Rabu, 17 April 2013

20 Tahun

Alhamdulillah masih diberi kesempatan untuk menghirup oksigen di bumi sampai saat ini. Pada ulang tahun yang ke dua puluh ini tidak ada yang istimewa. Bahkan banyak teman terdekat yang lupa untuk memberikan ucapan entah mengapa. Faktor umur kali ya?

Dua puluh tahun. Usia yang bisa dikatakan fase menjadi dewasa, sudah tidak lagi muda, menurut saya. Harapan-harapan juga doa-doa yang dilontarkan untuk saya pun tidak jauh-jauh dari kata jodoh. Huft, dikira udah siap nikah kali ya. Tapi kalo ada yang ngajakin nikah dan memenuhi kriteria 3-an saya (tampan, beriman, mapan) boleh kok saya diajak ke pelaminan :p

Selain jodoh, yang paling banyak muncul juga ada kata galau dan gendut. "Jangan galau-galau lagi," ini yang paling banyak disebut. Aduh, paling sebel kalo dibilang galau. Untaian kata yang disalurkan melalui twitter selalu dianggap galau, padahal bisa aja cuma lirik lagu. Namanya juga menyalurkan keinginan untuk menulis dalam 140 karakter. Jadi, patut selalu digarisbawahi bahwa yang saya lontarkan via twitter itu belum 100% benar keadaannya dengan kenyataan. Yang paling bener mah semua isi blog ini :p

Gendut. Bukan karena saya gendut. Bahkan terkadang disebut gendut oleh orang lain merupakan anugerah terindah. Seperti prestasi. Soalnya berat saya stagnan di angka 45, 46, 47 kg sedangkan tinggi saya sekitar 165 cm. Padahal kalo soal makan saya pemakan segala. Biasa makan versi kuli di kantin teknik gitu. Tapi tetep aja beratnya cuma segitu-segitu aja. Mungkin disuruh jadi model kali ya :p

Tidak ada yang istimewa di umur dua puluh tahun ini. Surprise yang diberikan pun gagal (lagi untuk yang kesekian kalinya). Emang anaknya ga bisa dikasi kejutan kayanya. Namun, saya mencoba menjadi dewasa di umur yang bisa dikatakan umur awal orang dewasa dengan mencoba lebih menikmati hidup, mencari kebahagiaan-kebahagiaan kecil yang berada di lingkungan sekitar agar bisa menjadi kebahagiaan besar, dan mencoba untuk bersikap sewajarnya dengan orang yang saya sayangi dengan kadar sayang yang lebih tinggi sedikit daripada orang lain serta menerima rasa sakit yang masih selalu menghampiri :")

Semoga masih ada 21 tahun dan selanjutnya..........

Minggu, 07 April 2013

Maaf

Akhir-akhir saya merasa bahwa saya sangat jahat kepada seseorang. Seseorang yang saya sayangi. Dan seperti biasa orang tersebut belum tentu menyayangi saya dengan kadar sayang yang sama. Atau bahkan ternyata orang tersebut tidak sayang sama sekali dengan saya.

Diawali dengan rasa sayang terhadap teman. Mungkin sebagian orang telah mengenal pribadi saya yang suka mendengarkan keluh kesah orang lain. Saya adalah tipe orang yang tidak bisa membiarkan orang lain bersedih. Menurut saya jika orang tersebut sudah mempercayakan ceritanya kepada saya berarti orang itu percaya bahwa saya dapat mengurangi beban pikirannya. Dan sebagai bonusnya saya ingin mereka, atau siapapun orang yang bercerita itu, tidak lagi murung dan bahkan merasa cukup tenang dengan mempercayakan hal itu kepada saya. Mungkin ini sebabnya banyak teman-teman saya yang memilih untuk bercerita dengan saya. Ini juga yang menjadi permulaan kedekatan saya dengannya. Dari tidak kenal sampai menjadi teman curhat.

Curhat, curhat, curhat. Hampir setiap hari kita bertukar cerita. Intens, bisa dikatakan demikian. Hingga akhirnya dirinya menganggap saya lebih dari sekedar teman, bahkan lebih dari sahabat. Lalu saya dianggap apa? Sampai sekarang pun saya juga belum tahu status saya dengan dia apa. Hahaha miris.

Ketergantungan. Hal intens tadi membuat kami saling ketergantungan antara satu sama lain. Tapi sesorang ini tidak menginginkan kami terlibat komitmen. Well, that's hurt. Sakit. Sakit banget. Karena hampir seluruh wanita di dunia ini menginginkan kepastian. Untuk apa menjalani hal yang tidak pasti. Yaa walaupun pacaran ujungnya memang belum pasti akan sampai ke tingkat pernikahan atau tidak tapi setidaknya ada usaha untuk mencapai tingkat tersebut.

Serba salah. Seperti orang-orang yang telah mengenal saya dengan baik, jika saya sudah sayang dengan seseorang maka orang tersebut akan saya perhatikan. Dan rasa khawatir mulai merayap mendekati saya apabila orang yang bersangkutan mengalami suatu hal yang buruk, seperti sakit atau hal lain. Namun, di sisi lain saya tidak dapat berbuat apa-apa karena memang saya bukan pasangannya yang berhak untuk memperhatikan dirinya dan merawatnya jika terjadi sesuatu.

Nah, sifat yang muncul ini dan kebiasaan sehari-hari yang menyebabkan saya menjadi jahat. Jahat karena menyamakan dirinya dengan seseorang yang sempat menjadi tambatan hati saya. Bukan karena saya masih mencintai orang itu tapi karena saya rindu menjadi sosok yang dapat menjaga orang-orang "fragile" seperti mereka. Selain itu, ada pula sifat mereka yang beririsan yang hanya saya mungkin yang merasakan.

Jahat bukan? Tapi sesungguhnya saya tidak memiliki maksud untuk membandingkan satu sama lain. Hanya saja saya rindu dengan sosok orang yang seperti itu di kala kehidupan saya sedang tidak sepi dari masalah-masalah yang datang silih berganti. Entah bagaimana menyikapi rasa ketergantungan ini. Maaf....