Rabu, 04 Desember 2019
Ketika Kenangan Dibalut Rasa
Rabu, 30 Oktober 2019
Maybe God wanna Told Me
Kamis, 19 September 2019
Sebuah Pengakuan
kita sama-sama tahu
atau pura-pura tidak tahu.
mencoba mencinta,
tapi takut tak menyatu.
ingin melarang,
siapalah aku.
selalu mengalah,
apakah kamu tahu?
bimbang selalu ada dalam pikiranku.
mungkinkah?
mungkinkah?
mungkinkah?
meragu untuk maju,
namun sayang sudah merayap jauh
ke dalam hatiku
atau mungkin juga hatimu.
sesungguhnya perasaanku tidak main-main.
tidak ingin berdusta karena memang aku
memikirkanmu.
rasa cemburu pernah membakarku
ketika kamu dengan yang lain.
dan rasa kesal yang memuncak
ketika kamu tidak menganggapku
di depan yang lain.
merasa dipermainkan.
yang terkadang membuatku menyesal
mengapa masih tetap menganggapmu.
mungkin aku yang bodoh.
mengharapkan perubahan darimu.
memaksakan perubahan tidak akan berarti,
jika bukan kamu yang berusaha
karena untuk dirimu sendiri,
betul bukan?
sudah berapa kali kebodohan ini berulang.
sudah berapa kali aku memberi kesempatan.
dan ketika aku sudah menyerah terhadapmu,
kamu kemudian datang padaku.
lagi-lagi merasa dipermainkan.
kesal,
tapi hatiku sungguh lemah
selalu menerima kehadiranmu.
ingin rasanya mendengar dari mulutmu sendiri
maksud dan tujuanmu
apakah semua yang ku rasa ini benar adanya
atau hanya aku saja yang merasakannya
dan kamu memiliki jalanmu sendiri
untuk tidak bersamaku?
jawab saja
tak mengapa.
agar urusan hati ini selesai
tidak menggantung
apalagi menunggu.
lebih baik perasaanku hancur berantakan
dan menggantinya dengan yang baru
daripada harus bertahan
dengan ketidaktahuan
juga ketidakpastian.
Minggu, 11 Agustus 2019
Nanti
tiada yang salah dengan pertemuan
hanya perasaan dan pikiran yang berlebihanlah
yang menjadi akar masalahnya
tiada pula yang berbeda dengan kita
dalam pertemuan yang terencana itu
ya, terencana
padahal sudah berencana untuk melupakan
malah membuat rencana baru
dengan membuka kenangan lama
terus saja siklusnya demikian
bakai lingkaran setan
tak berhenti
terus berputar
kapan berpindah?
nanti,
nanti di saat yang tak diketahui
olehku
entah apalagi yang ditunggu
padahal tak ada hasil
Selasa, 06 Agustus 2019
Hanya Kamu
bukan perkara mudah
merasa sendirian
di tengah kebisingan ibukota
terdampar di tengah lautan manusia
tanpa tahu arah dan tujuan
ku pejamkan mata
berharap mendapatkan jawab-Nya
lalu muncullah kamu
meraih tanganku
dan menuntun menuju cahaya
kemudian kamu melepaskan tanganku
mengapa? tanyaku
kamu persilakanku untuk pergi
kamu tidak ikut? tanyaku lagi
kamu menggeleng
'tidak sekarang
atau
mungkin bukan aku'
itu jawabmu
aku hanya mau kamu
kamu yang menunjukkan cahaya-Nya
kamu satu-satunya yang membimbingku
kamu selalu berhasil mengobati sepiku
dengan menuntun ke arah-Nya
hanya kamu
aku mohon
temani aku
selamanya
aku mencoba meraihmu
tapi hanya kata maaf yang terdengar
dan kamu pun lenyap
tersadar
aku membelalak
di tengah kegelapan
di dalam kamar
sendiri saja
berurai air mata
Senin, 05 Agustus 2019
Siapa yang Salah?
Mati listrik nih yang seru banget. Kegiatan hampir seluruhnya terganggu. Hidup zaman sekarang tidak bisa lepas dari listrik. Segala-galanya butuh listrik. Tapi pernah terpikirkan tidak oleh kalian bahwa masih ada desa yang belum terjamah listrik sepenuhnya? Atau beberapa kota yang sangat sering merasakan pemadaman listrik? But, they're still alive until now. Marah-marahnya jangan sampai seakan tidak bisa hidup dong. Dulu juga kita hidup tak seenak sekarang. Toh mati listrik juga banyak manfaatnya. Bisa lebih banyak berbicara dengan manusia (tidak lewat smartphone saja). Abang-abang angkot kembali berjaya karena banyak yang tidak bisa pesan ojek online. Dan yang terbaik adalah tingkat polutan di Jakarta masuk batas sedang. Tak usahlah buat hujan buatan, padamkan saja listrik di Jakarta, maka tingkat polusi pun menurun hahahahahahahahaha.
Sebenarnya nih ya akibat dari tiga musibah yang datang berurutan ini membuat saya takut. Takut kiamat. Serius. Ini Tuhan sudah baik sekali loh masih memberikan pertanda untuk kita kembali ke jalan yang benar. Bukan malah menjadi makin parah, dan tidak menerima apa yang sedang atau telah terjadi. Tidak sedikit orang yang bilang mengapa harus takut, kalau sudah waktunya semua orang pasti mati. Iya sih, tapi kan boleh ya berharap bisa meninggal dalam keadaan yang baik... Mungkin memang tinggal menunggu waktu siapa yang duluan "pulang", tidak memandang usia, tua muda kapan saja bisa tiada. Untuk itu, selagi ada waktu tidakkah kalian tergerak untuk beribadah dan berbuat baik saja? Yang sudah beribadah pun belum tentu sah juga ibadahnya, apalagi yang tidak. Mengapa orang-orang sibuk berkutat ingin semuanya berjalan seperti apa yang diinginkan, walaupun tidak sesuai aturan? Mengapa orang-orang tidak bisa hidup lebih tenteram? Atau hanya saya yang terlalu polos dan melihat sisi positifnya saja untuk menghibur diri agar tidak tertekan dengan masalah yang ada?
Sabtu, 27 Juli 2019
BFF(s)
Selasa, 23 April 2019
Mohon Dijadikan Pelajaran
Senin, 22 April 2019
Titah Tuhan
Ku rasa saat ini Tuhan sedang bertitah,
"Bukan waktumu untuk patah hati, fokuslah dengan apa yang Ku beri saat ini, maka kau akan mendapatkan yang jauh lebih baik."
Selasa, 16 April 2019
(Mungkin) Terakhir
kemarin kita jumpa
berharap ada percakapan
untuk memperbaiki yang lalu
harapan hanya sekadar harapan
alih-alih tiada ruang untuk kita
bahkan seperti tidak kenal
hati masih menjerit
mungkin dia malu
terlalu banyak orang lain
mungkin besok
akan ada kejutan
logika mulai tak sejalan dengan hati
baiklah, kita lihat esok
kesempatan terakhir
harapan terakhir
waktu pun bergulir
ucapan dan doa mulai mengalir
tiada satu pun darimu
iya ini kejutan
kejutan untuk menampar hariku
bahwa aku memang hanya orang biasa
tiada pernah menjadi istimewa
di hatimu
hati masih berpikir
mengapa begitu teganya
padahal sebulan lalu masih ada kita
namun hari ini binasa
bahkan seperti tidak pernah ada
logika memecut
sudah diingatkan dari dulu
bahwa hati tak boleh ikut campur
sampai semuanya jelas
tapi yang ada hanya ketidakjelasan
sudah diingatkan untuk pergi
namun masih ingin tetap tinggal
lalu sekarang salah siapa?
salahku
dan semua harapku
musnah jadi debu
terima kasih pernah hadir
terima kasih pernah singgah
terima kasih pernah berarti
mungkin sekarang tiada lagi lain kali
...
masih ada mungkin
masih ingin berharap
dasar manusia lemah
ucapkan selamat tinggal saja sulit
ucapkan selamat tinggal saja enggan
ayo berpindah
selagi masih bisa
sebelum terisolasi dalam pulau harapan
Jumat, 22 Maret 2019
Jangan Hanya Cintai Dirimu Sendiri
Jangan hanya cintai dirimu sendiri.
Mengapa? Kalau bukan aku, siapa lagi yang mencintaiku?
Orang lain.
Jangan bercanda. Tiada satu pun yang mencintaiku. Buktinya, sampai saat ini, sudah sewindu tak miliki kekasih.
Kau tidak berusaha mencintai orang lain?
Buat apa? Hanya sakit yang ku rasa bila ia tak juga mencinta padaku.
Itu karena kau mencintai orang yang salah.
Bagaimana aku tahu bahwa ia orang yang salah?
Bagaimana kamu mencintai dirimu sendiri?
Mengapa malah balik bertanya?
Jawab saja dulu. Katanya kau mencintai dirimu sendiri.
Bagaimana aku mencintai diriku sendiri... Dengan mencari kebahagiaan!
Misalnya?
Aku berdandan untuk diriku sendiri agar terlihat cantik. Dan berkata bahwa aku cantik agar aku lebih percaya diri.
Lalu?
Menonton film! Atau mendengarkan musik!
Apa lagi?
Banyak deh. Pokoknya aku melakukan banyak hal yang dapat membahagiakan diriku.
Nah, itu jawabannya.
Maksudnya?
Kan tadi kamu bertanya bagaimana kamu tahu kamu mencintai orang yang salah.
Lalu? Apa hubungannya?
Jika kamu tidak merasa bahagia, itu tandanya kamu mencintai orang yang salah.
Tapi...
Kamu bahagia dibilang cantik?
Bahagia.
Bahagia diajak menonton film?
Bahagia. Tapi, mencintai orang tidak semudah itu.
Tidak juga.
Lalu?
Apa yang kamu lakukan bila mencintai seseorang?
Malah bertanya lagi.
Jawab saja.
Tentu saja membuat ia bahagia.
Nah, itu tahu.
Lanjutkan. Kau selalu membuatku bingung.
Kamu ingin membuat dia bahagia karena kamu mencintainya. Namun, apakah kamu merasa dibahagiakan olehnya?
...
Cintailah seseorang yang juga membahagiakanmu.
Kau benar.
Kau tahu itu.
Ya.
Tapi kau menolak untuk tahu.
Tepat.
Buat apa memelihara rasa sakit? Katanya kamu mencintai diri sendiri. Rasa sakit tidak membuat bahagia.
...
Kau belum mencintai dirimu sendiri.
Mungkin kau benar.
Jangan. Lepaskanlah.
Beri aku waktu.
Tidak ada waktu.
Tapi...
Sudah, mari bergerak. Saatnya pindah haluan.
Bagaimana caranya?
Buka matamu lebar-lebar. Begitu melimpah di luar sana yang dapat membuatmu bahagia. Tentukan tujuan dan mari berpindah.
Baiklah. Mari dicoba.
Sudah siap?
Harus.
Baiklah, ayo berpindah!
Selasa, 19 Maret 2019
2019
Senin, 28 Januari 2019
Semprul
Kemarin, setelah ngobrol-ngobrol bersama dua sahabat baik membahas soal (sebagian besar) jodoh, jadi makin tersadar akan satu hal. Saya itu tipe orang yang pasti. Kalau pergi mesti tahu harus ke mana, jam berapa, dan mau ngapain. Kalau tidak jelas, saya memilih tidak jadi atau tunggu sampai jelas. Sudah ditunggu tapi masih tidak jelas, atau setelah janjian tiada kabar, wah... sudah deh. Hati-hati saja. Aries yg egonya paling tinggi ini akan menunjukkan kemurkaannya.
Sama ketika menjalani suatu hubungan. Dulu pas punya pacar, kalau si pasangan sudah menunjukkan gelagat mau putus ya saya tanya langsung. Mau putus? Ya sudah sih tinggal bilang. Toh tak ada gunanya mempertahankan hubungan yang salah satunya tidak lagi memiliki rasa yang sama. Kalau dengan gebetan, pasti langsung tanya juga hubungannya mau dibawa ke mana. "Gila lo Yu berani banget." Mohon maaf nih, lelah juga kan menjalani hubungan yang tujuannya entah ke mana. Mending dari awal, kalau sudah timbul rasa, ditegaskan mau lanjut atau tidak. Susahnya adalah ketika ada yang mendekati saya dan saya tidak suka dengan caranya. Bisa-bisa pintu hati saya tidak akan terbuka sedikit pun. Malah mungkin akan saya usir.
Terus kalau putus dengan pacar atau tidak berlanjut dengan gebetan bagaimana? Ga baper? Ya baper dong, saya masih manusia punya hati. Tapi sebisa mungkin akal sehat saya mempengaruhi pikiran dan relung hati saya. "Buat apa mikirin orang yang ga mikirin kita sama sekali." Itu sih kuncinya. Lalu cari kesibukan atau malah cari kecengan baru hahahaha.
Namun, ada satu hal menyebalkan dalam diri saya. Saya itu gampang sayang sama orang. Terlalu ekstrem ya kata "sayang"? Hahaha, oke kita ganti dengan peduli. Saya tidak bisa tidak peduli dengan orang lain. Apa lagi terhadap orang-orang yang dekat dengan saya. Mau cuek tuh susahnya minta ampun. Makanya, saya suka minta kejelasan kalau dengan gebetan. Anehnya kalau sudah jelas tidak ingin lanjut, perasaan saya yang peduli ini bisa sirna begitu saja loh. Jadi kalau tanya kabar si anu si anu si anu yang pernah jadi masa lalu saya, saya tidak pernah tahu. Sudah tidak mengurusi. Tahu-tahu dapat kabar dari orang lain ada yang sudah menikah saja. Alhamdulillah kalau sudah bahagia bertemu jodohnya.
Terus, intinya apa? Hahaha cuma mau bahas diri sendiri kok. Agak narsis sih tulisan ini. Tapi tak apalah, untuk cerminan diri di kemudian hari. Jadi mesti sabar sama orang, jangan sayang berlebihan dengan orang lain, dan tak usah pedulikan kata orang yang selalu bertanya, "Kapan nyusul?" InsyaAllah akan datang saatnya bertemu dan menjalin kasih dengan seseorang yang tidak plin-plan, bisa memecahkan masalah, tidak dibuat menunggu, serta patut diberi kasih sayang sepenuhnya. Oh, jangan lupa yang pasti harus beriman, kan harus jadi imam keluarga. Kalau ada yang memenuhi kriteria di atas boleh loh mendaftar, eh... hahahahaha malah jadi buka pendaftaran 😝