Jumat, 06 Mei 2016

Libur(an)

Happy long weekend everyoneee!





......................................................


Oke, gue ga bisa bohong. Gue tidak terlalu senang dengan libur super panjang di awal bulan ini. Sesungguhnya gue bukan orang yang suka dengan libur panjang. Dengan keadaan gue seperti sekarang. Don't ask me keadaan yang seperti apa. Karena gue super sensitif dengan topik ini. Yang mungkin akan gue bocorkan juga secara sengaja mau pun tidak.

Jadi hari ini ceritanya gue seperti sedang puasa berbicara. Tiada teman untuk berbincang. Tapi juga enggan untuk bersenang-senang. Serba salah. Pelarian akhirnya ke media sosial. Kalau sudah super suntuk kaya gini, gue akan "melarikan diri" ke sahabat gue yang entah mengapa bisa jadi "wadah" gue untuk mengungkapkan apa pun. Gue sih sering bilang penyebab kita dekat adalah karena sering sekali kita mengalami kejadian yang sama, antara lain single menahun, belum juga lul... (stop! ga usah diterusin omongannyaaaaa), sampai dengan kemungkinan bahwa masing-masing mantan agak belok dari jalan yang lurus if you know what I mean.

Well, sesungguhnya agak merasa bersalah sama anak ini karena sudah lama tidak mengontak juga, akibat beberapa waktu lalu sepertinya gue sempat ngambek ga jelas yang gue juga lupa apa penyebabnya. Tapi mau gimana lagi, hati ini tak sanggup menahan derita sendiri, akhirnya gue menyapa doi dengan pertanyaan "Gi ngaps?" via salah satu aplikasi yang gue unduh gratis. Tidak lama, dia pun membalas. Dan dengan segera gue meluluh-lantakkan seluruh keluh kesah gue.

Hari libur yang ga berasa libur sama sekali. Karena semua hari terasa sama menurut gue saat ini. Semua orang liburan, ke luar kota, luar negeri, bahkan luar rumah sekali pun. Sedangkan gue duduk terpekur di dalam kamar kosan ukuran 3x4 m. Lalu terlontarlah pertanyaan dari sahabat gue kenapa gue ga ikutan pergi juga?

Nah, itu permasalahan gue selama ini. Gue sedang dalam kondisi tidak tenang untuk bersenang-senang. Pasti ada perasaan bersalah ke orang tua karena kewajiban yang tak kunjung usai. Bahkan untuk ke bioskop bersama kakak sendiri saja tak enak hati. Libur tak berasa libur. Karena setiap hari juga gue bisa mendapatkan jatah libur bergantung dengan kegiatan gue sendiri. Tapi, ya itu tadi. Karena kewajiban yang tak kunjung selesai, dan beban terus bertambah dari lingkungan sendiri yang membuat gue tidak merasa bebas untuk menyenangkan diri gue.

Dan akhirnya gue memutuskan untuk keluar dari kamar kosan untuk menghirup udara segar sembari mencari makan malam. Sesungguhnya gue adalah tipe orang yang suka jalan-jalan sendiri. Jadi gue sedikit menikmati perjalanan malam gue. Saking menikmatinya gue ga sadar kalau uang di dompet gue ga cukup untuk membayar makan malam gue. Dengan rasa malu dan bodo' amat diketawain mas-masnya gue ambil uang dulu di atm terdekat dan membayar utang gue segera. Berhubung gue ternyata masih lapar, gue berencana mencari camilan yang mengenyangkan. Gue memutuskan untuk membeli beberapa sate di angkringan.

Sambil menunggu sate gue dibakar, gue melihat sekeliling gue. Lumayan banyak pengunjung di angkringan itu. Hampir semua meja lesehan penuh. Dan rata-rata meja diisi oleh sepasang kekasih atau suami istri. Ya, tepat sekali gue agak sedikit iri melihat mereka. Sampai akhirnya gue melihat dua meja yang diisi dua keluarga kecil. Pemandangan itu lebih membuat gue tersentak, kapan ya terakhir kali gue makan bersama keluarga gue lengkap serukun itu? Gue ga menemukan jawabannya dalam memori gue, tapi malah mengingatkan salah satu keinginan gue untuk berlibur bersama keluarga gue yang kenyataannya sulit untuk direalisasikan.

Setelah gue makan gue kembali ke kosan. Di perjalanan gue merasa kesedihan gue agak sedikit berkurang, entah karena perut kenyang atau karena gue menikmati perjalanan singkat ini. Saking sudah terangkat sedikit kesedihan gue, gue sampai ingin menangkap pemandangan jalan raya yang terlihat sepi di saat seharusnya padat dipenuhi pengendara yang baru pulang kerja. Mungkin sudah banyak yang berlibur, memulai harinya di libur panjang ini. Anehnya, melihat lampu-lampu mobil dan motor serta apartemen di tengah gelapnya langit malam terlihat menarik di mata gue. Pertanda hati ini sudah mulai ringan. Gue pun mulai berjalan sambil tersenyum.

Sampai di kosan, gue harus naik ke lantai tiga untuk menuju kamar gue. Dan ketika gue menutup pintu depan kosan yang menghubungkan kamar-kamar kosan dengan teras, sepi kembali menyergap. Hampir tidak ada suara yang terdengar selain langkah kaki gue. Tapi kenyataannya cukup banyak jendela yang terbuka juga lampu yang menyala dari setiap kamar. Entah mengapa gue seperti mendapat bisikan yang mengatakan, "You're not alone."

Tidak semua orang liburan untuk menikmati libur panjang. Ada yang menggunakannya untuk hanya beristirahat di rumah atau mengerjakan hal lainnya. Atau mungkin juga ada orang-orang yang seperti gue. Bahkan bisa jadi lebih parah dari apa yang gue rasakan. Di situ gue merasa bersyukur. Gue ga sendirian. Mungkin sekarang gue merasa demikian. Tapi masih ada juga orang-orang yang jauh lebih tidak beruntung dari gue. Mungkin nanti setelah kewajiban gue kepada orang tua ini selesai gue akan bisa menikmati hari libur sepenuh hati gue. Dan orang-orang yang belum beruntung itu kelak akan mendapatkan keberuntungan pula. Atau gue yang akan membagikan keberuntungan gue nantinya.

Ya, satu-satunya cara gue untuk bisa mengendalikan diri kembali seperti semula adalah dengan merasa bersyukur. Bukan cara yang mudah. Apa lagi di tengah zaman yang penuh dengan ajang pamer ini. Menyugestikan diri untuk mengatakan bahwa kita baik-baik saja memang sulit. Mungkin butuh waktu untuk menyingkir sejenak dari segala rutinitas terlebih dahulu. Tidak perlu melakukan hal besar, hal kecil seperti jalan-jalan sejenak sambil mencari udara segar terkadang membantu untuk meringankan pikiran dari segala beban.

Mari nikmati sejenak libur ini seperti orang lain menikmatinya dengan cara kita sendiri. Lepaskan beban dan nikmatilah hari sebelum kita tidak bisa menikmatinya.

Happy holiday!