Rabu, 04 Desember 2019

Ketika Kenangan Dibalut Rasa

ketika kenangan dibalut rasa
hanya membuat rindu semakin menyiksa
bahkan kita bukan siapa-siapa
mengapa harus cemas dengan ketiadaan

terus menyangkal bahwa tidak apa-apa
berpasrah dengan waktu untuk mendapat jawab-Nya
berdalih menghindari dosa tapi ini sama saja
dihantui nafsu yang diiyakan setan

berkali-kali menjauh
namun malah mendekat
mencoba menyelaraskan
malah ditinggalkan

lagi-lagi tak tahu
menemui jalan buntu
tak ingin kembali
tak ingin menetap
berputar arah mencari cara
selalu kembali ke titik awal

bukan tak mau untuk bersama
tapi belum saling menguatkan
goyah selalu terasa di mana-mana
hanya tidak mau runtuh karena ketergesaan

pilihan selalu ada
memilih untuk tidak memilih juga ada
silih berganti menjadi nestapa
padahal aku hanya ingin bahagia

Rabu, 30 Oktober 2019

Maybe God wanna Told Me

Maybe God wanna told me, that he has something to achieve, so i must be patient if we want to become one. Maybe...

Kamis, 19 September 2019

Sebuah Pengakuan

kita sama-sama tahu
atau pura-pura tidak tahu.
mencoba mencinta,
tapi takut tak menyatu.
ingin melarang,
siapalah aku.
selalu mengalah,
apakah kamu tahu?
bimbang selalu ada dalam pikiranku.
mungkinkah?
mungkinkah?
mungkinkah?
meragu untuk maju,
namun sayang sudah merayap jauh
ke dalam hatiku
atau mungkin juga hatimu.
sesungguhnya perasaanku tidak main-main.
tidak ingin berdusta karena memang aku
memikirkanmu.
rasa cemburu pernah membakarku
ketika kamu dengan yang lain.
dan rasa kesal yang memuncak
ketika kamu tidak menganggapku
di depan yang lain.
merasa dipermainkan.
yang terkadang membuatku menyesal
mengapa masih tetap menganggapmu.
mungkin aku yang bodoh.
mengharapkan perubahan darimu.
memaksakan perubahan tidak akan berarti,
jika bukan kamu yang berusaha
karena untuk dirimu sendiri,
betul bukan?
sudah berapa kali kebodohan ini berulang.
sudah berapa kali aku memberi kesempatan.
dan ketika aku sudah menyerah terhadapmu,
kamu kemudian datang padaku.
lagi-lagi merasa dipermainkan.
kesal,
tapi hatiku sungguh lemah
selalu menerima kehadiranmu.
ingin rasanya mendengar dari mulutmu sendiri
maksud dan tujuanmu
apakah semua yang ku rasa ini benar adanya
atau hanya aku saja yang merasakannya
dan kamu memiliki jalanmu sendiri
untuk tidak bersamaku?
jawab saja
tak mengapa.
agar urusan hati ini selesai
tidak menggantung
apalagi menunggu.
lebih baik perasaanku hancur berantakan
dan menggantinya dengan yang baru
daripada harus bertahan
dengan ketidaktahuan
juga ketidakpastian.



Minggu, 11 Agustus 2019

Nanti

tiada yang salah dengan pertemuan
hanya perasaan dan pikiran yang berlebihanlah
yang menjadi akar masalahnya
tiada pula yang berbeda dengan kita
dalam pertemuan yang terencana itu
ya, terencana
padahal sudah berencana untuk melupakan
malah membuat rencana baru
dengan membuka kenangan lama
terus saja siklusnya demikian
bakai lingkaran setan
tak berhenti
terus berputar
kapan berpindah?
nanti,
nanti di saat yang tak diketahui
olehku
entah apalagi yang ditunggu
padahal tak ada hasil

Selasa, 06 Agustus 2019

Hanya Kamu

bukan perkara mudah
merasa sendirian
di tengah kebisingan ibukota
terdampar di tengah lautan manusia
tanpa tahu arah dan tujuan
ku pejamkan mata
berharap mendapatkan jawab-Nya
lalu muncullah kamu
meraih tanganku
dan menuntun menuju cahaya
kemudian kamu melepaskan tanganku
mengapa? tanyaku
kamu persilakanku untuk pergi
kamu tidak ikut? tanyaku lagi
kamu menggeleng
'tidak sekarang
atau
mungkin bukan aku'
itu jawabmu
aku hanya mau kamu
kamu yang menunjukkan cahaya-Nya
kamu satu-satunya yang membimbingku
kamu selalu berhasil mengobati sepiku
dengan menuntun ke arah-Nya
hanya kamu
aku mohon
temani aku
selamanya
aku mencoba meraihmu
tapi hanya kata maaf yang terdengar
dan kamu pun lenyap
tersadar
aku membelalak
di tengah kegelapan
di dalam kamar
sendiri saja
berurai air mata

Senin, 05 Agustus 2019

Siapa yang Salah?

Gempa bumi mengguncang cukup dahsyat. Polusi udara sudah tidak dalam taraf wajar. Pemadaman listrik lebih dari enam jam. Semua terjadi di (mantan?) ibukota. Lalu masih banyak mengeluh dan memaki-maki orang lain? Masih menyalahkan orang lain dengan berbagai musibah yang terjadi? Kalian masih punya hati?

Begini ya, sebelumnya mohon maaf, ini hanya perspektif pribadi saya. Jikalau tak sejalan dengan kalian ya tak mengapa. Namun, jika dapat diambil positifnya ya alhamdulillah. Saya hanya sedikit gerah dengan orang-orang yang sibuk marah-marah di dunia nyata, apalagi media sosial. Seakan-akan semua kejadian ini terjadi adalah salah orang lain yang tidak memikirkan kehidupan orang banyak. Baik akan saya mulai beberkan satu per satu yang membuat saya gerah selain cuaca.

Gempa bumi kemarin tidak main-main guncangannya, sampai membuat kepala saya pusing. Alhamdulillah saya sudah di rumah, jadi mudah kabur keluar. Bayangkan yang tinggal di apartemen lantai berapa belas. Harus turun melewati tangga darurat. Dan melayang berita di media ada tangga darurat yang pintunya terkunci, sehingga penghuni tidak dapat mencapai lantai bawah. Untung saja semua masih selamat. Otomatis penghuni marah dong dengan pengelola. Ya, saya pun termasuk netizen yang marah padahal tak tahu situasi aktual. Usut punya usut, beberapa pintu tangga darurat dikunci karena sering digunakan sebagai tempat merokok beberapa penghuni. Jadi sekarang salah siapa? Salah penghuni? Salah pengelola? Introspeksi saja masing-masing. Semua hal terjadi tidak mungkin tanpa sebab. Jadi kalau ingin semua berjalan lancar, apa sulitnya mematuhi peraturan yang ada. Dan jangan lupa bersyukur, gempa ini masih berupa peringatan. Masih diingatkan perlu ada perbaikan dari masing-masing orang jika ingin selamat.

Polusi udara. Lagi hype banget nih yang pada berbagi kondisi udara di Jakarta karena memiliki tingkat polusi tertinggi di dunia. Terus apa saja yang telah dilakukan selain sharing tangkapan layar tentang info-info polusi? Dikerjakan tidak yang dibagikan itu? Sebal sih jikalau banyak komentar tapi masih naik ojek online, buang-buang listrik, dan berbagai kegiatan lain yang menyumbang polusi. Sebenarnya kan dari zaman dahulu kala juga Jakarta sudah termasuk yang berpolusi, lantas mengapa baru resah sekarang? Sibuk jadi duta ojek online? Hahaha bisa diamuk massa nih pernyataan saya. Sebenarnya ini hanya hal paling sederhana dengan naik kendaraan umum. Tapi akan banyak alasan di belakangnya yang membuat kita menolak menaik kendaraan umum. Iya, kita. Saya juga termasuk di dalamnya. Saya masih suka malas naik kendaraan umum dengan alasan lama, terutama ketika sedang terburu-buru. Mengapa bisa terburu-buru? Yang mana bisa ditanggulangi dengan berangkat jauh lebih awal. Lebih malas? Ya tanggung resikonya, si polusi tadi. Hidup itu penuh sebab akibat.

Mati listrik nih yang seru banget. Kegiatan hampir seluruhnya terganggu. Hidup zaman sekarang tidak bisa lepas dari listrik. Segala-galanya butuh listrik. Tapi pernah terpikirkan tidak oleh kalian bahwa masih ada desa yang belum terjamah listrik sepenuhnya? Atau beberapa kota yang sangat sering merasakan pemadaman listrik? But, they're still alive until now. Marah-marahnya jangan sampai seakan tidak bisa hidup dong. Dulu juga kita hidup tak seenak sekarang. Toh mati listrik juga banyak manfaatnya. Bisa lebih banyak berbicara dengan manusia (tidak lewat smartphone saja). Abang-abang angkot kembali berjaya karena banyak yang tidak bisa pesan ojek online. Dan yang terbaik adalah tingkat polutan di Jakarta masuk batas sedang. Tak usahlah buat hujan buatan, padamkan saja listrik di Jakarta, maka tingkat polusi pun menurun hahahahahahahahaha.

Sebenarnya nih ya akibat dari tiga musibah yang datang berurutan ini membuat saya takut. Takut kiamat. Serius. Ini Tuhan sudah baik sekali loh masih memberikan pertanda untuk kita kembali ke jalan yang benar. Bukan malah menjadi makin parah, dan tidak menerima apa yang sedang atau telah terjadi. Tidak sedikit orang yang bilang mengapa harus takut, kalau sudah waktunya semua orang pasti mati. Iya sih, tapi kan boleh ya berharap bisa meninggal dalam keadaan yang baik... Mungkin memang tinggal menunggu waktu siapa yang duluan "pulang", tidak memandang usia, tua muda kapan saja bisa tiada. Untuk itu, selagi ada waktu tidakkah kalian tergerak untuk beribadah dan berbuat baik saja? Yang sudah beribadah pun belum tentu sah juga ibadahnya, apalagi yang tidak. Mengapa orang-orang sibuk berkutat ingin semuanya berjalan seperti apa yang diinginkan, walaupun tidak sesuai aturan? Mengapa orang-orang tidak bisa hidup lebih tenteram? Atau hanya saya yang terlalu polos dan melihat sisi positifnya saja untuk menghibur diri agar tidak tertekan dengan masalah yang ada?



Sabtu, 27 Juli 2019

BFF(s)

Alhamdulillah wa syukurillah, di pagi ini hamba bersyukur diberikan sahabat-sahabat yang sangat mengerti diriku. Kok tiba-tiba bilang begini? Sebenarnya ga tiba-tiba tapi baru diungkapkan saja sekarang. Apalagi sekarang hidup benar-benar bisa fokus dengan diri sendiri, jadilah lebih sering mensyukuri dan mawas diri terhadap berbagai hal yang terjadi.

Setelah terjun ke dunia peritelan, yang namanya ketemu teman-teman dekat itu adalah waktu yang super istimewa dan sangat dinantikan. Karena itu saat-saat untuk mewaraskan diri dan berkata, "Hei, you have a life too, Ay." Dan teman-teman yang bisa diajak sharing kehidupan saat ini juga ga banyak, dilihat dari sisi umur yang bedanya agak lumayan. Kalau dengan teman kerja, daku lebih banyak belajar habit mereka, dan apa saja yang sedang in di zaman sekarang. Tapi kan yang namanya belajar terus pasti lelah. Ingin juga meluapkan apa yang ada dalam diri ini. That's why sering pergi atau nonton sendirian untuk me time, atau ketemu teman-teman seumuran untuk sekadar haha hihi aja juga ga masalah. Terbaiknya sih kalau yang ditemui ya para sahabat, we can talk everything even without we say it out loud. Maksudnya?

Yang sudah mengenalku sih pasti paham, aku paling anti dengan keribetan dan keriuhan. Kalau ada plan mau ngapain langsung diungkapkan, sharing plan masing-masing, combine, then do it. Kalau lagi ga seide ya sudah, aku melakukannya sendiri atau cari teman lain yang seide. Sounds egoist? Mungkin, tapi ku paling malas dengan kata terserah. Satu kata itu yang terkadang merusak rencana. Jadi bikin malas untuk melaksanakan rencana yang sudah dibahas.

Dan muncullah sosok sahabat-sahabatku. Di mana mereka ini (walau tak semua) cukup paham dan bahkan sangat paham maksud serta tujuan dari apa yang aku ungkapkan, bahkan yang belum aku ungkapkan. Terkadang malah mereka yang mengucapkan apa yang ada dalam kepalaku. Seems weird, belum diomongin tapi sudah tahu tujuan dari obrolannya apa. Misal, sebut mau ke suatu tempat, sudah langsung terbayang di sana mau ngapain dan makan apa. Atau ketika berencana mau beli apa, sudah terpapar jelas apa yang mau dibeli, tidak lagi mencla-mencle ke sana ke mari. Kan hidup jadi lebih mudah, tak menguras tenaga, kita pun happy.

Jadi kalau menemukan aku ada di suatu grup hanya diam dan bilang terserah, tandanya bukan ga mau ikut repot tapi karena ajakannya terlalu bias. Pasti deh kalau ada yang ngajak ketemu aku langsung bertanya mau kapan dan di mana, terus mau ngapain aja. Terkadang dadakan is the best. Soalnya sudah jelas mau ke mana jadi ga buang waktu. Diomongin lama juga ga masalah asal ada konklusinya. Itu yang terjadi kalau ngobrol dengan para sahabatku. Everything is clear. Ga cuma obrolan: ih sombong banget sih; atau: kangen deh; tapi ga ada ujungnya. Gimana caranya bisa menuntaskan rasa rindu atau mengentaskan kesombongan kalau tidak ada pertemuan yang jelas?

Maafkan jikalau yang membaca malah bilang daku ribet, mungkin kamu memang bukan sahabatku 😋

Selasa, 23 April 2019

Mohon Dijadikan Pelajaran

Mohon dijadikan pelajaran, jangan pergi ke konser musik penyanyi favoritmu dengan orang yang kau sukai. Kecuali, jika sudah sah menjadi teman hidupmu hingga mati. Mengapa? Sebab setiap lagu yang terputar pasti akan timbul kenangan bersama dengannya. Bagaimana bila berpisah? Bayang-bayang dirinya akan tetap ada, mau dipaksakan lupa malah hanya semakin teringat. Hanya masalah waktu, yang membuat kita akan mengingatnya dan melaluinya dengan tawa atau masih dengan kesedihan, karena masih enggan berpisah. 

Bayangkan bila itu penyanyi favoritmu. Lagu-lagu mereka tak pernah lepas dari deretan lagu yang selalu kau putar. Alih-alih menonton konser bersama, terkadang kita punya lagu atau band kesukaan yang juga sama. Akan menambah kenangan di lagu-lagu tersebut bila terputar. Atau pernah bercanda satu sama lain tentang penyanyi atau suatu lagu, misalnya nama mereka mirip sehingga jadi bahan leluconmu dengannya. Hal sederhana seperti itulah yang semakin melekat di ingatan, bukannya terlupakan. Yang begini otak malah bersinergi dengan hati, bukannya membantu untuk melepaskan.

Jadi, bagaimana caranya bila sudah terlanjur terjadi? Tidak ada, hahahaha. Berdamailah dengan hati, bahwa ia bukan orang yang tepat. Bacot! Sungguh klise. Ya, memang. Itu karena kita belum berdamai dengan diri sendiri. Masih ada rasa harap bila ia yang terbenar untuk kita. Mencoba menebak-nebak takdir Tuhan kalau masih ada kesempatan untuk bersamanya. Lalu, bagaimana bila Tuhan sudah berkata belum saatnya? Masih ingin menyangkal?

Senin, 22 April 2019

Titah Tuhan

Ku rasa saat ini Tuhan sedang bertitah,
"Bukan waktumu untuk patah hati, fokuslah dengan apa yang Ku beri saat ini, maka kau akan mendapatkan yang jauh lebih baik."

Selasa, 16 April 2019

(Mungkin) Terakhir

kemarin kita jumpa
berharap ada percakapan
untuk memperbaiki yang lalu

harapan hanya sekadar harapan
alih-alih tiada ruang untuk kita
bahkan seperti tidak kenal

hati masih menjerit
mungkin dia malu
terlalu banyak orang lain
mungkin besok
akan ada kejutan

logika mulai tak sejalan dengan hati
baiklah, kita lihat esok
kesempatan terakhir
harapan terakhir

waktu pun bergulir
ucapan dan doa mulai mengalir
tiada satu pun darimu
iya ini kejutan
kejutan untuk menampar hariku
bahwa aku memang hanya orang biasa
tiada pernah menjadi istimewa
di hatimu

hati masih berpikir
mengapa begitu teganya
padahal sebulan lalu masih ada kita
namun hari ini binasa
bahkan seperti tidak pernah ada

logika memecut
sudah diingatkan dari dulu
bahwa hati tak boleh ikut campur
sampai semuanya jelas
tapi yang ada hanya ketidakjelasan
sudah diingatkan untuk pergi
namun masih ingin tetap tinggal
lalu sekarang salah siapa?

salahku
dan semua harapku
musnah jadi debu

terima kasih pernah hadir
terima kasih pernah singgah
terima kasih pernah berarti

mungkin sekarang tiada lagi lain kali
...

masih ada mungkin
masih ingin berharap
dasar manusia lemah
ucapkan selamat tinggal saja sulit
ucapkan selamat tinggal saja enggan
ayo berpindah
selagi masih bisa
sebelum terisolasi dalam pulau harapan

Jumat, 22 Maret 2019

Jangan Hanya Cintai Dirimu Sendiri

Jangan hanya cintai dirimu sendiri.

Mengapa? Kalau bukan aku, siapa lagi yang mencintaiku?

Orang lain.

Jangan bercanda. Tiada satu pun yang mencintaiku. Buktinya, sampai saat ini, sudah sewindu tak miliki kekasih.

Kau tidak berusaha mencintai orang lain?

Buat apa? Hanya sakit yang ku rasa bila ia tak juga mencinta padaku.

Itu karena kau mencintai orang yang salah.

Bagaimana aku tahu bahwa ia orang yang salah?

Bagaimana kamu mencintai dirimu sendiri?

Mengapa malah balik bertanya?

Jawab saja dulu. Katanya kau mencintai dirimu sendiri.

Bagaimana aku mencintai diriku sendiri... Dengan mencari kebahagiaan!

Misalnya?

Aku berdandan untuk diriku sendiri agar terlihat cantik. Dan berkata bahwa aku cantik agar aku lebih percaya diri.

Lalu?

Menonton film! Atau mendengarkan musik!

Apa lagi?

Banyak deh. Pokoknya aku melakukan banyak hal yang dapat membahagiakan diriku.

Nah, itu jawabannya.

Maksudnya?

Kan tadi kamu bertanya bagaimana kamu tahu kamu mencintai orang yang salah.

Lalu? Apa hubungannya?

Jika kamu tidak merasa bahagia, itu tandanya kamu mencintai orang yang salah.

Tapi...

Kamu bahagia dibilang cantik?

Bahagia.

Bahagia diajak menonton film?

Bahagia. Tapi, mencintai orang tidak semudah itu.

Tidak juga.

Lalu?

Apa yang kamu lakukan bila mencintai seseorang?

Malah bertanya lagi.

Jawab saja.

Tentu saja membuat ia bahagia.

Nah, itu tahu.

Lanjutkan. Kau selalu membuatku bingung.

Kamu ingin membuat dia bahagia karena kamu mencintainya. Namun, apakah kamu merasa dibahagiakan olehnya?

...

Cintailah seseorang yang juga membahagiakanmu.

Kau benar.

Kau tahu itu.

Ya.

Tapi kau menolak untuk tahu.

Tepat.

Buat apa memelihara rasa sakit? Katanya kamu mencintai diri sendiri. Rasa sakit tidak membuat bahagia.

...

Kau belum mencintai dirimu sendiri.

Mungkin kau benar.

Jangan. Lepaskanlah.

Beri aku waktu.

Tidak ada waktu.

Tapi...

Sudah, mari bergerak. Saatnya pindah haluan.

Bagaimana caranya?

Buka matamu lebar-lebar. Begitu melimpah di luar sana yang dapat membuatmu bahagia. Tentukan tujuan dan mari berpindah.

Baiklah. Mari dicoba.

Sudah siap?

Harus.

Baiklah, ayo berpindah!

Selasa, 19 Maret 2019

2019

Mungkin terlalu terlambat sebagai pos awal tahun. Namun, daripada tidak ada rekam jejak sama sekali.

Setahun ke belakang terlalu banyak kisah yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Kehilangan salah satu kakak perempuan yang menyusul papa menghadap Sang Khalik. Lalu di awal tahun ini mama menyusul. Hampa. Terlalu sering merasakan kehilangan, hingga akhirnya hati ini terasa kosong. Tidak tahu harus apa. Tidak tahu ingin apa. Sampai akhirnya saya sadar untuk memulai petualangan baru.

Kala itu, seorang sahabat memberi kabar mengenai pembukaan kelas untuk salah satu perusahaan ritel terbesar di Indonesia. Ia menyarankan agar saya ikut, mumpung umur masih mencukupi batas syarat pendaftaran. Ketika melihat mata kuliahnya memang cukup menarik. Hal-hal yang ingin saya coba, dan seperti tertantang apa saya mampu melakukannya. Akhirnya setelah izin kakak, saya daftar. Sepertinya ini pertama kalinya mendaftar sesuatu tanpa ada teman satu pun di dalamnya. Pertama kali masuk pun gugup. Apakah mungkin saya akan mendapatkan teman?

Jawabannya: BANYAK. Sangat bersyukur telah mengambil langkah yang tepat untuk mendaftar ke akademi yang hanya berlangsung selama dua bulan ini, satu bulan in class dan satu bulan lagi magang. Baru pertama kali merasakan bagaimana rasanya kemampuan diri saya dihargai banyak orang, disukai banyak orang. Masih suka tidak percaya dan denial bahwa saya tidak sebagus apa yang teman-teman (bahkan pengajar) apresiasi. Tapi teman-teman selalu mendukung saya dan akhirnya terbukti di awal bulan kedua saya mendapatkan nilai baik di beberapa mata pelajaran, juga menjadi nominasi murid terbaik. Sungguh tidak pernah saya duga sebelumnya.

Hal terbaik yang saya dapatkan di sini adalah teman-teman yang luar biasa. Baru kali ini bertemu orang-orang dalam waktu sebulan tapi terasa sudah lama sekali kenal. Mungkin karena selama sebulan penuh yang ditemui hanya mereka saja. Namun, bukannya bosan, malah sebulan terasa terlalu sebentar untuk bertemu dengan mereka. Dan mereka-mereka inilah yang membantu saya untuk kembali percaya pada diri sendiri bahwa sebenarnya saya bisa. Dukungan-dukungan dari merekalah yang saya butuhkan. Yang saya cari selama ini. Hingga akhirnya saya sadar bahwa banyak hal lain yang sebenarnya dapat saya lakukan tetapi tidak tersalurkan selama ini karena saya tidak pernah mencobanya.

Allah SWT memang akan selalu memberikan jawaban kepada kita di saat yang tepat. Saya kehilangan anggota keluarga saya hingga saya merasa kosong. Namun, di saat yang tepat pun Allah SWT memberikan keluarga baru untuk saya, yang dapat menemani hari-hari saya.

Dan sekaranglah saat yang tepat untuk bergegas. Bergegas mengerjakan segala yang ingin saya kejar. Mungkin pula dengan izin Allah SWT sekarang adalah saat yang tepat untuk merealisasikannya. Jangan pernah untuk menyerah lagi. Demi masa depan, yang tak ada lagi halangan, selain dari diri sendiri.

Semangat membentuk kenangan indah di 2019! 

Senin, 28 Januari 2019

Semprul

Kemarin, setelah ngobrol-ngobrol bersama dua sahabat baik membahas soal (sebagian besar) jodoh, jadi makin tersadar akan satu hal. Saya itu tipe orang yang pasti. Kalau pergi mesti tahu harus ke mana, jam berapa, dan mau ngapain. Kalau tidak jelas, saya memilih tidak jadi atau tunggu sampai jelas. Sudah ditunggu tapi masih tidak jelas, atau setelah janjian tiada kabar, wah... sudah deh. Hati-hati saja. Aries yg egonya paling tinggi ini akan menunjukkan kemurkaannya.

Sama ketika menjalani suatu hubungan. Dulu pas punya pacar, kalau si pasangan sudah menunjukkan gelagat mau putus ya saya tanya langsung. Mau putus? Ya sudah sih tinggal bilang. Toh tak ada gunanya mempertahankan hubungan yang salah satunya tidak lagi memiliki rasa yang sama. Kalau dengan gebetan, pasti langsung tanya juga hubungannya mau dibawa ke mana. "Gila lo Yu berani banget." Mohon maaf nih, lelah juga kan menjalani hubungan yang tujuannya entah ke mana. Mending dari awal, kalau sudah timbul rasa, ditegaskan mau lanjut atau tidak. Susahnya adalah ketika ada yang mendekati saya dan saya tidak suka dengan caranya. Bisa-bisa pintu hati saya tidak akan terbuka sedikit pun. Malah mungkin akan saya usir.

Terus kalau putus dengan pacar atau tidak berlanjut dengan gebetan bagaimana? Ga baper? Ya baper dong, saya masih manusia punya hati. Tapi sebisa mungkin akal sehat saya mempengaruhi pikiran dan relung hati saya. "Buat apa mikirin orang yang ga mikirin kita sama sekali." Itu sih kuncinya. Lalu cari kesibukan atau malah cari kecengan baru hahahaha.

Namun, ada satu hal menyebalkan dalam diri saya. Saya itu gampang sayang sama orang. Terlalu ekstrem ya kata "sayang"? Hahaha, oke kita ganti dengan peduli. Saya tidak bisa tidak peduli dengan orang lain. Apa lagi terhadap orang-orang yang dekat dengan saya. Mau cuek tuh susahnya minta ampun. Makanya, saya suka minta kejelasan kalau dengan gebetan. Anehnya kalau sudah jelas tidak ingin lanjut, perasaan saya yang peduli ini bisa sirna begitu saja loh. Jadi kalau tanya kabar si anu si anu si anu yang pernah jadi masa lalu saya, saya tidak pernah tahu. Sudah tidak mengurusi. Tahu-tahu dapat kabar dari orang lain ada yang sudah menikah saja. Alhamdulillah kalau sudah bahagia bertemu jodohnya. 

Terus, intinya apa? Hahaha cuma mau bahas diri sendiri kok. Agak narsis sih tulisan ini. Tapi tak apalah, untuk cerminan diri di kemudian hari. Jadi mesti sabar sama orang, jangan sayang berlebihan dengan orang lain, dan tak usah pedulikan kata orang yang selalu bertanya, "Kapan nyusul?" InsyaAllah akan datang saatnya bertemu dan menjalin kasih dengan seseorang yang tidak plin-plan, bisa memecahkan masalah, tidak dibuat menunggu, serta patut diberi kasih sayang sepenuhnya. Oh, jangan lupa yang pasti harus beriman, kan harus jadi imam keluarga. Kalau ada yang memenuhi kriteria di atas boleh loh mendaftar, eh... hahahahaha malah jadi buka pendaftaran 😝