Kamis, 19 September 2019

Sebuah Pengakuan

kita sama-sama tahu
atau pura-pura tidak tahu.
mencoba mencinta,
tapi takut tak menyatu.
ingin melarang,
siapalah aku.
selalu mengalah,
apakah kamu tahu?
bimbang selalu ada dalam pikiranku.
mungkinkah?
mungkinkah?
mungkinkah?
meragu untuk maju,
namun sayang sudah merayap jauh
ke dalam hatiku
atau mungkin juga hatimu.
sesungguhnya perasaanku tidak main-main.
tidak ingin berdusta karena memang aku
memikirkanmu.
rasa cemburu pernah membakarku
ketika kamu dengan yang lain.
dan rasa kesal yang memuncak
ketika kamu tidak menganggapku
di depan yang lain.
merasa dipermainkan.
yang terkadang membuatku menyesal
mengapa masih tetap menganggapmu.
mungkin aku yang bodoh.
mengharapkan perubahan darimu.
memaksakan perubahan tidak akan berarti,
jika bukan kamu yang berusaha
karena untuk dirimu sendiri,
betul bukan?
sudah berapa kali kebodohan ini berulang.
sudah berapa kali aku memberi kesempatan.
dan ketika aku sudah menyerah terhadapmu,
kamu kemudian datang padaku.
lagi-lagi merasa dipermainkan.
kesal,
tapi hatiku sungguh lemah
selalu menerima kehadiranmu.
ingin rasanya mendengar dari mulutmu sendiri
maksud dan tujuanmu
apakah semua yang ku rasa ini benar adanya
atau hanya aku saja yang merasakannya
dan kamu memiliki jalanmu sendiri
untuk tidak bersamaku?
jawab saja
tak mengapa.
agar urusan hati ini selesai
tidak menggantung
apalagi menunggu.
lebih baik perasaanku hancur berantakan
dan menggantinya dengan yang baru
daripada harus bertahan
dengan ketidaktahuan
juga ketidakpastian.