatirkan kamu tanpa tahu apa sebaiknya jalan terbaik untuk kamu.

Terima kasih sekali kamu masih menganggapku sebagai kakak. Terkadang aku tidak kuat jika kamu menyebutku demikian karena aku merasa tidak pantas mendapatkan predikat itu. Tapi sekali lagi terima kasih atas kepercayaan kamu denganku selama ini.

Di hari ulang tahunmu ini aku hanya bisa mendoakan semoga kamu selalu sehat, rezekinya dilancarkan, ditunjukkan jalan yang benar dalam kehidupanmu, dan selalu dilindungi olehNya kapan pun dan di mana pun kamu berada. Maaf aku belum bisa menjadi kakak yang baik buat kamu.


Salam,

Kakak yang tidak becus.

Kamis, 05 Februari 2015

Hi 5!

Hi 5!

Bukan, ini bukan acara anak-anak yang menayangkan dua laki-laki dan tiga perempuan menari dan menyanyi bersama untuk menghibur penontonnya yang mayoritas anak kecil. Tapi ini kita yang terdiri dari tiga laki-laki yang memiliki kelebihan (berat badan) dan dua perempuan yang cantik penuh kesabaran menghadapi ketiga lelaki lainnya. Iya, aku mau menujukan surat ini untuk kalian, teman-teman kecil(?)ku.

5. Lupa siapa yang menamakan grup di Line dengan nama ini. Yang pasti karena dari pada tidak bernama dan kita kalau pergi lengkapnya berlima jadi diberilah nama itu, betul tidak? Ah sudahlah tidak penting juga. Yang penting itu aku memutuskan menulis (oke, mengetik) surat cinta ini untuk kalian karena aku kangen kalian! Iya, begitu saja.

Sadar tidak kalau kita sudah berteman lebih dari sepuluh tahun? Lama ya. Terkadang suka heran pada diri sendiri, kok bisa ya aku betah berteman dengan kalian yang otaknya pada "geser". Perasaan itu tidak bisa dibohongi kalau sudah nyaman berhubungan dengan orang lain pasti akan lebih mudah untuk menerima apa pun yang dilakukan orang itu. Yang bikin nyaman dari kalian itu selalu bisa bikin aku tertawa selain dari pribadi kalian masing-masing. Kurang lebih aku jelaskan pendapatku tentang kalian berdasarkan abjad berikut ini.

Gendut 1 yang paling sering membuatku ngambek. Alasannya cuma satu dan selalu itu, yaitu mager aka malas gerak. Kalau mau pergi jarang sekali berhasil kalau bukan dadakan. Kalau bukan dadakan dipastikan tidak akan berangkat tepat waktu, minimal dua jam dari waktu yang dijanjikan baru berangkat. Walau sudah sering dibuat ngambek, tapi tidak tahu mengapa kalau mau pergi yang aku tanya lebih dulu orang ini. Saking sayangnya nih Dut, tapi kurangilah magernya huhuhu.

Gendut 2 kapten yang kerjaannya terbang ke sana ke mari. Target bully kita semua karena paling telat sadar apa yang lagi diobroli. Tapi yang paling enak diajak pergi karena pasti muncul paling pertama. Terbiasa tepat waktu kalau terbang ya, Capt? Bagus bagus. Kalau bisa ditulari teman-temannya biar tidak selalu membuat kesal.

Gendut 3 ini mulutnya yang paling duluan kalau bully orang. Tapi sepertinya paling perhatian dari yang lain, soalnya paling sering menanggapi. Mungkin sudah bawaan ya kalau jadi dokter harus cepat tanggap dan perhatian sama pasiennya, walaupun masih diragukan bisa menyelesaikan masalah gigi dan teman-temannya atau tidak. Hahahaha ampun Pak Dokter.

Si cantik yang kecantikannya (terkadang) bikin iri. Ibu psikologku, tempatku curhat yang sering bingung sama obrolan orang, sebelas dua belas sama kapten hahaha. Selalu bermasalah sama pipinya yang menurutku malah merupakan aset untuk menarik perhatian laki-laki. Tidak heran banyak yang jatuh hati sama kamu, sist. Ups..... hihihihi.

Intinya walaupun kalian menyebalkan seperti apa pun aku sayang sama kalian, bersyukur punya teman-teman seperti kalian. Maaf aku jarang bertemu dengan kalian karena sering kali mengajak bertemu di malam hari di mana orang tuaku paling sulit memberikan izin. Salahkan para penjahat di Indonesia yang selalu berulah sehingga membuat orang tuaku semakin tidak mengizinkan aku keluar atau pulang di malam hari. Maaf juga kalau aku juga menyebalkan, pasti itu tidak disengaja kok kan aku baik hati :3 (malah jadi menyebalkan hahaha).

Semoga pertemanan kita selalu terjaga sampai tua, sampai kakek nenek. Dan kita selalu diberikan kesehatan agar masih sempat untuk bersilaturahmi satu sama lain.


Salam,

Teman yang tidak bisa pergi malam-malam. 

Rabu, 04 Februari 2015

Awal Biasa Menjadi Luar Biasa

Halo sahabatku yang sedang berbunga-bunga hatinya,

Gue ga akan memulai surat ini dengan apa kabar, secara kemarin lo baru saja memberikan kabar gembira :D Ini hadiah dari gue untuk nulis (sebenarnya sih ngetik) surat cinta bertemakan "For The First Time In Forever" spesial buat lo. So sweet banget ya gue? Karena sesungguhnya gue tidak menyangka kita bakal bisa sedekat sekarang dari awal pertemuan yang sebenarnya biasa aja tapi ga akan pernah gue lupa. By the way ini surat pertama gue yang pake bahasa sehari-hari. Semuanya khusus buat lo!

Gimana bisa lupa sama orang yang ditemui dari atas sampe bawah ungu semua. Kemeja ungu, rok ungu, tas ungu, sepatu ungu, dan bahkan matanya pun ungu. Yang terakhir sih yang bikin gue heran. Sebagai penyuka ungu pun gue sampai bergidik lihat lo. Ampun ndoro, tapi itu realitanya hahaha :p

Seiring berjalannya waktu, kita juga ga pernah menghabiskan waktu bareng. Yang gue inget cuma ketika kita bertiga, sama satu teman kita lagi, ngumpul di suatu kamar yang gue lupa kamarnya siapa dan ngobrol random sampai tengah malam. Kayanya dari situ kita mulai sering cerita-cerita.

Selain dari itu kita juga punya kesamaan, sama-sama suka sama cowo yang sama! Dan kejadiannya lebih dari sekali. Hahahaha ini hal paling bodoh selama gue punya teman seumur hidup gue. Bisa-bisanya tiap curhat tentang cowo pasti mau curhatin cowo yang sama. Super aneh! Walaupun yang benar-benar memikat di hati ga pernah sama, you know what I mean kan? Hahahaha.

Dan sudah beberapa kali lo menjadi saksi bahwa gue bisa dikatakan seorang cenayang, dalam arti gue sudah tahu apa yang bakal lo bilang sebelum lo menceritakan semuanya ke gue. Aneh banget ga sih? Lo aja heran apa lagi gue yang nebak padahal asal aja. 

Kemarin pun tebakan gue sangat jitu. Iya, kabar gembira yang lo berikan itu. Akhirnya salah satu harapan lo terkabul setelah selama ini minta sama gue "sesuatu" dan maunya yang "itu". Selamat sayangku!! Gue ga akan marah, gue ga akan kesal karena "sesuatu" itu sudah berada di tangan yang tepat. Inget kan dulu gue pernah bilang kalau lo yang dapet gue ga akan marah? Sekarang giliran gue yang berharap sama lo: jangan disia-siain, semoga lo bahagia, dan gue selalu ada kalau lo mau cerita apa pun seperti biasanya ;) Don't feeling guilty, okay? :)

Well, walaupun pertemuan pertama kita biasa aja dan ga berarti, tapi hubungan persahabatan kita akan selalu luar biasa dan amat berarti, kan?

Mungkin surat ini ga romantis seperti yang lain. Tapi dengan mengirim surat ini ke lo menunjukkan bahwa gue romantis, ya kan ya kan? Hahahaha.

Bahagia selalu ya kawaaaan! Jangan bosan berteman sama gue!

Kiss and hug,


Seseorang yang rela nunggu jam pulang kantor buat nemenin makan sushi.

Selasa, 03 Februari 2015

Kalian yang Tidak Pernah Saya Temui

Kakek, nenek, eyang, dan mbah putri tersayang,

Apa kabarnya di surga? Saya kangen.

Menulis surat ini saja saya sudah ingin menitikkan air mata. Entah mengapa kalau memikirkan kalian saya rindu setengah mati. Padahal saya belum pernah bertemu dengan kalian semua. Hanya berbekal foto simpanan papa dan mama saya mengetahui wajah tampan dan cantik kalian.


Kakek, nenek, eyang, dan mbah putri tersayang,

Saya iri dengan ponakan-ponakan saya. Mereka selalu diperhatikan oleh papa mama. Setiap hari tidak lupa untuk menelepon cucunya jika tidak sempat mengunjungi. Jika kalian semua masih ada apakah kalian juga akan melakukan hal yang sama untuk saya?


Kakek, nenek, eyang, dan mbah putri tersayang,

Saya iri dengan teman-teman saya. Setiap liburan mereka selalu mengunjungi kakek neneknya, berfoto bersama, berbagi peluk dan cium. Bagaimana rasanya mendapat kasih sayang dari kakek nenek? Bagaimana rasanya memeluk eyang dan mbah putri? Maafkan saya atas rasa iri saya terhadap teman-teman. Terkadang saya tidak bisa menahannya.


Kakek, nenek, eyang, dan mbah putri tersayang,

Saya sedih tidak bisa sering mengunjungi kalian karena makam kalian yang letaknya jauh dari rumah saya. Maafkan saya, papa, dan mama ya kakek, nenek, eyang, dan mbah putri karena jarang mengunjungi. Tapi doa dari kami selalu mengalir untuk kalian.

Semoga nanti kita dapat bertemu di surga dan segala yang aku rindukan akan terpenuhi. Selalu sayang kalian.

Salam,

Cucu kalian yang sangat merindu.

Senin, 02 Februari 2015

Kepada Sosok Matahariku Setelah Hujan Turun

Dear Masnya,

Temanku yang paling baik sedunia, aku tidak akan menanyakan kabarmu. Karena kalau kamu tidak baik-baik saja pasti langsung laporan. Hahahaha sebenarnya aku selalu tersenyum kalau menemukan namamu di kolom chat-ku. Sebabnya pasti ada sesuatu yang ingin kamu kabarkan padaku entah penting atau tidak. Aku terkadang merasa tersipu membaca "laporan"mu, sambil terkadang berpikir aku ini apa sampai kamu terkadang minta doa restu dariku.

Temanku yang paling baik sedunia, aku menobatkan kamu sebagai matahariku setelah hujan turun. Mengapa? Karena kamu selalu bisa menghapuskan air mataku dengan kalimat-kalimat sederhana yang membuatku ceria kembali.

Kamu memang tidak selalu ada di saat aku membutuhkanmu. Tapi kamu selalu muncul di saat yang tepat. Entah magnet apa yang menarikmu di saat aku benar-benar terpuruk dan membutuhkan semangat, pasti kamu akan datang dengan kata-kata yang tidak ada manis-manisnya. Tetapi kata-katamu itulah yang membuat aku tersentak dan menyadari apa yang seharusnya aku lakukan, apa yang salah dalam pilihan yang aku ambil, dan apa tujuan sebenarnya dari pilihanku tersebut.

Kamu sendiri mengakui bahwa kamu paling tidak bisa menghibur orang dan malah membeberkan fakta yang membuat seseorang tersadar akan sesuatu yang tidak terlihat ketika ego menguasai otak sehingga tidak bisa berpikir jernih. Mungkin beberapa orang merasa cara itu terlalu keras untuk diberikan kepada seseorang yang sedang dirundung duka. Namun aku rasa aku cocok dengan cara itu. Tamparan keras lebih mudah untuk membuatku kembali berpikir jernih sehingga aku tidak perlu berlarut-larut dalam kesedihan.

Terima kasih ya Mas sudah menjadi teman terbaik sedunia. Konon katanya teman paling baik adalah teman yang selalu ada di saat duka, dan Mas selalu ada di saat itu. Aku harap kita dapat selalu menjaga hubungan ini sampai tua. Semoga Mas selalu sehat agar selalu bisa menjaga kebahagianku kapan pun dan di mana pun :)

Salam,


Temanmu yang cengeng.

Minggu, 01 Februari 2015

Untuk Seseorang yang Ku Anggap sebagai Sahabat

Haloooo!! Apa kabarnya?

Gila, mau bilang halo saja susah banget di kehidupan nyata. Mungkin aku bakal sesenang itu kalau bisa ngobrol lagi sama kamu.

Ah, benar juga. Ini bukan awal yang baik untuk sebuah surat. Ada baiknya aku ulang supaya kamu juga akan lebih tenang untuk membacanya. Semoga saja surat ini sempat kamu baca.

Halo. Apa kabar? Semoga kamu selalu baik-baik saja. Oh iya, aku belum sempat mengucapkan selamat atas kelulusanmu. Sebagai teman aku merasa gagal tidak mengucapkan hal menggembirakan itu. Ini semua karena suatu hal yang kamu putuskan sehingga membuat mulutku terkunci setiap kali aku melihatmu dan ingin bertegur sapa denganmu.

Sesungguhnya, aku rindu.

Aku rindu dengan setiap gurauan yang selalu kita lakukan. Aku rindu setiap semangat yang saling kita berikan satu sama lain. Aku rindu kisah persahabatan kita yang telah lewat. Dapatkah waktu berputar kembali sehingga aku tidak perlu menjauh darimu seperti saat ini?

Aku tahu ini semua salahku. Salahku mempunyai perasaan lebih terhadap sahabat sendiri. Tapi kamu tahu cinta itu tidak bisa dihalangi mau pun dipaksakan. Dan menurutku cinta itu datang karena ada kesempatan. Kesempatan yang diberikan dari lawan jenis untuk membuka diri terhadap diri kita sendiri. Mengerti maksudku? 

Dan kamu ingat percakapan terakhir kita? Semua itu kamu yang mengendalikan. Kamu yang menginginkan kalau kita lebih baik menjauh. Padahal aku sudah bilang aku tidak menuntut apa-apa darimu. Aku tidak memintamu untuk putus dengan kekasihmu. Toh perasaan ini sudah ada sebelum dia menjadi pasanganmu. Jika memang aku sangat menginginkan kamu menjadi kekasihku pasti sudah ku nyatakan perasaanku jauh sebelum kamu memiliki kekasih. Logis bukan?

Malah aku yang balik bertanya, mengapa kamu yang lebih dulu meminta kita menjauh di saat kita bisa menjadi teman? Di saat kamu pun belum tahu perasaanku yang sesungguhnya. Kamu takut? Coba dipikirkan kembali kata-kata yang kamu lontarkan padaku bahwa kamu sudah berkomitmen. Jika kamu memang sudah yakin akan komitmenmu aku rasa tidak perlu dengan menjauh seperti ini. Kamu juga sudah dewasa dan mengerti hubungan pertemanan itu seperti apa.

Sudahlah, tidak perlu mencerna seluruh omonganku ini. Pasti kamu tidak akan peduli juga. Tapi satu hal yang aku tahu kamu itu orang baik. Kamu tahu apa yang harus kamu lakukan. Jadi apa pun yang kamu lakukan pasti yang terbaik buat kamu. Dan mungkin aku bukan teman yang baik buat kamu. Mungkin.

Sekian saja suratku ini. Semoga hubungan dengan kekasihmu selalu dalam kebahagiaan dan dapat menuju tahap selanjutnya. Semoga kamu juga mendapatkan pekerjaan yang terbaik buat kamu. Semoga selalu bisa membanggakan orang banyak. Dan semoga selalu sehat. :)

Salam,

Seseorang yang pernah menganggapmu sahabatnya.