Rabu, 12 Januari 2022

Ringkasan Sebuah Percakapan

ini benar-benar sebuah ringkasan percakapan antara aku dan salah seorang teman yang tidak disangka memiliki kegelisahan yang sama. mungkin karena kami di fase yang sama, sama-sama berumur di akhir dua puluhan. dikhususkan pembahasan ini mengenai pasangan.

sebagian besar orang indonesia pasti mendapat tekanan ketika sudah hampir tiga puluh tahun dan belum menikah. sama halnya dengan kami. entah tekanan ini datang dari keluarga sendiri, atau dari lingkungan terdekat. dan satu hal lagi yang aku rasa juga berpengaruh besar yang tanpa disadari juga membuat tertekan dan ingin mendapatkan kehidupan seperti yang dilakukan banyak orang, yaitu sosial media. suatu hal yang kita ciptakan sendiri, namun malah terkadang menyakiti diri sendiri.

banyak orang berpikir kami ini terlalu picky. tidak sedikit juga yang menyuruh kami untuk introspeksi diri, seolah-olah tabiat kami yang membuat para lawan jenis tidak tertarik pada kami.

bagaimana kami tidak semakin picky. menemukan seseorang dengan 'bare minimum' (istilah dari temanku) saja sulit. bare minimum di sini antara lain rajin shalat, tidak minum-minuman keras, dan normal. normal yang dimaksud itu selain hasratnya tidak melenceng (bagi kami), juga setia. semenjak ada drama bersambung dengan tema perselingkuhan, semakin banyak saja kasus perselingkuhan yang muncul ke permukaan. belum lagi kasus kejahatan lain, yang membaca judul artikelnya saja sudah membuat sakit kepala. lama kelamaan membuat kami semakin insecure, masih adakah lelaki normal itu?

yang kedua, bukannya kami tidak introspeksi diri, tapi masih ada kok sebenarnya yang mendekati kami. namun... ada banyak hal yang membuat kami tidak bisa melanjutkan ke hubungan yang lebih serius. salah satunya, yang mendekati sudah punya pasangan (halal maupun belum), atau masih di fase belum menyelesaikan masa lalunya. hanya orang gila yang masih bisa melanjutkan hubungan dengan orang yang seperti ini. kami juga punya hati yang tahu rasanya disakiti. jadi kami juga tidak ingin menyakiti orang lain. dengan kata lain yang mendekati kami ini tidak masuk kategori normal yang sudah disebutkan sebelumnya.

"masa yang deketin ga ada yang normal satu pun?" ada. ada banget. tapi... (terus aja ada tapi dan namun) secara physically atau mentally umurnya masih di bawah kami. bisa dibilang diperlukan waktu lama untuk bisa nyambung. kami terlalu lelah menghadapi pdkt 'sudah makan belum?' 'lagi apa?' dan berbagai pertanyaan retoris lainnya. sebenarnya tidak ada yang salah dengan hal itu, tapi di saat ini (mungkin karena terlalu banyak yang hanya dengan kata-kata saja) kami butuh aksi juga. kalau ingin mengobrol mungkin bisa dengan "how's your day?" dan dengarkan kami, luangkan waktu dan anggap keberadaan kami, tidak hanya untuk mengisi waktu kosong saja. kami perlu sosok yang bisa membimbing dan mengayomi.

kasus yang sama terjadi pada kami adalah ketika sudah menemukan yang nyambung, sudah 'klik', dan kami menunjukkan sinyal positif kepada yang bersangkutan, sinyal kami kehilangan arah, alias si penangkap sinyal ini hilang entah ke mana. aneh ya? iya, kami juga bingung. itulah mengapa kami sekarang sering kali tidak menghiraukan obrolan yang menjurus, atau tidak memasukkan ke dalam hati berbagai jenis flirting yang dikeluarkan. kecuali, orang tersebut benar-benar menunjukkannya juga dengan perbuatan. 

that's it. itu berdasarkan obrolan kami berdua ya. bukan hasil survey sekian ratus orang. jadi bisa saja tidak berlaku untuk orang lain. tujuan kami di sini adalah untuk menunjukkan kami tetap berusaha kok. tapi tuhan ada andil terbesar di balik ini semua. jika tuhan tidak mengizinkan, mau dipaksakan bagaimanapun tidak akan berjalan sesuai rencana.

mohon doanya saja ya teman-teman untuk kami, golongan para pencari jodoh. atau ingin membantu mencarikan juga boleh saja. syarat bare minimum-nya sudah tertera hahahahaha.

Sabtu, 01 Januari 2022

Babak Baru

2022.

akhirnya sampai juga di tahun ini. tahun yang belum genap sehari kujalani telah membuatku takut. trauma masa lalu yang belum terobati sepenuhnya masih membayang-bayang dalam ingatan. bagaimana bila aku gagal lagi tahun ini?

sungguh pembuka tahun yang buruk, dasar aku. pemikiran berlebihan yang seperti tidak ingat ada tuhan yang berkuasa atas segalanya. mengapa mempercayai tuhan tidak semudah itu? atau salahku yang tidak terlalu dekat dengan tuhan? mungkin juga.

di tahun ini, tidak seperti beberapa tahun terakhir, aku memiliki resolusi. resolusi untuk berani beranjak. berani berpindah. berani menghadapi rasa takutku. menantang rasa traumaku dengan "semua akan baik-baik saja".

keberanianku membuat resolusi ini dikarenakan resolusi jangka pendekku, yang buru-buru aku niatkan di bulan terakhir 2021, tercapai dalam satu bulan. aku pikir tidak ada salahnya untuk membuat resolusi 2022, supaya ada yang aku usahakan dan akan menyenangkan bila tercapai. 

salah satu caranya, di tahun ini aku harus lebih percaya dengan tuhan. lebih mendekati tuhan. lebih teratur dalam hidup. agar tuhan senang dan mengabulkan doaku. apalah dayaku bila hidup lebih teratur namun tuhan membenciku? sekali lagi semua kehendak tuhan, jalan terbaik adalah dengan tetap dekat dengannya dalam kondisi apapun. 

semoga ini tak hanya sekadar tulisan. semoga saja di tahun depan, di tanggal yang sama, aku dapat menuliskan pencapaianku dan lebih berani membuat resolusi lainnya. 

mari kita mulai babak baru dengan lebih berani. tidak ada yang salah untuk meninggalkan zona nyaman, selama hal tersebut lebih baik untuk kita semua. 2021 juga mengajarkan sebenarnya tidak ada yang tidak bisa dilakukan, hanya mau atau tidak mau, atau malah mesti terpaksa melakukan untuk mengetahui bahwa kita mampu melakukannya. dan mungkin saja dari yang dilakukan secara terpaksa itu malah menimbulkan peluang yang lebih  baik untuk diri sendiri.

jadi, jangan takut ya, diriku. ada tuhan yang selalu menemani dalam setiap langkahmu. mari mulai babak baru dengan berani, seperti yang kamu sadari ternyata kamu memang cukup berani, melebihi apa yang kamu ekpektasikan.