Jumat, 30 Oktober 2020

Semoga

*melihat wallpaper handphone dirinya, foto pre-wedding dengan baju adat Jawa berwarna hitam dan sang lelaki menuntun motor klasiknya. keduanya terlihat hanya sampai leher saja.

B: foto siapa? *menunjuk handphone*

D: orang. lucu deh. mungkin kita.

B: tapi ga ada yg Jawa (sebenarnya aku ada darah Jawanya, tapi kalau menikah maunya ikut adat papa saja). 

D: Sunda bisa juga. tapi ga usah deh.

B: kenapa? 

D: mahal. mending uangnya buat yang lain. 

B: iya bener.

D: nanti ga usah mewah-mewah ya. tapi nanti lo gengsi.

B: kenapa gengsi? orang ga ada yang mau diundang. kan emak bapak juga udah ga ada, jadi bebas. eh tapi... ga tahu deh. emang mau kapan?

D: sabar aja. nabung dulu.

... 

percakapan yang harus mulai dibiasakan. padahal selama mengobrol pikiran sudah tak tahu ke mana. antara berpikir, "serius banget nih mau nikah?" dengan "diomongin dong mumpung ada waktunya."

namanya juga manusia. dari kapan hari selalu meminta ditunjukkan dengan yang ingin serius. tapi setiap membicarakan yang serius, mudah goyah. selalu merasa tak siap. tapi kapan siapnya kalau tidak dicoba.

semoga saja ditunjukkan jalan untuk menyegerakan. semoga saja tidak hanya sekadar obrolan belaka. semoga saja tidak menjadi kenangan yang harus dilupakan.

semoga ya, sayang.