Jumat, 12 Oktober 2018

Pergi atau Bertahan

ketika ingin melangkah pergi
dan membuka lembaran baru,
kau kembali dengan sebuah sapa
yang amat ku rindukan

apa ini pertanda?
atau hanya kebetulan belaka?
belum sampai satu hari ku mengadu
kepada-Nya
lalu dihadapkan dengan kenyataan
seperti ini

apakah ini jawaban?
ataukah ini ujian?
masih tidak yakin
dan langkahku semakin gontai
pergi
atau
bertahan di sini

Jumat, 21 September 2018

Tanyakan Pada Angin

Aku benci dengan firasat ini. Dimulai dari dua hari yang lalu, aku melihat foto yang kau unggah. Namun, aku tak dapat bertanya, "Mau ke mana engkau?" Firasatku mulai muncul. Seperti waktu itu.

Menepati janji dengan teman, aku mulai perjalanan hari itu. Tidak ku sangka aku melewati hotel bernama Sofyan. Tidak pernah aku tahu sebelumnya ada tempat bernama tersebut. Hatiku berdegup.

Sesampai di kafe yang ku tuju, aku menunggu temanku yang belum sampai sambil menyesap es kopi dilengkapi dengan donat hangat yang lembut. Rasanya tepat seperti yang aku inginkan.

Sembari menunggu, aku membaca buku yang tersedia sambil mendengarkan lagu yang mengalun di kafe. Adelaide Sky. Lagi-lagi kenangan terkuak. Candaku padamu. Sial, firasatku semakin tidak enak.

"Kamu di mana?"

"Sedang apa?"

Dua pertanyaan yang sebenarnya dapat menuntaskan kegelisahan diri ini. Yang seharusnya begitu mudah untuk dilontarkan. Tapi tak bisa, lantaran egoku yang menghadang, "Kalau memang ia menginginkanmu, ia akan mengatakan segalanya tanpa perlu kau bertanya lebih dulu."

Pertanyaanku: akankah ia mengatakan segalanya padaku? Kapan?

"Kau tahu sendiri jawabannya," jawab egoku.

Harus sampai kapan aku merasakan hal ini?

"Sudah berulang kali tidak hanya aku yang memperingatkan. Namun kau tetap bergeming. Hanya kau yang patut memutuskan."

Aku hanya ingin tahu kabarnya. Firasatku mulai tak enak kembali.

"Tanyakan pada angin."

Kamis, 16 Agustus 2018

Trauma

Hanya ingin bercerita tentang beberapa trauma yang terlihat sepele tetapi cukup mengubah pola kehidupan orang tersebut.

Trauma kehilangan seseorang. Ada seorang anak kecil yang kehilangan ibunya di umur yang sangat dini. Sepuluh tahun saja belum sampai. Orang-orang di sekelilingnya mengira ia belum terlalu mengerti dan menganggap ia baik-baik saja. Namun, kenyataannya ketika salah seorang anggota keluarganya, ayah atau saudara kandungnya, hilang dari pandangan, ia akan langsung panik mencari. Bahkan bisa sampai menjerit histeris hingga menangis sampai orang yang ia cari muncul di depannya.

Trauma membuka pintu kamar. Dahulu, ada seseorang yang membuka pintu kamar orang lain dengan maksud ingin membangunkan malah harus menyaksikan orang itu tidur untuk selamanya. Semenjak itu ia tidak pernah mau membangunkan orang lain bila kamarnya tertutup.

Trauma getaran. Setelah gempa bumi yang maha dahsyat mengguncang tempat tinggalnya, seseorang sangat anti terhadap getaran. Termasuk getaran dari gerakan berulang kaki orang yang sedang menonton bioskop di sebelahnya pun dapat membuat ia keringat dingin hingga hilang fokus terhadap film yang sedang berputar.

Trauma patah hati. Terlalu sering diputuskan sepihak oleh sang pasangan membuat seseorang kehilangan rasa percaya dirinya. Setiap sedang dekat dengan lawan jenis, belum mencoba mengungkapkan perasaan sudah terlebih dahulu menyerah. Karena tidak sanggup merasakan patah hati lagi akibat ditolak. Padahal, pasangan-tidak-resminya ini sudah menunggu ungkapan perasaan darinya. Sampai kapan mereka dekat? Apakah ada yang akan memulai untuk jujur terhadap perasaannya? Atau mungkin terhalang ungkapan, "Sudah nyaman seperti ini, apabila menjadi pasangan resmi ada kemungkinan untuk putus, kemudian hubungan bisa menjadi buruk, aku tidak ingin seperti itu." Lalu, kapan melangkah ke jenjang berikutnya?

Masih banyak cerita pengalaman trauma lainnya yang bisa ditemui di kehidupan sehari-hari. Namun, tidak banyak orang yang menyadari. Sehingga hanya dianggap lalu. Disepelekan. Padahal, ini hal yang sulit untuk dilalui. Alih-alih bisa menimbulkan depresi.

"Kok bisa sih begitu saja tidak sanggup dijalani?" Ya. Karena kemampuan seseorang untuk menghadapi suatu situasi berbeda-beda. Tidak semua orang bisa berpikiran masa bodoh dengan hal-hal sepele tersebut. Ada suatu luka yang sudah terbentuk. Dan penyembuhannya butuh proses dan waktu. 

Jangan pernah memaksa seseorang untuk mengungkapkan keresahannya. Hanya akan membuat ia semakin resah. Katakan saja, "Kalau belum mau cerita tidak apa-apa. Yang penting kamu tahu aku ada untuk menampung cerita kamu." Tunjukkan perhatian pula jika benar-benar peduli dengan orang tersebut. Jika masih belum ingin terbuka juga, mungkin bukan kita orangnya yang bisa ia percayakan. Relakan saja. Namun, tetap diperhatikan dengan kasih sayang.

Hidup setiap insan tidak pernah sama porsinya. Jangan merendahkan orang lain bila keadaan orang tersebut sedang sulit, dan jangan rendah diri melihat orang lain yang posisinya jauh di atas kita. Setiap orang memiliki kemampuan dan takdir yang berbeda. Dan sebaik-baiknya kita menyadari arti kehidupan dan mensyukuri apa yang sudah diraih selama ini.

Minggu, 05 Agustus 2018

Review Skincare Haul Pertengahan Tahun 2018

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Dan sampai juga di rangkaian terakhir dari review produk yang saya coba sampai pertengahan tahun 2018. Sekarang waktunya bahas produk skincare. Sebenarnya tidak banyak yang saya coba. Sama seperti makeup, saya baru coba yang lain kalau produk yang saya pakai sudah habis digunakan. Mungkin bulan depan saya akan bahas produk "botol kosong" alias yang sudah saya gunakan sampai habis. Akhir-akhir ini mulai mencoba produk yang lebih ramah lingkungan. Secara tidak sadar, ternyata yang saya coba produk lokal semua. Mari saya bahas satu per satu.


1. Biotalk Rose Water
Percaya ga percaya sebenarnya alasan saya membeli produk ini untuk mengatasi rambut rontok saya yang lagi parah-parahnya. Produk ini klaimnya memang multifungsi, dan sudah banyak juga yang memberi review kalau air mawar ini mengurangi rambut rontok mereka. Tapi setelah sampai di tangan saya, entah mengapa jadi sayang kalau dipakai buat rambut. Pasti butuh banyak dan jadi cepat habis. Sayang saja sih Rp 90.000,- dengan isi 100 ml habis dalam sekejap. Maka saya gunakan untuk toner saja deh.

Klaim produk ini banyak banget, secara dia juga multifungsi. Bisa buat toner, serum rambut, facial mist, juga jadi makeup setting spray. Dari sekian banyak fungsinya, saya paling terasa efek melembabkannya. Itu terasa sekali di wajah saya yang tipenya berminyak, tapi tidak menambah produksi minyak pada wajah. Selain itu juga cepat menyembuhkan luka, ini sepertinya dengan dukungan dari produk lain.  Kalau di botolnya, cara pakainya disuruh menggunakan kapas, tapi kalau saya sedang merasa butuh hidrasi lebih langsung saya semprot ke muka. Hasilnya tetap sama-sama melembabkan kok. Dan semprotan di botolnya ini juga enak banget, halus dan butiran air yang keluar tidak besar-besar. Wanginya juga ga santer banget. Calming deh rasanya. Dan dia alcohol-free loh.


2. Haple Almond Oil
Akhirnya mencoba produk minyak setelah maju mundur cantik. Soalnya takut banget malah bikin muka makin ga karu-karuan, secara muka berminyak banget. Tapi makin ke sini makin banyak baca dan tonton video yang bahas tentang oil jadi penasaran. Setelah banyak pertimbangan, akhirnya memutuskan untuk mencoba produk ini. Sebenarnya agak galau mau coba ini atau grapeseed dulu, tapi setelah lihat klaimnya lebih banyak ini jadilah saya beli yang ini (ga penting ya? hahaha).

Setelah dipakai, ternyata muka saya baik-baik saja. Tidak semakin greasy. Justru ketika dipakai di malam hari, esok paginya muka saya tidak kusam dan terlihat lebih sehat dari sebelum pemakaian. Sama seperti air mawar, produk ini tidak kalah multifungsi. Bisa untuk wajah, rambut, bahkan bibir. Terkadang malah saya pakaikan di alis dan bulu mata, tapi hasilnya belum terlalu kelihatan, tapi ada beberapa yang lebih panjang dari biasanya. Dan dituliskan almond oil ini juga sebagai tabir surya alami, ada SPF-nya walaupun sedikit. Biasanya juga saya pakai sebagai makeup base dan tidak membuat makeup saya cepat lumer.

Packaging-nya juga lucu. Kotaknya sederhana, cuma kardus cokelat gitu tapi tulisan dan ilustrasinya membuat kotaknya terlihat vintage. Sedangkan botolnya dari kaca dan tutupnya sudah dilengkapi dengan pipet, jadi kita mudah untuk menakar minyak yang ingin kita gunakan. Untuk harganya Rp 59.000,- dengan isi 30 ml. Oh iya, produk ini tidak bisa digunakan untuk orang yang memiliki alergi kacang-kacangan.


3. Sensatia Botanicals Rosemary & Lavender Tea Tree Soap
Ini salah satu brand yang paling ingin saya coba. Karena sudah terkenal sekali dengan jargon-jargon mereka yang no animal testing, paraben free, sulfate free, silicone free, dan lain-lain. Serta tidak kalah pentingnya ini adalah brand lokal. Mumpung waktu itu ada promo, saya belilah dua produk, sabun batang dan sabun cair untuk muka. Banyak banget pilihan sabun batangnya dan warnanya ngegemesin semua, jadi bingung deh mau beli yang mana. Setelah melalui banyak pertimbangan sengit, akhirnya terpilihlah untuk mencoba Rosemary & Lavender Tea Tree Soap.

Setiap sabun batangnya ini ada dua ukuran, 25 gram (Rp 12.500,-) dan 125 gram (Rp 60.000,-). Saya pilih yang kecil karena baru mencoba. Dan varian ini saya pilih karena concern muka saya oily dan acne prone. Yang saya rasakan selama pemakaian produk ini adalah jerawat saya entah mengapa jadi cepat matang. Lalu, sabun ini tidak memberikan efek kering ke muka, karena tidak mengandung SLS alias Sodium Lauryl Sulphate yang biasanya membuat busa lebih banyak sekaligus juga menghilangkan sisa-sisa minyak di wajah. Wanginya super calming, dan masih ada potongan rosemarynya di sabun, jadi terasa sabunnya benar-benar produk alami. Nyaman deh digunakannya.

Satu hal lagi, saya senang produk Sensatia Botanicals sudah bisa didapatkan di Jakarta, yeiy! Tepatnya di toko Natural Farm yang ada di beberapa pusat perbelanjaan. Produknya masih sedikit tapi kalau permintaan tinggi bisa masuk banyak produknya, kata pegawai di sana. Ku senang sekali!


Terakhir seharusnya saya membahas Sensatia Botanicals Acne Clarifying Facial Cleanser. Namun, mohon maaf belum sempat saya coba 😓 Soalnya mau dicoba pun saya sedang tidak berjerawat setelah memakai sabun batangnya. Mungkin nanti jikalau sudah saya coba dan saya sangat suka dengan efeknya akan saya bahas sampai tuntas tas tas tas! Jadi sekian dulu untuk review singkat produk yang saya pakai sampai pertengahan tahun 2018. Kalau ada saran produk yang ingin di-review sesuai dengan kondisi muka saya (oily, acne prone, big pores, dark spot) bisa dicantumkan di kolom komentar. Terima kasih untuk yang sudah baca!

Rabu, 01 Agustus 2018

Review Makeup Haul Pertengahan Tahun 2018

Sumber: dokumentasi pribadi

Yuhuuu, lanjut ya review produknya. Sekarang saatnya produk makeup dulu. Cukup banyak sih, tapi semoga tidak membuat kalian bosan dan review singkat saya bisa menjadi bahan pertimbangan untuk kalian yang akan membeli produk tersebut. Tanpa perlu panjang lebar lagi mari kita bahas satu per satu.


1. Make Over Intense Matte Lip Cream 014 Coco
Saya itu penggemar lipen cokelat. Soalnya bibir saya pinggirnya gelap jadi terkadang kalau pakai lipen warna nude atau yang pigmentasinya agak kurang alias sheer pasti pinggiran bibir saya terlihat gelap. Jadi, tergodalah saya untuk membeli si Coco ini, kayanya warna tercokelat dari rangkaian lip cream ini. Dan hasilnya.... saya suka banget! Malah jadi lipstik sehari-hari saya saat ini. Dipakai saat formal juga bisa. Pokoknya ini menjadi lipen cokelat favorit saya saat ini.

Pigmentasinya sudah tidak usah ditanya ya, rangkaian lip cream ini sudah terkenal pigmented banget. Sekali pulas sudah cukup menutupi semua area bibir. Ringan juga dipakai tapi masih tetap terasa memakai sesuatu di bibir. Tapi lipen ini tidak tahan lama ya, cuma bisa banget kok kalau langsung ditimpa lagi alias re-touch

Packaging-nya juga saya suka banget. Seperti produk Make Over lainnya, kotaknya dominan hitam. Tutup lip cream-nya juga hitam. Tube lip cream transparan dan cukup tebal jadi warna lip cream bisa langsung terlihat tanpa perlu dibuka dahulu. Terlihat apik dan mahal gitu deh, ada kebanggaan tersendiri kalau pakai produk lokal yang kemasannya bagus. Aplikatornya juga enak, tidak sulit untuk memulas lip cream-nya. Harganya waktu itu beli Rp 80.000,- ada diskon di Watsons. Harga aslinya kalau tidak salah Rp 100.000,- untuk ukuran 6,5 gram.


2. Silkygirl Perfect Matte Liquid Eyeliner
Dalam masa pencarian eyeliner yang tidak luntur bin bleberan di mata yang oily ini si Silkygirl sudah saya incar dari lama. Karena banyak banget yang bilang produk ini the best lah. Tertarik dong yah sebagai manusia yang mudah dihasut. Akhirnya eyeliner yang saya miliki sudah habis, saatnya saya beli produk ini.

Beneran the best loh. Saya pakai eyeliner ini nyaris seharian dan kena air juga beberapa kali. Yang dekat kelopak mata ga sepenuhnya bertahan sih tapi masih terlihat dan tidak perlu sampai harus digambar ulang karena bentuknya masih ada. Ngerti kan ya maksudnya? Pokoknya gitu deh, Ceu. Soalnya paling malas yang namanya gambar ulang eyeliner. Butuh waktu lama dan konsentrasi tinggi biar terlihat sempurna, ye ga? Dan senangnya lagi dia ga smudging atau bleber bikin hitam area mata. Terus ini hasilnya matte, jadi dia ga shine bright like a diamond gitu warnanya. Cucok deh cyiiin!

Aplikatornya juga enak, ga keras tapi ga letoy banget juga. Bisa bikin garis mata yang tipis maupun tebal. Kemasannya juga hitam doff dengan tulisan putih, kesukaan banget lah ya yang kemasannya begini. Harganya saya beli di Guardian Rp 60.300,-. Isinya 2,5 ml.


3. Justmiss Eyelash Glue
Jarang sih sebenarnya pakai bulu mata palsu. Tapi kebetulan lagi banyak acara bulan ini jadi beli saja deh. Dulu sih pakai lem bulu mata murah yang tutupnya merah botolnya putih itu (lupa apa namanya), tapi itu ga tahan lama. Mau beli yang bermerek kok sayang, sudah harganya mahal, jarang juga dipakai. Jadi memutuskan beli Justmiss yang mereknya ga aneh-aneh.

Ini lemnya yang warna putih, tapi setelah mengering jadi transparan juga. Tidak ada yang istimewa sih tapi cukup tahan lama untuk dipakai seharian. Sempat lepas juga rekatannya ketika dipakai, tapi cuma sebelah dan di ujung dalam mata saja, yang sebelah lagi tahan-tahan saja dipakai seharian dan kena air beberapa kali. Harganya saya beli di toko kosmetik dekat rumah hanya Rp 25.000,- tapi pas ke Stroberi kalau ga salah harganya Rp 45.000,- dengan ukuran 5 ml. Untuk aplikatornya ada kuas tipisnya, mempermudah untuk pengaplikasian ke bulu mata, dan lem yang terambil pun tidak berlebihan di kuasnya.


4. Fanbo Perfect Bounce Beauty Blender
Selama kenal makeup, baru kali ini punya beauty blender. Soalnya mikirnya kayanya sama saja deh mau aplikasi alas bedak pakai apa saja. Ternyata tidak ya, Ceu. Sungguh malang nasibku baru tahu saat ini. Selama ini kalau pakai foundation dibantu sponge dari Daiso yang harganya Rp 25.000,- dapat 10 buah. Soalnya sedih mau beli beauty blender kenapa mahal-mahal banget, dan tidak bisa dipakai selama-lamanya kaya kuas gitu. Alhamdulillah, Fanbo mengeluarkan produk beauty blender seharga Rp 36.000,- yang saya dapatkan di Naughty (mereka katanya baru kerja sama gitu, jadi gampang deh sekarang kalau cari produk Fanbo). Terus apa bedanya setelah pakai beauty blender Fanbo dengan sponge Daiso?

Bedanya dari hasil blend-nya, Ceu. Jadi selama ini tuh bingung kenapa ya kok rasanya foundation ada yang ga nyatu sama muka. Kirain tuh selama ini salah produk yang dipakai. Tapi setelah pakai Fanbo dengan produk foundation yang sama, eh nyatu loh itu foundation sama muka. Kepejalannya juga cukup, baik ketika dibasahi atau dipakai ketika kering. Intinya dia ga keras. Pas nge-blend pun ga perlu tenaga yang berlebih juga (ga kaya pas pakai si Daiso, nge-blend-nya agak lama). Dan bentuknya yang teardrop ini memudahkan untuk memakai di area yang sulit diraih, seperti lipatan hidung dan bawah mata. Pokoknya ini jadi salah satu andalan saya deh sekarang!


5. Emina Pore Ranger
Ini produk baru yang sangat saya nantikan. Sebagai pemilik muka yang berpori-pori besar pasti sebal ya lihat muka bolong-bolong pas pakai foundation. Mau beli Benefit Porefessional kok sayang... Dan tiba-tiba muncullah produk ini. Seperti melihat oasis di tengah Gurun Sahara, eaa lebay bet! Langsung dong beli pas produknya ada.

Setelah saya coba beberapa kali sebenarnya tidak bisa dibilang bagus banget sih. Cuma tetap bersyukur ada produk lokal yang punya primer dengan efek memudarkan pori seharga Rp 63.000,- isinya 20 ml. Efek memudarkan pori dan garis halusnya lumayan banget kok, tapi ga tahan lama di saya, cuma sekitar 3-4 jam. Satu hal yang saya suka itu hasilnya yang halusssss banget, jadi suka saya pakai semuka deh... Primernya ini ga bening, tapi setelah diaplikasi warnanya akan tercampur dengan baik dengan kulit muka dan tidak mengubah warna muka. Ini juga ringan dipakai, seperti tidak memakai apa-apa.


6. Wardah Blush On (A)
Sebenarnya bukan penggemar blush on. Tapi kok jadi sering pakai blush on akhir-akhir ini. Emang dasar lagi centhyl kali ya. Dan akhirnya habis tuh blush on dari jutaan tahun yang lalu tak kunjung habis. Bukan habis sih, masih ada tapi tinggal warna pink yang tersisa, peach-nya habis duluan... Tidak mungkin kan ya muka yang agak gelap ini pakai blush on warna pink. Dulu saja sudah dicampur peach masih selalu dibilang warnanya terlalu gonjreng di muka akika. Duh, monmaap deh...

Akhirnya beli baru deh. Dulu juga pakai Wardah tapi lupa tipenya apa, tulisannya sudah hilang, pokoknya yang warna pink dan peach. Kalau tipe A ini warnanya peach dan cokelat. Tapi ya tapi saya suka banget loh hasilnya, padahal cuma beda di pink dan cokelat saja. Si A ini warnanya kalau dicampur tuh bagus banget di muka saya, bikin jadi warm banget lah muka, cakeup! Dan cokelatnya saja suka saya pakai untuk shading hidung atau pipi, lumayan lah ya serba guna.

Saya kan bukan penggemar highlighter, jadi senang saja kalau dari blush on sendiri bisa kasih efek glowing sehat gitu. Wardah ini demikian. Blush on-nya ga yang pucat dan buat muka dead matte gitu, agak shiny shiny noona neomu yeppeo gitu, eh itu Shinee ding he he he *krik. Untuk harganya di Guardian Rp 45.000,- saja. Oh iya, kan di dalamnya sudah ada kuas dan kacanya tuh, tapi saya tidak pernah menggunakan 2 alat itu. Lebih suka pakai kuas yang lebih besar atau pakai tangan sekalian, sedangkan kacanya terlalu cilik, tidak bersahabat untuk mataku yang minus ini.


7. Wardah EyeXpert The Volume Expert Mascara
Nah, lagi-lagi wahai manusia yang mudah dihasut oleh bisikan-bisikan, ini salah satu produk baru yang sangat ingin saya beli akibat omongan orang. Padahal nih ya pas beli itu tujuannya cari maskara yang smudgeproof. Namun, muncullah produk ini di deretannya dengan diskon yang menggiurkan. Karena ku lemah, belilah daku maskara ini.

Bulu mata saya itu super tipis dan sedikit. Kalau di foto tidak akan kelihatan deh. Makanya saya selalu pakai maskara ke mana-mana. Tergodalah saya membeli ini karena klaimnya yang menyatakan volume expert. Dan beberapa orang bilang maskara ini bisa mengangkat bulu mata agar tak loyo turun ke bawah. Setelah dipakai... lumayan sih. Tapi karena ekspektasi sudah terlalu tinggi ya jadinya saya biasa saja dengan efeknya. Kelebihannya di kemasannya ada tulisan mengandung minyak argan dan widelash. Jadi semoga saja dengan memakai ini bulu mata saya menjadi lebih baik juga.

Untuk harganya saya dapat Rp 57.000,- dengan diskon dari Guardian. Harga aslinya Rp 76.500,- Packaging-nya oke banget, Ceu. Silver silver gimana gitu, cakep dah pokoknya. Aplikatornya ga terlalu gendut dan agak mengecil di ujung jadi bisa menggapai bulu mata bagian dalam. Kekurangannya cuma dia agak smudging. Tidak terlalu masalah sih kalau dipakainya tidak terlalu lama, karena efek smudge-nya muncul agak lama setelah pemakaian.


Akhirnya usai sudah review makeup yang singkat kali ini. Sebenarnya masih ada beberapa produk lagi yang saya beli tapi lupa dimasukkan dalam foto. Mungkin akan saya jadikan tulisan terpisah dengan pembahasan lebih lengkap dan lebih dalam. Oh iya, kalau dari produk di atas ada yang ingin dibahas lebih jelas (lengkap dengan foto yang lebih detil) boleh loh dirikues di kolom komentar. Sekian dulu tulisan kali ini, sampai jumpa di Review Skincare Haul Pertengahan Tahun 2018!

Pengingat

Ingin merekam apa yang dipikirkan hari ini. Supaya di masa depan nanti jika lupa bersyukur dapat membaca ini dan kembali menuju jalan yang benar.

Hari ini saya berhasil introspeksi diri. Selama ini berpikir kalau introspeksi diri itu hanya khayalan untuk dapat berdamai dengan diri sendiri kemudian selanjutnya tidak ada perubahan. Tapi hari ini berbeda, introspeksi yang saya lakukan ini membuat saya menjadi lebih menerima dengan keadaan dan hati sedikit lega.

Tema dari tulisan ini sebenarnya agak menyambung salah satu tulisan saya ini. Saya masih mencari-cari jawaban mengapa Tuhan menempatkan saya di keluarga seperti ini. Bukan di keluarga yang selalu membuat saya iri dengan keharmonisan dan kebebasan orang tua terhadap anaknya. Keluarga saya termasuk keluarga yang bisa dibilang banyak aturannya secara tidak tertulis, yang saya pun terkadang bingung apa salah saya hingga tetap kena marah juga.

Lalu, kemarin tepatnya dini hari pula, saya berbincang via Whatsapp dengan salah satu teman saya. Membahas hal yang ga jelas tentang kehidupan hanya agar tetap waras dengan dihiasi candaan lokal. Kemudian perbincangan mulai agak sedikit menyinggung sesuatu hal yang berbau "tidak boleh dilakukan, haram hukumnya."

Dan saat itu lah hidayah datang kepada saya. Saya tersadar apa alasan Tuhan menempatkan saya di dalam keluarga ini, dengan segala kejadian yang saya hadapi beberapa tahun ke belakang. Akhirnya mulai bersyukur (ya ampun dosa banget ya baru bersyukur sekarang, tapi dari pada tidak sama sekali) memiliki orang tua seperti yang saya miliki selama saya hidup ini. Kalau saya ditempatkan di dalam keluarga yang kehidupannya selalu saya inginkan selama ini mungkin saja saat ini saya tidak ingat Tuhan dan masih berkeliaran di mana-mana. Belum lagi tidak akan mengerti berbagai macam hal yang saya urus sendiri dua tahun ke belakang ini, di mana sebelumnya saya tidak pernah tahu caranya seperti apa. Alhamdulillah sekarang saya dapat lebih mandiri dan rendah hati dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Jauh berbeda dari sifat saya yang sebelum-sebelumnya, ketika saya masih tidak paham asam getir kehidupan.

Allah Maha Kuasa. Allah Maha Mengetahui yang terbaik untuk umat-Nya. Yang Maha Pemberi Kecukupan bagi umat-Nya. Sekarang tidak lagi takut untuk mengambil keputusan. In Syaa Allah semua telah diatur sesuai porsinya. Jangan merasa sedih atau membandingkan kehidupan dengan orang lain. Tidak mungkin setiap insan mendapatkan hal yang sama, karena kemampuan setiap orang berbeda. Serta selalu bersyukur dengan apa yang didapat dalam situasi apa pun. Karena hal kecil saja juga berasal dari-Nya, seperti masih dapat merasakan oksigen secara cuma-cuma setiap harinya. 

Sabtu, 28 Juli 2018

Prioritas

Sudah 1 minggu
atau
7 hari
atau
168 jam
atau
10.080 menit
atau
604.800 detik

dan
tiada sedetik pun
kau ingin menanyakan
kabarku?

ah
mungkin
memang
aku tiada
dalam
pikiranmu

Jumat, 27 Juli 2018

Review Freebies Pertengahan Tahun 2018

Sumber: dokumentasi pribadi

Hai hai hai haaaaiiiii!!! Sudah lama tidak membuat review sesuatu yang dipakai. Saking lamanya sekarang jadi menumpuk deh hahahaha. Banyak banget yang mau di-share. Karena ada yang kewajiban tapi ada juga yang karena memang bermanfaat selama dipakai. Tapi setelah dikumpulin kok banyak banget ya? Dan ada beberapa juga yang belum masuk di foto. Jadi kali ini mau review  singkat produk freebies dulu alias gretongan dikasih orang hahaha. Yang lainnya juga bakal dibahas di pos berikutnya. Tanpa perlu berlama-lama lagi, berikut review singkat 3 produk freebies yang saya dapatkan.


1. Pond's Instabright Tone Up Milk Cream
Produk ini saya dapat gratisan dari Home Tester Club. Apa sih Home Tester Club? Sudah pernah saya bahas di sini. Kebetulan sekali ketika mendapat produk ini, seminggu sebelumnya saya menonton acara kecantikan Korea yang membahas produk krim pencerah instan juga. Produk ini sedang hits di kalangan anak sekolah menengah di sana. Karena produk ini dapat mencerahkan secara instan, tanpa perlu memakai makeup, jadi murid sekolah tidak akan dimarahi guru-gurunya. Agak penasaran sih sebenarnya pengaruhnya sebesar apa untuk mencerahkan muka. Eh, tahunya dapat sampel uji produk sejenis dari Home Tester Club. Terima kasih Home Tester Club!

Beberapa klaim yang ada di kotak produk Pond's Instabright Tone Up Milk Cream ini antara lain, wajah cerah seketika; samarkan noda dari pemakaian ke-1; bantu jadikan warna kulit lebih cerah, mulus dan bersinar hari demi hari; efektif jaga kelembaban kulit; tampak bebas kilap; lindungi dari sinar UV. Saya coba bahas satu-satu ya. Wajah cerah seketika, ini benar sekali sih. Tapi cerah di sini maksudnya lebih ke memutihkan kulit. Dengan menggunakan seujung jari saja sudah cukup untuk satu muka. Saya pernah memakainya terlalu banyak, dan alhasil muka saya seperti dibalur terigu... Oh iya, patut diingat muka saya oily dan acne prone skin jadi banyak bekas jerawat di mana-mana, dan warna kulit cenderung netral (agak gelap sedikit, yang pasti ga bisa pakai bedak putih). Terbayang ya kalau dari penjabaran saya produk ini lebih cocok untuk yang warna kulitnya putih. Sudah dipakai sedikit saja pun menurut saya masih terlalu putih untuk di muka saya. Lanjut ke klaim selanjutnya, di muka saya efek menyamarkan nodanya tidak ada sama sekali. Dan bebas kilap juga hanya sebentar saja di muka kilang minyak saya. Tapi efek melembabkannya terasa kok. Produk ini juga ada aroma vanilanya. Jadi buat kamu yang kulitnya putih dan suka dijemput mendadak sama pacar jadinya ga sempat makeup Pond's Instabright Tone Up Milk Cream ini bisa jadi pilihan tepat untuk kalian.


2. The Body Shop Moringa Eau de Toilette
Sebenarnya jarang banget ya pakai produk The Body Shop. Soalnya jarang menemukan yang cocok antara yang saya suka dan pas di kantong hohohoho. Sekalinya suka produknya eh diskontinu barangnya, sedih kan. Dan sebenarnya bukan pengguna parfum juga. Sudah cukup bahagia dengan body mist yang beredar di pasaran seperti Enchanteur atau Original Source. Tapi tiba-tiba jadi ingin beli pas cium si The Body Shop Moringa Eau de Toilette. Padahal saya jarang sekali suka aroma bunga, tapi ini pas di hidung saya. Namun karena masih banyak yang lain yang ingin dibeli jadilah saya batal beli ini. Hiks...

Terus kok bisa punya? Ternyata kakak saya memperhatikan gerak-gerik saya, dan dia membelikan saya diam-diam. Sungguh terharu :') Lalu apa yang menarik? Selain wanginya yang semerbak bunga yang manis tapi tidak sampai menusuk hidung dan cukup tahan lama, saya penasaran moringa ini bunga apa. Sesampainya di rumah saya cari di Google. Ternyata oh ternyata moringa itu kelor. Wah sungguh tak ku duga. Sudah daunnya bermanfaat untuk kesehatan, ternyata bunganya juga memiliki wangi yang memikat. Padahal biasanya suka dibiarkan liar di pinggir jalan begitu saja. Sungguh jangan diremehkan.

Selain dari aromanya, saya juga suka kemasan dari botolnya, cuma 30 ml sih tapi dari kaca dan kelihatan menggemaskan sekali. Terlihat kokoh, tapi tetap imut. Untuk yang mau beli harganya Rp 199.000,-. Cukup mahal sih tapi kalau suka mau gimana, Ceu...  Tenang saja, The Body Shop sering ada diskon kok.


3. Lush Mask of Magnaminty
SUMPAH INI BAGUS BANGET, GA NGERTI LAGI!!! Waduh, kok pembukanya ngegas... Monmaap saudara-saudara, soalnya sudah habis 3 jar HAHAHA. Awalnya beli sendiri kok ga gratis, karena modal penasaran pas teman ada yang lagi di London jadi titip saja. Jar kedua coba beli di online shop sini, tapi ragu asli apa nggak (cuma tetap dipakai, sayang Ceu mahal). Jar ketiga kado ultah dari teman yang habis berlibur ke Jepang. Jadi ini pas kan masuk kategori freesbies? 😝

Ini bagus banget buat memperbaiki tekstur muka saya. Pas pertama kali pakai, kondisi muka lagi banyak jerawat gede-gede. Muka jadi ada yang bentol bekas jerawat gitu deh. Saya pakai ini tiga hari sekali selama sebulan dan hasilnya bagian muka yang ada jerawat segede bagong itu kembali mulus loh. Heran saya pun. Waktu itu lagi sering jerawatan banget tapi setelah dipakaikan ini rutin, jerawatnya jadi kalem dan cepat kering. Ga pernah lagi tumbuh jerawat besar.

Lush Mask of Magnaminty ini ada dua jenis, ada yang self preserving dan yang biasa. Yang self preselving ini lebih cocok untuk yang mukanya normal-kering, karena mengandung lebih banyak madu. Saya sudah coba juga yang ini, tapi saya lebih cocok yang biasa karena muka saya juga berminyak. Selain manfaatnya, saya suka juga aromanya, coklat peppermint! Rasa eskrim kesukaan saya. Setiap dipakai rasanya ingin dimakan sekalian. Pokoknya saya sangat merekomendasikan ini untuk teman-teman yang sedang ingin memperbaiki tekstur muka. Tapi harganya agak sedikit mahal ya, sekitar Rp 300.000,- cuma sesuai dengan manfaat yang diberikan. Worth to try!


Ya, sekian dulu review freebies-nya. Produk lainnya akan dibahas di Review Makeup dan Skincare Haul Pertengahan Tahun 2018. Semoga bermanfaat! Kalau ada saran, bisa disampaikan di kolom komentar 😉

Senin, 09 Juli 2018

Jangan Lupa Bahagia

"Jangan lupa bahagia," kata seorang sahabat kepada saya.

Jujur saja, dari dulu rasanya saya jarang merasakan kebahagiaan. Terlalu banyak iri hati pada kehidupan orang lain. 'Enak ya pada boleh pulang malam.' 'Enak ya pada sering jalan-jalan.' 'Enak ya udah ketemu jodohnya.' Dan berbagai 'enak ya' lainnya yang sering berkeliaran dalam kepala yang tanpa sadar menumpuk dan jadi penyakit hati saja. Hingga akhirnya timbul stres, bahkan tidak ada semangat untuk hidup, sebab merasa hidup sendiri tidak menggairahkan untuk dijalani.

Sampai akhirnya saya bertemu salah seorang kerabat. Menghabiskan waktu bersama kurang lebih tiga hari. Sebenarnya sudah lama memiliki hubungan dengan wanita ini, tetapi karena tidak ada momen yang tepat untuk bertemu dan bercengkerama dari hati ke hati jadilah saya tidak terlalu mengenal wanita ini. Sebut saja Kakak Matahari. Karena auranya selalu ceria, ramah dan tergolong ceriwis tetapi tegas.

Keceriwisannya ini yang mengisi tiga hari saya yang sedang dirundung duka saat itu menjadi sarat makna sarat ilmu tentang kehidupan. Awalnya beliau hanya menceritakan pengalaman hidupnya yang banyak organisasi di mana-mana, banyak kenal orang, dan dari ceritanya itu beliau tidak menyombongkan diri malah terkesan dihormati banyak orang. Kemudian hari berikutnya beliau menceritakan tentang anak-anaknya, juga tentang bagaimana beliau mendidik anak-anaknya. Dari cerita pengalaman organisasinya saja saya kagum, sebab seperti yang selalu saya idamkan memiliki lingkungan seperti itu. Belum lagi ketika beliau menceritakan bagaimana cara beliau mendidik anak, wah saya langsung berpikir, "Saya ingin seperti ini kelak!" Pokoknya Kakak Matahari ini benar-benar potret kehidupan seperti apa yang idamkan selama ini.

Di hari ketiga, saya berhasil menangis di depan Kakak Matahari. Padahal saya tipe orang yang sangat tidak ingin terlihat lemah di mata orang lain. Namun, Kakak Matahari ini telah berhasil merengkuh bagian terdalam hati saya, dan benar-benar memahami apa yang saya butuhkan saat ini. Itu pertama kalinya saya terbuka seterbuka-terbukanya kepada orang lain sampai tumpah semua pikiran yang membebani kepala. Akhir kalimatnya saja cukup membuat saya merasa jauh lebih baik. "Cece selalu dukung. Jangan takut. Kamu pasti bisa." Aduh, mengetikkan kalimatnya saja sudah membuat mata ini tergenangi becekan air mata.

Momen bertemu Kakak Matahari inilah adalah salah satu momen membahagiakan buat saya. Menemukan seseorang yang benar-benar mengerti kita dari jutaan orang yang kita temui di muka bumi ini rasanya adalah momen langka dalam hidup saya. Padahal saat itu saya baru saja kehilangan salah seorang anggota keluarga saya, tapi sudah mendapat keluarga (lama) baru (bertemu) yang dapat membuat saya nyaman.

Ya, tidak mudah bagi saya untuk nyaman dengan orang. Nyaman di sini maksudnya adalah saya dapat bebas bercerita tentang kegundahan dan kegelisahan saya. Bahkan dengan keluarga sendiri saja saya segan untuk bercerita. Karena yang diinginkan ketika kita menceritakan suatu masalah adalah didengarkan juga mendapat dukungan positif yang membuat kita dapat bangkit kembali, bukan malah semakin diturunkan dan dipatahkan semangat serta usahanya. Itu yang jarang sekali saya dapatkan. Oleh karena itu, saya bahagia sekali ditakdirkan bertemu dengan Kakak Matahari ini. Setidaknya secercah cahaya mulai memasuki hati saya kembali.

Kebahagiaan itu selalu ada. Asal kita yakin dan mensyukuri segala nikmat yang kita raih dari Yang Maha Kuasa. Maka, jangan lupa bahagia! #pesanuntukdirisendiri

Kamis, 26 April 2018

Mimpi

aku merindukannya
hingga sampai ke alam mimpi
ia menghampiriku
melingkarkan tangannya di pinggangku
lalu mengusap kepalaku
penuh kasih

tapi ku sadar
itu semua hanya mimpi
langsung ku terbangun
dihadapkan dengan realita

menyedihkan
tidak dapat berjumpa
padahal jarak hanya sejauh mata memandang
salahkah aku bila meminta lebih?
apakah pantas ini dianggap lebih?

hanya ingin berjumpa
tidak sesuai mimpi pun
tak mengapa
karena bertemu denganmu
sudah menjadi candu
bagiku

Rabu, 11 April 2018

The Happiest Moment in My Life!

Bikin pos ini pagi-pagi karena semangatnya masih meluap-luap dari nonton konser semalam. Sebenarnya sih saya sering nonton konser lokal dengan teman-teman saya. Namun, yang saya tonton semalam bukan konser dari band lokal, melainkan konser THE SCRIPT!

Pertama nonton konser artis internasional itu Westlife sebelum mereka bubar. Itu juga karena kebagian tiket yang murah. Semenjak itu belum pernah lagi nonton konser artis internasional. Selain tempat konsernya jauh dari rumah, terkadang harga tiket konser internasional suka ga masuk akal. Sempat mau nonton Maroon5, eh mereka batal datang ke sini. Lalu waktu itu juga mau nonton Hyukoh, tapi tidak jadi karena saya tidak terlalu kenal dengan tempat konsernya, padahal sih tidak terlalu jauh dari rumah dibandingkan setiap konser yang selalu dihelat di ICE BSD sana.

Untunglah saya tidak jadi nonton Hyukoh, walaupun masih ada sedikit penyesalan dalam hati. Karena tidak lama setelah konser Hyukoh, saya dengar kabar THE SCRIPT mau ke sini. Ya Allah… senangnya hatiku ga ketulungan!

YHA, saya sesuka itu sama THE SCRIPT. Satu-satunya band luar negeri yang saya tahu semua lagu di albumnya, ga cuma single hitsnya saja. Di saat tahun lalu orang-orang heboh cari tiket Coldplay, saya mah santai saja. “Ga ah, ga minat. Mau nunggu THE SCRIPT aja,” selalu itu jawaban saya ketika diajak nonton konser internasional apapun. Sampai akhirnya waktu itu tiba!

Penjualan tiket THE SCRIPT dibuka. Dan kalian tahu, saya ga kebagian L Teman-teman yang saya ajak nonton pun sudah tidak nafsu untuk nonton karena tidak kebagian tiket presale. Akhirnya saya menyerah juga mantengin laman jual tiket daring.

Tapi kok hati saya masih ingin sekali menontonnya. Saat itu, tiket sudah ludes. Menyesal, coba saya beli saja sendiri tidak usah bergantung dengan teman. Jadilah saya hampir setiap hari cari dengan kata kunci “jual tiket THE SCRIPT” di Twitter dan Instagram.

Lalu suatu hari salah satu sahabat, yang tahu saya sedang mencari tiket THE SCRIPT, menanyai apakah saya masih minat untuk nonton atau tidak. Saya jawab masih asal harganya bersahabat. Soalnya selama mencari, yang jual harganya tidak masuk akal semua. Tiket festival yang aslinya Cuma 850K harga normal dijual dari harga 1200-1500K. Mending beli kelas golden sekalian. Sahabat saya menemukan ada yang jual di Twitter sesuai dengan kelas yang saya mau. Dan ALHAMDULILLAH kabar dari sahabat saya pun berujung indah, orang yang ingin menjual tiketnya karena tidak jadi bisa nonton harganya sesuai dengan budget saya. Tidak berpikir lama langsung saya hubungi orangnya dan saya bayar tiketnya. YHA, akhirnya memutuskan beli tiket walau cuma nonton seorang diri, Hitung-hitung membahagiakan diri sendiri dengan mengadoi diri lebih awal lima hari sebelum dua puluh lima tahun.

Akan tetapi setelah beli tiket saya insecure sendiri. Ini beneran ga ya yang jual tiket? Ditipu ga ya? Apalagi beberapa hari sebelum konser yang jual tiket ke saya bilang dia tidak jadi nonton, dan menyerahkan kontak saya ke temannya yang lain. Insekuritas lainnya adalah dibolehin ga ya sama “nyonya” buat nonton? Secara kan kita anak rumahan yang maghrib sudah harus sampai di rumah, sedangkan konser mulai pukul 20.00 WIB. Terus nanti pulang gimana? Kesempatan untuk dapat izin “nyonya” pasti bakal lebih kecil kalau ga ada teman pulang.

Hati semakin ga tenang menuju hari H. Banyak berdoa saja yang bisa saya lakukan. Mulai dari semua anggota THE SCRIPT saya doakan sehat agar konser tidak batal, saya tidak ditipu sama yang jual tiket, dapat izin dari “nyonya”, dan tidak ada masalah ketika pulang ke rumah nantinya.

ALHAMDULILLAH semuanya dilancarkan. Ada lelaki baik hati yang bersedia menjemput saya selepas konser. "Nyonya" juga dengan mudahnya memberi izin pulang malam tidak seperti biasanya. THE SCRIPT dan kru sampai Jakarta dengan selamat. Serta tiket sudah di tangan beberapa jam sebelum konser dimulai.

Fotonya ini abis konser sih :p

Dipikir-pikir tingkat ketenangan hati saya rendah sekali ya. Akibat tidak biasa bahagia (atau takut bahagia?) jadi sebelum semua terjadi selalu dipikirkan efek buruknya duluan. Maklum, “racun” dari lingkungan yang tidak dibiasakan optimis. Eh kok jadi gini ceritanya……

Intinya saya berhasil nonton konser THE SCRIPT sendirian! Super Happy! Sepuas itu nontonnya. Bahkan dapat kejutan bisa lihat para personel depan mata dalam jarak kurang dari 100m padahal saya beli tiket yang jaraknya cukup jauh dari panggung. Terus pulang dijemput sama kesayangan. Love my (both) Danny (eh…) so much! Tidak sabar menanti mereka kembali konser di sini. Semoga bisa menonton mereka lagi :D


GANTENG BANGET SIH BANG DANNY AMPUN DAH
BANG GLENN GA KALAH TAMPAN KOK
BANG MARK JUGA KECE PARAH


See you when I see you, dear The Script!




Minggu, 11 Maret 2018

Ini Apa (Bagian Dua)

sungguh aku tidak mengerti
apa yang kau pikirkan
kau bilang jangan pergi
namun mengapa kau tetap dingin

setiap aku merindu
kau tak pernah peduli
setiap aku menjauh
kau mencegahku

lalu semua ini apa?
aku benar-benar tidak mengerti
berikanlah penjelasan
tidak hanya ketika sempat

Kamis, 08 Maret 2018

Terjebak

kata orang, awal dari perih itu pamrih
dan kata orang, paling menyakitkan itu jatuh cinta diam-diam
semakin ingin melupakan,
semakin sulit melepaskan

saat mendengarnya, kamulah yang terbayang
perih rasanya mengharapkan perhatianmu,
mengharapkan kasih sayangmu,
mengharapkan cintamu
setelah semua telah ku berikan

lama-lama aku lelah
menanggung segala perih
ingin menghapus rasa ini
namun selalu terhambat tapi dan mungkin

tapi ia berkata butuh aku
tapi ia ingin aku jangan pergi
mungkin ia sibuk
mungkin ia butuh waktu
untuk menunjukkan segala tapi

selalu aku terjebak
dalam pikiranku yang demikian
haruskah aku keluar dari pikiranku sendiri
atau haruskah ku bertahan?

Kamis, 15 Februari 2018

Di Ruang Tunggu Pengadilan

Ini kali pertama aku ke sana. Ke pengadilan. Pengadilan Agama tepatnya. Hanya mengantarkan ibu sebagai saksi keluarga. Dimintai tolong oleh tanteku untuk mendapatkan surat keterangan hak waris, kalau tidak salah demikian.

Hal pertama yang aneh di sini adalah tidak adanya tempat parkir. Bagaimana bisa? Ini adalah kantor yang pasti didatangi oleh masyarakat yang ingin menyelesaikan perkaranya, tapi bagaimana mungkin tidak ada tempat parkir? Atau ini adalah hal biasa yang tidak aku ketahui? Namun, satu hal yang pasti ini menjadi salah satu faktor yang membuatku tidak nyaman berada di tempat ini.

Setelah menemukan tempat parkir di lahan kosong yang jaraknya tidak terlalu jauh dari pengadilan agama, dan setelah diusir secara sopan dari sebuah kantor yang tidak memperbolehkan ada mobil lain parkir di sana apabila tidak memiliki urusan di dalam kantor tersebut, aku dan ibu menuju kantor pengadilan. Muncul lagi hal lain yang membuatku tidak nyaman berada di sana. Jika ingin masuk harus melalui pintu belakang. Mengapa banyak sekali hal aneh yang aku temukan di sini? Atau aku yang aneh karena tidak terbiasa dengan hal seperti ini? Entahlah, aku tidak tahu mana yang benar.

Sampailah kami di ruang tunggu pengadilan yang berada di lantai dua. Ruangan yang berukuran sekitar empat kali lima yang dipenuhi kursi untuk orang-orang menunggu dipanggil ke ruang pengadilan. Ruangan ini dilengkapi dengan televisi yang menunjukkan nomor antrian, sekotak P3K yang tergantung di dinding, beberapa stop kontak disediakan untuk pengunjung yang ingin mengisi kembali daya gawai yang mereka gunakan, dan area pojok bermain anak yang dilengkapi dengan perosotan kecil dan beberapa mainan. Ruangan ini juga memiliki lima pintu yang menghubungkan ke tiga ruang pengadilan, satu ruang mediasi, dan satu ruang menyusui.

Karena aku tidak memiliki banyak peran di sini, maka aku banyak menghabiskan waktu dengan menunggu dan memperhatikan para pengunjung. Orang-orang silih berganti masuk ke dalam ruangan pengadilan sesuai dengan nomor urut mereka. Tunggu, aku rasa ini terlalu cepat. Hanya dalam beberapa menit nomor antrian terus berganti. Semudah itukah memutuskan sesuatu? Dan mengapa raut muka orang-orang di sini begitu santai, seperti hanya menunggu antrian di bank. Karena dalam kepalaku orang-orang yang berada di sini banyak yang mengurus masalah perceraian, selain masalah ahli waris dan lainnya. Namun, mengapa mereka begitu santai menunggu dan menerima keputusan? Mereka sudah tidak ada hati atau pasrah dengan keadaan? Aku merasa asing di sini. Tidak terasa ada kehangatan di sekitarku.

Selama enam jam aku menunggu di sana, hanya satu keluarga (dua dengan keluargaku) yang menunjukkan emosi mereka. Ibu-ibu yang meluapkan emosinya, dan (mungkin) si anak yang berusaha menahan tangisnya di depan umum tetapi gagal melakukannya. Ah, mereka masih punya hati, pikirku. Seperti juga keluargaku, yang keluar dari ruang pengadilan sambil tertawa geli, membuatku penasaran apa yang terjadi di dalam sana. Selebihnya, aku tidak sedikit pun melihat ada perubahan dalam raut muka mereka. Seterbiasa itukah mereka dengan keadaan yang mereka hadapi? Atau lagi-lagi di sini hanya aku yang aneh, yang tidak terbiasa dengan hal seperti ini.

Ini hanya sedikit opiniku tentang apa yang ku perhatikan di ruang publik. Dan kebetulan saja aku dapat kesempatan datang ke pengadilan agama. Tidak ada maksud apa-apa di dalamnya. Tidak perlu setuju sepenuhnya dengan apa yang ku lontarkan. Karena ini hanya murni dari isi kepala yang dibuat terlalu lama menunggu.

Selasa, 13 Februari 2018

Februari

Bulan ini bulan Februari
katanya bulan kasih sayang
Namun mengapa
rasanya
kamu tidak menyayangiku?

Bulan ini bulan Februari
katanya bulan penuh cinta
Namun mengapa
kamu tak pernah menyatakannya?

Mungkin hanya aku
yang menginginkan cinta
darimu
yang tidak pernah
mencintaiku