Rabu, 02 Oktober 2013

Kirain Kamu yang.....

Judul di atas merupakan kalimat yang menyebalkan dan membuat sakit hati saja bagi saya. Bayangkan saja apabila kalimat tersebut ditambahkan kata kerja di belakangnya maka akan terdengar sebagai tuduhan. Misalnya, "Kirain kamu yang mendapatkan juaranya." Bisa membayangkan rasanya? Seseorang telah berharap kamu juara, tapi nyatanya sebaliknya. Mungkin orang yang mengatakan hal tersebut tidak ada maksud apapun, namun bagaimana perasaanmu yang telah merasa gagal juara?

Sudah dua kali saya mendapatkan pernyataan demikian. Pertama, di saat saya masih duduk di bangku SMA dan sedang menuju bangku kuliah. Saat itu hari ulang tahun saya yang hanya berbeda beberapa hari setelah pengumuman mahasiswa baru di salah satu perguruan tinggi negeri. Salah satu guru les saya mengucapkan selamat ulang tahun dan ucapan selamat diterima di perguruan tinggi tersebut. Kenyataannya, saya tidak diterima dan bahkan saya tidak memberi tahu orang lain selain orang tua dan sahabat-sahabat saya yang tidak berhubungan dengan guru les saya. "Kirain kamu dapet, soalnya katanya si "anu" kamu dapet loh." Dan saya cuma bisa jawab, "Ngga Mbak, bahkan saya ga bilang hasil pengumumannya sama si "anu"." Setelahnya, saya cuma bisa nangis di kamar mandi tidak berhenti hingga mandi selesai. Padahal saya orangnya jarang menangis, hanya gara-gara hal itu bendungan air mata saya bocor. Mengapa saya begitu sedih? Sederhana saja. Itu tes perguruan tinggi pertama yang saya ikuti dan juga merupakan perguruan tinggi pertama yang mengumumkan hasil tesnya pada saat itu. Perguruan tinggi ini benar-benar saya idamkan bertahun-tahun. Kenyataannya, diumumkan berdekatan dengan ulang tahun saya dan hasilnya nihil, saya tidak termasuk di dalam daftar mahasiswa baru mereka. Ditambah dengan munculnya gosip yang mengatakan bahwa saya mendapatkannya. Perasaan saya saat itu kesal oleh karena penyebar isu palsu yang mengumbar berita yang sebenarnya bahagia bila benar-benar terjadi tapi nyatanya hanya membuat luka di hati, dan kecewa karena hasilnya juga mengecewakan orang lain yang telah berharap saya lulus tes dan menjadi bagian dari perguruan tinggi tersebut. Tidak hanya saya yang kecewa. Itu yang membuat saya semakin sedih, menambah beban bagi mental dan batin. Kalau ingin tahu kelanjutannya, perjuangan saya sampai akhir untuk masuk ke perguruan tinggi ini tidak berhasil. Bisa dicek di postingan yang telah tenggelam oleh waktu.

Yang kedua... Terlalu pedih untuk diceritakan. Dengan kalimat seperti pada judul, saya dikira menjalin hubungan dengan seseorang yang benar-benar saya sayangi, namun nyatanya bukanlah saya yang menjadi pendamping mereka. Mereka? Ya, bukan sekali saya pernah merasa seperti ini. Jangan mulai mengasihani saya hahahaha. Mengapa bisa terjadi? Karena diawali dengan pertemanan biasa, lalu lama-kelamaan menjadi lebih dekat, dan akhirnya saya sayang #eh Namun mereka memiliki wanita lain untuk disayangi #eeh Jadi saya hanya bisa menyayangi mereka sebagai teman dan (mencoba) bahagia bila mereka pun demikian #eeeh

Intinya, saya ini orangnya sensitif #loh Semuanya bisa saya pikirkan walau hanya sekadar ucapan lalu yang mungkin menurut kalian hal itu biasa saja tapi ternyata sangat bermakna untuk saya. Jadi, jangan dipikirkan kata-kata saya, karena ini hanya celoteh asal. Sekian.

Rabu, 25 September 2013

Hilanglah atau Hapuskan

Melihat dirimu dari kejauhan merupakan rutinitas terbaruku saat ini. Di mana setelah kejadian "itu" hubungan kita (aku rasa) tidak akan sedekat dulu. Dimulai dari kejujuran-kejujuran yang terurai dari masing-masing individu, membuat jarak yang sudah dekat menjadi lebih jauh daripada sebelumnya.

Bukan karena aku tidak mau kita berteman seperti semula, yang tidak mengaitkan hati di dalamnya, tetapi karena keadaan membuat semakin sulit untukku menutupi perasaanku yang sebenarnya. Melihat kalian berada di dalam satu bingkai mataku sudah sangat menyakitkan. Dirimu tegak berdiri memandang pujaan hati, sedangkan hatiku teriris perih menanggung kenyataan pahit. Kita tak kan mungkin bersama.

Dan segala perbuatanmu, yang terkadang aku anggap sebagai permintaan maafmu, hanya menambah beban di hatiku. Sikapmu yang begitu baik kepadaku akan berimbas kepada perasaanku yang semakin tertahan, dan akhirnya tekanan untuk menghindarimu akan semakin besar. Lalu, kau akan memulai kembali segala perilaku baikmu terhadapku, dan siklus ini akan terus berulang.

Tidakkah kau mengasihani hatiku?

Lebih baik kau menghilang walau mustahil, atau buatlah aku dapat menghapus semua ingatan tentangmu.

Minggu, 22 September 2013

Pertanyaan yang Tak Akan Terjawab

Menyadari bahwa merindukan orang lain yang tidak merindukanmu itu adalah hal paling mengerikan untukku. Apalagi dirasakan on the lowest point saat itu.

Setiap hari rasanya hanya kangen, kangen, kangen. Tapi yang didapatkan hanya diam, diam, dan diam. Tidak ada sedikit pun obrolan yang terlontar darinya. Hanya aku di sini yang mengharapkannya.

Fase tersulit yang harus dilewati ketika telah merasakan hal ini. Berhari-hari memikirkannya tanpa dirinya yang tak memikirkanmu. Ingin melepaskan segalanya agar tidak ada lagi yang tertinggal di hati maupun pikiran tapi dirinya selalu muncul di dekatmu. Belum lagi perasaan yang timbul ketika berbagai lagu melankolis mulai berputar di telinga. Semua rasanya bekerja sama untuk meremukkan hatiku.

Akhirnya hanya akan menimbulkan pertanyaan, apa langkah terbaik yang harus kulakukan? Tetap mencintainya hingga dia mencintaiku atau meninggalkannya demi kebahagiannya?

Sabtu, 14 September 2013

Hati yang Terjajah

Seperti biasanya, ketika telah mengatakan sesuatu kepada seseorang dan membuat pandanganku kepadanya berubah, membuatku tidak biasa berada di dekatnya. Sungguh tidak mengenakkan. Ini semua karena hati telah ikut campur di dalamnya.

Rasa kasih yang masih mengalir namun pembatas juga muncul membuat kehidupan ini menjadi lebih sulit dijalani. Ingin terus saling berdampingan, namun sang pendamping menginginkan pendamping hidup yang lain.
Berat memang untuk melakoni kehidupan yang seperti ini. Pada kenyataannya memperlihatkan wajah "tidak apa-apa" tetapi hati teriris perlahan.

Hal ini juga didukung dengan kebaikan hati dari cucu-cucu Adam itu sendiri. Mereka berbuat baik karena mereka memang berperilaku demikian, namun aku, salah satu penerus Hawa, menganggap kebaikan tersebut merupakan perlakuan lebih, sehingga harapan sering kali muncul untuk menganggap bahwa itu perilaku spesial hanya untukku. Padahal kenyataannya tidak sama sekali.

Mengapa wanita sangat mudah luluh oleh perhatian? Apalagi hal itu dilakukan oleh orang yang benar-benar kita sayangi. Terkadang merasa bodoh karena memiliki sifat demikian, karena hal ini benar-benar merepotkan hati.

Lalu bagaimana caranya membedakan perhatian itu? Perhatian karena memang sudah sifat dengan perhatian karena memang ingin memperhatikan, apa bedanya? Jawaban ini sangat dibutuhkan untuk mengobati hati yang sering terjajah.

Selasa, 10 September 2013

Sakit Memang, Tapi...

Semalam, perasaanku begitu hancur berantakan. Menyadari bahwa kau telah menyukai teman baikmu saja sudah cukup mencengangkan. Ditambah teman baikmu itu curhat denganmu sedang menyukai seseorang. Lalu orang itu adalah temanmu sendiri. Kalau di kartun-kartun biasanya adegannya berlatar belakang hitam penuh garis pertanda muram dengan posisi terpuruk kemudian sanggahan tempat berpijak runtuh dan terjatuhlah kita. Benar-benar separah itu perasaanku semalam.

Tidak berhenti disitu, sebelumnya si hati telah merasakan keretakan yang membuatnya perih. Lelaki pujaan terlihat telah memiliki pujaan hati. Padahal posisinya saat itu aku dapat dekat dengannya walaupun membutuhkan proses yang panjang.

Rasanya semalam bendungan air mataku ingin jebol. Namun perasaanku sendiri mengatakan, "Umur sudah 20, apa gunanya menangisi kehidupan duniawi, apalagi hanya karena masalah hati. Ke mana dirimu yang luar biasa tegar itu?"

Serentak air mataku tertahan dan teringat akan sesuatu. Teringat perkataan seseorang yang bertanya, "Kok bisa sih?" Maksudnya adalah kok bisa sih hati telah disakiti tapi tetap bergeming. Dan akhir-akhir ini pertanyaan itu sering terucap dari beberapa relasi (tak mau bilang teman karena mungkin mereka tidak menganggapku demikian).

Pertanyaan itu selalu kujawab dengan sederhana, "Memangnya aku harus bagaimana?" Kalau pasanganku ingin menyudahi hubungannya aku harus berbuat apa? Kalau orang yang kusukai juga disukai orang lain apa yang harus kulakukan? Atau kalau orang yang kusukai ternyata menyukai temanku sendiri aku harus marah? Menangis? Atau bunuh diri?

Semua tindakan itu tidak akan menyelesaikan apa yang sudah dipicu. Lebih baik dipikirkan matang-matang dan katakan apa yang ingin dikatakan. Tidak baik memaksakan perasaan sendiri terhadap orang lain. Adanya hanya lelah yang didapat. Dan tanggapan orang-orang yang bertanya itu selalu menyambut jawabanku dengan, "Kamu hebat."

Sedikit bangga dan senang ketika tindakanku dihargai demikian. Namun, sakit hati terus terasa, dan ini akan berdampak pada perilaku sehari-hari yang tidak terlihat oleh mata orang lain. Sakit memang, tapi apa mau dikata, apa mau diperbuat. Begitulah adanya jalan hidupku.

Rabu, 24 Juli 2013

Sebuah Kisah

Dimulai dari beberapa tahun silam, melihat dirimu bagaikan pelepas dahaga di tengah padang pasir, segar sekali. Sesosok lelaki yang cukup manis dan juga baik hati berada tepat di hadapanku. Perawakanmu tidak seperti cowo-cowo macho zaman sekarang, berotot dimana-mana, tidak begitu tinggi juga tidak begitu berisi. Benar-benar biasa saja, tetapi wajahmu mengalihkan duniaku.

Waktu berjalan cukup cepat, tak terasa kita telah menjalin pertemanan. Kebiasaan kita yang cukup identik membuat kita sering kali saling melengkapi satu sama lain. Dan hal ini membuat kita semakin dekat. Ya, dekat menurut parameterku, karena tidak semua orang yang kuanggap cukup dekat denganku merasakan hal yang sama denganku.

Suatu ketika, pernah kita melewati hari bersama. Saat itu, entah mengapa rasanya kau begitu berbeda. Manja dan perhatian, sungguh berkah Tuhan yang teramat indah untukku apabila digabungkan dengan bonus wajah manismu. Pasti banyak wanita yang sangat iri padaku. Dan aku bangga akan hal itu. Namun, kejadian ini berimbas padaku, perasaanku tak lagi sama seperti dulu terhadapmu.

Ini bukanlah hal mudah bagiku, waktuku banyak tersita denganmu. Aku tidak ingin perasaan ini berlebihan, karena aku tahu bahwa kau tak menganggapku lebih dari teman. Syukur-syukur kau masih menganggapku teman. Sudah cukup bagiku kita dapat berbagi kesenangan yang sama.

Cemburu. Ya, sudah mulai menyergap. Seperti halnya ketika kau bercanda ria dengan wanita lain yang tidak aku mengerti. Ya, sesederhana itu. Maka dari itu, mungkin ini akan menjadi salah satu hal yang dapat membantuku untuk menghapus perasaan ini, karena apabila Tuhan menakdirkan kita bersama, mungkin aku akan menjadi wanita paling kepo dan insecure sedunia. Tapi apabila Tuhan memang berkata demikian, siap-siap saja ya :)

Yang pasti, saat ini aku tidak menginginkan perasaan yang berlebihan itu mengikis hatiku. Namun aku pun tidak berani untuk menjaga jarak denganmu. Benar sekali, aku wanita lemah. Butuh penyokong untuk membuatku bertahan. Dan saat ini tak ada sokongan darimana pun. Rapuhlah aku. Maka, jangan rapuhkan aku.

Minggu, 07 Juli 2013

Resah dan Gelisah

Hal pertama yang membuat resah adalah ketika "masa depan" mulai meminta untuk dipikirkan. Saat bercakap-cakap dengan para sahabat, rasanya cuma gue yang belum punya rencana untuk masa depan gue sendiri. Ketika yang lain mulai menyusun masa depannya sesuai dengan kehidupan yang mereka inginkan, dan gue masih berpikir bolehkah gue menata kehidupan gue nanti dengan ini itu? Sesuatu yang memang sesuai dengan passion gue.

Iri sangat dengan sahabat-sahabat yang bisa melakukan segalanya sesuai dengan yang mereka inginkan. Sedangkan gue aja saat ini kuliah hanya berharap lulus dengan IPK 3, bisa kerja, terus punya gelar di hadapan orang tua dan mertua nantinya. Tunggu tunggu, bahkan saat ini gue belum kepikiran mau kerja apa dan dimana. Jangankan kerja apa dan dimana, buat judul skripsi yang mesti ada di depan mata aja masih bingung setengah mati!

Dan sekarang ditambah lagi wacana baru, yaitu pernikahan. Ini akibat salah satu teman dekat sudah ada yang menginjak pelaminan dengan prosesi yang sakral itu. 20 tahun. Bukan usia yang sudah cukup untuk menikah, tapi bisa saja apabila ingin menikah. Dan teman gue yang satu ini gue bilang hebat banget mengambil keputusan untuk menikah di usianya saat ini dan di saat sedang mengurus skripsi. So, I hope the best for your life, my friend :)

Yak balik lagi ke gue. Sesungguhnya semakin bertambah usia, semakin banyak yang gue pikirkan tentang si masa depan ini yang terkadang membuat gue gelisah. Pertanyaan-pertanyaan seperti judul skripsi gue apa, gue bakal kerja dimana, kapan gue menikah, siapa suami gue nanti, dan lain-lain terkadang membuat mumet kepala. Banyak faktor yang membuat gue memikirkan hal ini. Terutama adalah orang tua.

Orang tua gue udah cukup tua untuk selalu merawat gue, seharusnya sekarang ini gue yang merawat mereka. Namun, karena gue yang masih kuliah ini, gue belum bisa menghasilkan apa-apa yang bisa membuat mereka bahagia. Maka dari itu, harapan jangka pendek gue untuk membuat orang tua gue bahagia adalah dengan lulus 4 tahun dan mendapatkan IPK minimal 3,00 (aaaaamiiiin). Terus selanjutnya mendapatkan kerjaan yang menyenangkan hati gue maupun mereka (aaaaamiiiin). Lalu, menikah dengan lelaki baik-baik menurut gue dan menurut mereka (aaaaamiiiiiin). Dan harapan-harapan lainnya seperti memakai hijab dan umrah bersama mereka (aaamiiiin) mungkin setidaknya walaupun hanya seperti itu dapat membahagiakan mereka sedikit demi sedikit dan semoga waktunya cukup untuk melakukan itu semua (aaaaaaaaaamiiiiiiiiiiiiiiin!)

Resah dan gelisah ini tidak akan usai apabila harapan-harapan itu tak segera terjawab. Maka cepatlah semuanya berlaluuuuu!!!


Kamis, 13 Juni 2013

Entahlah

Benar-benar bingung dengan perasaanku kemarin. Antara senang sekali hingga ingin menangis, atau perih di dada yang membuatku meringis.

Benar-benar hadiah terindah di umur ke dua puluh mendapatkan perlakuan istimewa darimu walaupun terlambat nyaris 2 bulan. Mungkin menurutmu hal itu hanyalah sesuatu yang biasa saja, namun (maaf) bagiku merupakan sesuatu yang luar biasa.

Secara serentak, kemarin seluruh kenangan berkecamuk di dalam kepala. Saling mendahului untuk meminta diingat terlebih dahulu. Indah memang dikenang, akan tetapi hati ini perih menahan sakitnya luka lama yang terbuka kembali.

Perlakuan istimewa darimu, entahlah, hanya darimu yang membuatku menjadi gusar sepanjang waktu. Ingin mengungkapkan sesuatu, dan selalu tidak jadi akibat dari keberanian yang belum cukup serta hati yang tak sanggup menerima kabar buruk.

Tidak mau jauh namun hati tak sanggup dekat. Ya, karena hatimu sudah dimiliki orang lain, orang yang kamu cintai. Jelas itu bukan aku. Bukan juga hatiku.

Terkadang jika hati ini tak mampu menanggung rasa sakit, bendungan air mata pun pecah hingga mengaliri pipi. Entahlah mengapa aku berbuat demikian. Toh keadaan kita tidak mungkin berubah menjadi yang aku inginkan bukan?

Saat ini, saat yang sedang kujalani, sudah cukup untukku. Walaupun bukan aku yang menjadi nomor satu di matamu, tapi aku cukup lega bahwa kamu masih menganggapku sahabat baikmu :")

Sudah, jangan pedulikan aku.

Entahlah, aku pun tak mengerti mengapa aku begini.

Jumat, 07 Juni 2013

Kangen! Boleh?

Hey Dude, still reading this blog? Sepertinya sudah tidak ya, hahaha bahkan email aku pun tak kau gubris. Pasti marah. Pasti. Aku-nya gila. Banget

Tiba-tiba ngirim email kaya gitu pasti kamu kesal kan sama aku? Bilang aja iya. Tapi jujur aja aku lagi kangen sama kamu, boleh aku bilang kaya gitu?

Seperti yang aku bilang, aku kangen ngobrol sama kamu. Cuma ke kamu aku bisa cerita semuanya. Apalagi jeleknya aku, udah kamu telen deh tuh semuanya sampe kamu bosen dan akhirnya kita......

Udah mulai libur nih, dan jadi keseringan di rumah, lalu "penyakit" itu muncul lagi. Ngerti kan maksud aku? Iya, marah-marah ga jelas dan mulai ga betah. Doain aku segera dapet tempat KP biar ga di rumah, tapi di kosan aja.

Maaf ya aku kaya gini. Benar-benar kangen dan ga tau mesti ngapain. Rasa kehilangannya baru terasa liburan ini (ya iyalah liburan tahun lalu luar biasa sibuk jadinya ga berasa sepi). Biasanya ada kamu yang ngajakin pergi kemana gitu ga jelas dan bisa aku ceritain semua gundah gulananya aku.

Tapi aku ga menyesal kok dengan semuanya. Malah aku harus terbiasa kaya gini. Masa harus bergantung terus sama kamu. Makasih ya udah memberi aku pelajaran untuk bertahan hidup tanpa kamu. Semoga kamu bisa lebih bahagia dari aku (itu pasti lah).

Maaf aku posting hal kaya gini.

nb: aku udah ga bisa dengerin Michael Buble - Everything semanis dulu :p

Part 9

Entah harus bersyukur atau tidak, selama film berlangsung yang ku ingat hanya Putra, Putra, dan Putra. Drama romantis ini hanya mengingatkan aku dengannya, dengan dia yang tidak mungkin akan menjadi pasanganku.

"Kamu sepertinya sangat meresapi filmnya sampai kamu nangis kaya gitu. Kamu suka ya filmnya?"

Aku menggeleng, "Aku mau pulang Mike."

"Loh kenapa? Kamu ga suka filmnya? Atau kamu mau aku anter kemana dulu gitu."

"Aku cuma mau pulang Mike. Sekarang."

"Kenapa? Kamu kenapa..."

"Mike..."

"Oke oke kita pulang sekarang," dengan sedikit kesal, Mike melangkahkan kakinya menuju lapangan parkir ke tempat mobilnya berada.

"I never asked for this feeling, I never thought I would fall," tiada satu pun dari kami yang berbicara, sibuk dengan pikiran masing-masing, hanya Kyla yang bersenandung dari radio mobil menyanyikan salah satu lagunya "I miss you so much." Dan ketika sudah mencapai chorus, lagu ini begitu menyayat hati. Air mata ini kembali menitik di pipi. Segera ku hapus dengan punggung tanganku sebelum Mike sempat melihatnya.

Hingga akhirnya sampailah di depan rumah. Tak tahan lagi, aku keluar dari mobil tanpa menoleh ke arah Mike dan langsung pergi ke kamar. Sayup-sayup aku mendengar Mike menanyakan keadaanku pada Ibu yang telah membukakan gerbang untukku, dan Ibu hanya menjawab aku kurang enak badan. Setelahnya, aku tak lagi mendengar suara apapun, terhalang oleh suara tangisanku yang begitu deras mengalir.

"And oh how I hate what you have done
Made me fall so deep in love
God knows you're the only one I want
That I love oh baby"
Kyla - I miss you so much

Senin, 03 Juni 2013

Mulai Takut Jatuh Cinta

Yak! Semua ini salahmu. Kamu yang membuatku takut untuk jatuh cinta kepada orang lain.

Semua berawal dari kemarin malam, ketika aku merasakan hal yang berbeda dengan lelaki lain. Tetapi aku takut dan tidak ingin menanggapi perasaan ini lebih jauh. Karena kamu. Karena kamu membuatku trauma akan jatuh cinta. Trauma akan cinta yang tak berbalas. Trauma akan sakit hati.

Ini semua karena kamu! Jikalau kamu tidak menyia-nyiakan rasa cintaku padamu, aku tidak mungkin bimbang dengan perasaanku ini. Atau apabila memang kamu ingin menyia-nyiakan cintaku, langsung saja lempar ke tempat sampah agar segera membusuk disana dan melebur dengan rasa yang lainnya hingga akhirnya hilang rasa padamu.

Tapi nyatanya kamu bagaikan memanfaatkan perasaanku yang begitu menginginkanmu. Dasar pandai! Entah sampai kapan aku terbius olehmu. Aku mohon segeralah pergi. Aku ingin menanam cinta yang baru. Namun, saat ini sudah terlanjur akar cintaku padamu tertanam terlalu dalam. Hingga akhirnya aku takut jatuh cinta (lagi)...

Kamis, 30 Mei 2013

Benar-Benar benci

Entahlah apa yang kamu pikirkan ketika mengirimkan suatu link artikel yang... Entahlah aku juga tak habis pikir kenapa kamu begitu tega memberikannya kepadaku.

Aku tanya mengapa kamu melakukannya dan jawabanmu hanya untuk meledekku. Apa? Meledekku? Tahukah kamu bagaimana perasaanku? Kamu kira itu lucu?

Benar-benar benci. Benar-benar benci dengan sikapmu seakan-akan kita tidak pernah membicarakan hal sesensitif ini. Benar-benar benci dengan sifatmu seakan-akan kamu masa bodoh dengan segala kenangan yang telah kita lalui. Benar-benar benci. Benar-benar benci mencintaimu dengan cara seperti ini.

Senin, 27 Mei 2013

Selamat Malam

Selamat malam,
Hari ini aku hanya ingin bertanya, mengapa hobimu selalu membuatku khawatir?

Pertanyaan yang sungguh sederhana namun jawaban yang sangat sulit ditemukan. Entah apa maksudmu melakukan hal itu kepadaku, selalu mengabari diriku dengan berita bahwa kamu tidak baik-baik saja. Sengaja mencari perhatianku? Ingin tahu reaksiku seperti apa? Sengaja membuat khawatir? Atau memang hanya ingin mengabari tanpa ada maksud apa pun di belakangnya?

Sungguh, aku merasa dipermainkan olehmu. Ketika kamu susah kamu baru mencariku. Sedangkan ketika aku membutuhkanmu di sisiku, kamu kemana? Apalah arti aku dalam kehidupanmu? Teman? Sahabat? Kekasih? Atau tong sampah seperti yang aku katakan dulu?

Coba tolong kerangkeng perasaanku dengan caramu. Aku hanya berharap jika memang kamu merasakan hal yang sama, kamu boleh kerangkeng hatiku di dalam hatimu. Namun jika tidak, kerangkenglah hatiku tetap di tempatnya, tidak boleh kemana pun. Apalagi ke hatimu.

Selamat malam.
Semoga tidak galau.


Minggu, 26 Mei 2013

Part 8

Jam dinding kamarku menunjukkan pukul 15.50, dan Ibu sudah memanggilku untuk turun karena Mike sudah menunggu di depan rumah. Berulang kali aku melihat cermin, bukan untuk melakukan ritual perempuan biasanya yang memastikan penampilan sempurna untuk kencan pertama, tapi untuk melihat kantong mataku yang tidak bisa ditutupi dengan bedak sekalipun. Hingga aku berpikir, berapa lama aku menangisi Putra hingga seperti ini? Dengan langkah gontai, aku keluar kamar dan menghampiri Ibu.

"Aku pergi ya Bu," pamitku setelah mencium tangannya.

"Jangan terlalu malam pulangnya Nak. Jangan memaksakan diri," ujar Ibu sambil mengusapkan tangannya ke pipiku dan tersenyum. Sambil merangkulku, Ibu berpesan pada Mike, "Mike, Ibu titip anak Ibu ya. Kalau bisa sudah di rumah sebelum jam 9 malam."

"Baik Tante. Saya pastikan anak Tante akan baik-baik saja sama saya." Mike pun pamit dan mengajakku masuk ke dalam mobilnya.

"Kamu suka nonton apa Kon?" pertanyaan pertama dari Mike begitu mobil mulai berjalan.

"Apapun," jawabku lemah.

"Kamu sakit? Wajahmu tidak terlihat bersemangat," pertanyaan kedua muncul dari Mike setelah melihat wajahku.

"Aku tidak apa-apa."

"Kalau kita nonton film drama, tidak apa-apa kan?" pertanyaan beruntun Mike entah mengapa membuatku lelah.

"Tidak apa-apa Mike. Kan aku sudah bilang tadi aku suka film apapun."

"Baiklah kalau begitu." Dan perjalanan dilanjutkan dalam diam. 

Anggap Saja Tulisan Hati

Apa kabar?
Aku memulai surat ini dengan kalimat sapaan yang hampir selalu kamu tujukan kepadaku ketika ingin memulai percakapan denganku. Walaupun terkadang terasa menyebalkan mendapatkan kalimat itu selalu darimu padahal kita satu kampus, tapi kalimat itu yang paling sering aku tunggu untuk muncul di ponselku. Tahu kenapa? Karena menjalin percakapan denganmu itu begitu menyenangkan, yaa walau seringkali kita berselisih paham.

Ya, berselisih paham. Selalu dan selalu hampir di setiap percakapan. Sesungguhnya kita tidak pernah cocok menjadi partner untuk mengobrol, karena pasti ujung-ujungnya berantem. Bagaimana aku tidak sebal ketika kamu masih saja membahas dirinya yang bahkan mungkin tidak memikirkanmu denganku yang kau sendiri pun tahu bahwa aku menyayangimu. Dan semalam, kamu berbalik sebal padaku ketika aku tidak mengatakan siapa lelaki yang berada di sampingku yang terpampang pada fotoku sehingga langsung menyelesaikan percakapan tanpa menjawab pertanyaanku yang mungkin dianggap sarkasme olehmu. Tapi ingat kan apa pertanyaanku ketika kamu bertanya siapa lelaki itu? Ya, benar. "Cemburu ga?" Aku cuma pengen kamu cemburu dan akhirnya sadar bahwa kamu tidak ingin ada lelaki lain di sampingku dan merasa kamu butuh aku. Cuma itu.

Sudah berapa kali aku katakan aku lelah melakukan hubungan tanpa status ini. Dan sudah berulang kali juga kamu katakan bahwa kamu hanya menginginkan hubungan kita cukup seperti ini. Tapi yaa tapi, untuk wanita sepertiku (atau bahkan sebagian besar wanita di dunia ini) saat mendapatkan perhatian dari seseorang secara berlebihan (aku bilang berlebihan karena obrolan kita tidak hanya seputar dunia kampus) akan berdampak pada hati yang menginginkan hubungan ini lebih. Dan itu masih kurasakan sampai sekarang. Maka, jangan heran apabila aku masih merayu iseng padamu, karena perasaanku belum berubah.

Sekian penyampaian dari hati kulontarkan. Semoga kamu mendapatkan yang terbaik jika yang terbaik bukan aku. Terima kasih atas perhatiannya.

Salam rindu.

Kamis, 09 Mei 2013

Part 7

"Kamu ga bercanda kan Kon menerima Mike jadi pacar kamu?" pertanyaan pertama dari Reyna meluncur ketika aku sampai di rumahnya.

"Entahlah Reyn. Aku pikir mungkin ini tawaran yang tepat biar aku ngga terus-terusan mikirin Putra. Sakit. Sakit setelah mengetahui seseorang yang sangat kamu sayangi menyayangimu juga namun dia tidak bisa menjadi milikmu. Rasanya seperti akan merengkuh sesuatu yang ada di depan mata dan hilang dalam sekejap, padahal itu adalah hal yang paling diinginkan."

Air mataku kembali jatuh untuk yang kesekian kalinya. Menjadi pacar Mike adalah satu-satunya hal yang dapat aku pikirkan sebagai cara untuk menghilangkan rasa sakit di hatiku, entah ampuh atau tidak. Setidaknya aku ingin mencoba.

"Tapi Mike tahu hal ini?"

Aku hanya menggelengkan kepala. "Aku tidak tega menyakiti hatinya yang sangat bahagia ketika aku menjawab "Ya" untuk tawarannya itu. Bahkan dia sampai berkata tidak ingin mendengar alasanku menerimanya, satu kata tersebut sudah cukup untuknya."

Reyna terdiam, hanya bisa memelukku dengan erat untuk mencoba menenangkanku.

"Jika Mike tahu alasannya, betapa bencinya dia padaku nanti Reyn. Aku siap dibenci olehnya karena memang aku jahat sekali padanya."

Tangisku bertambah deras. Semakin tidak mengerti dengan apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan.

"Kon, aku cuma bisa bilang semoga kamu berbahagia dengan pilihan kamu ini. Aku akan mendukung apa pun yang kamu lakukan, yang terbaik untuk kamu. Sekarang lupakan Putra sejenak dan cobalah menatap Mike sebagai kekasihmu, yang bisa menjaga kamu dan tidak akan membuatmu sakit hati karena kamu benar-benar wanita yang sangat dia cintai. Kalau ada apa-apa bilang padaku, aku pasti akan menerima kamu disini, mendengarkan seluruh ceritamu, dan mencoba mencari solusi bersama denganmu. Karena aku sahabatmu," ucap Reyna diakhiri dengan senyum dan memberiku secangkir cokelat hangat yang sanggup memberiku sedikit ketenangan.

Trrr... Getar ponselku menjadi pusat perhatianku dan Reyna. Satu pesan diterima.

"Dari Mike. Ayo coba dibuka, mungkin bisa menghiburmu," kata Reyna sembari menyerahkan ponselku.

"Apa katanya?" tanya Reyna kembali.

"Dia mengajakku nonton Reyn."

"Wah bagus tuh. Jam berapa? Lebih baik kamu terima saja ajakannya, siapa tahu akan membuat kamu lebih bahagia dengan menonton bioskop. Aku akan menemanimu pulang dan membantumu bersiap-siap agar tampil menarik di depannya, tapi habiskan dulu cokelat dan kue ini."

"Jam 4 Reyn. Baiklah, akan kucoba."

Jumat, 03 Mei 2013

Teruntuk Lelaki yang Kukagumi :)

Dear Bara, sosok yang kukagumi dari tahun 2010 hingga saat ini :)
Aku mengetahui dirimu secara tidak sengaja ketika menjelajahi dunia twitter dan menemukan salah satu tweet yang kamu buat di-retweet seseorang dan entah mengapa kata-kata tersebut seakan menghipnotis aku untuk mengetahui siapa sebenarnya orang ini. @benzbara. Sedikit bingung dengan nama yang tertera hanya 69 (yang sampai sekarang aku masih penasaran makna di balik 69 itu apa), aku mencoba membaca rangkaian-rangkaian kata yang dituangkan dalam tweet-mu. Dan ternyata, kata-kata tersebut berhasil membuat aku untuk menekan "follow". Alasan lainnya sih sebenarnya karena saat itu aku merasa sehati denganmu karena kita sama-sama sedang menjalankan LDR ^^ seperti menemukan teman seperjuangan dan jujur saja saat itu tweet-tweet yang kamu buat memberikan energi positif untukku sebagai salah satu pejuang LDR (>.<)9 Tapi nyatanya perjuanganku kandas di pertengahan 2011 dan ternyata tak lama setelah aku, kamu juga menyudahi hubungan LDR mu. Kita cukup sehati ya :p #pede Saking sukanya dengan rangkaian kata yang Bara buat, akhirnya aku memutuskan untuk membeli Angsa-angsa Ketapang. Padahal aku bukanlah seseorang yang begitu menyukai puisi, tapi semenjak itu aku jadi mengembangkan hobi menulisku dengan membuat puisi-puisi ga jelas lebih banyak ketimbang dulu :p
Bisa dibilang aku mengikuti perjalanan hidupmu (mengikuti disini maksudnya bukan ngikutin jalan dari belakang atau ngikutin gaya hidup yg sama), mulai dari Bara masih menjadi mahasiswa tingkat akhir yang sibuk mengerjakan tugas akhir dengan hobi jeprat-jepret sana sini, kemudian merintis akun twitter @RadioGalauFM dan membuat novel perdana dengan judul yang sama hingga akhirnya dibuat versi layar lebarnya, dilanjutkan dengan meluncurnya novel Kata Hati dan sukses juga menjadi film layar lebar pula, membuat cerita-cerita pendek yang diterbitkan dalam satu novel bergabung dengan penulis lainnya, dan akhirnya Milana muncul ke permukaan. Luar biasa. Aku luar biasa senang dan kagum denganmu atas kegigihan dan usaha yang telah kamu curahkan untuk mendapatkan kesuksesan sebesar ini dalam waktu kurang lebih 2 tahun. Terlebih ketika beberapa orang yang mengatakan kamu hanya "aji mumpung" karena terkenal di twitter, tapi kamu berhasil membuktikan bahwa kamu berusaha keras untuk mencapai ini semua. Salut :)
Terima kasih ya telah menjadi sosok yang telah membuktikan bahwa "di balik usaha yang keras akan muncul kesuksesan yang setimpal." Semoga hal tersebut juga terjadi dalam kehidupanku (aamiin). Sekian suratku yang telah menyuarakan isi hatiku selama ini. Maaf apabila ada yang tidak berkenan di hatimu ketika membaca surat ini. Semoga sukses selalu untuk karir dan cintamu :p (re: segera punya tambatan hati dan menikah :p #ditoyor)

Salam,

Ayu (@ayubeany)

Nb: terima kasih atas ucapan ulang tahun yang sempat kamu berikan untukku via twitter pada tahun 2011 :D sumpah seneng banget loh, bener-bener kado terindah di tahun 2011 loooooh *\(^.^)/* walaupun itu masih pake username lama #huft #adanamamantan

dan ternyata di tahun yang sama ucapanku untuk Bara juga ada di satusungai.wordpress.com di "Hari ini, 22 Tahun yang Lalu" fufufu. Dan makasih juga berkenan membalas mentionku di saat kamu sudah mendapat gelar S.Kom :) Sekali lagi semoga sukses dan berhasil meraih mimpimu yang lainnya :)

Rabu, 17 April 2013

20 Tahun

Alhamdulillah masih diberi kesempatan untuk menghirup oksigen di bumi sampai saat ini. Pada ulang tahun yang ke dua puluh ini tidak ada yang istimewa. Bahkan banyak teman terdekat yang lupa untuk memberikan ucapan entah mengapa. Faktor umur kali ya?

Dua puluh tahun. Usia yang bisa dikatakan fase menjadi dewasa, sudah tidak lagi muda, menurut saya. Harapan-harapan juga doa-doa yang dilontarkan untuk saya pun tidak jauh-jauh dari kata jodoh. Huft, dikira udah siap nikah kali ya. Tapi kalo ada yang ngajakin nikah dan memenuhi kriteria 3-an saya (tampan, beriman, mapan) boleh kok saya diajak ke pelaminan :p

Selain jodoh, yang paling banyak muncul juga ada kata galau dan gendut. "Jangan galau-galau lagi," ini yang paling banyak disebut. Aduh, paling sebel kalo dibilang galau. Untaian kata yang disalurkan melalui twitter selalu dianggap galau, padahal bisa aja cuma lirik lagu. Namanya juga menyalurkan keinginan untuk menulis dalam 140 karakter. Jadi, patut selalu digarisbawahi bahwa yang saya lontarkan via twitter itu belum 100% benar keadaannya dengan kenyataan. Yang paling bener mah semua isi blog ini :p

Gendut. Bukan karena saya gendut. Bahkan terkadang disebut gendut oleh orang lain merupakan anugerah terindah. Seperti prestasi. Soalnya berat saya stagnan di angka 45, 46, 47 kg sedangkan tinggi saya sekitar 165 cm. Padahal kalo soal makan saya pemakan segala. Biasa makan versi kuli di kantin teknik gitu. Tapi tetep aja beratnya cuma segitu-segitu aja. Mungkin disuruh jadi model kali ya :p

Tidak ada yang istimewa di umur dua puluh tahun ini. Surprise yang diberikan pun gagal (lagi untuk yang kesekian kalinya). Emang anaknya ga bisa dikasi kejutan kayanya. Namun, saya mencoba menjadi dewasa di umur yang bisa dikatakan umur awal orang dewasa dengan mencoba lebih menikmati hidup, mencari kebahagiaan-kebahagiaan kecil yang berada di lingkungan sekitar agar bisa menjadi kebahagiaan besar, dan mencoba untuk bersikap sewajarnya dengan orang yang saya sayangi dengan kadar sayang yang lebih tinggi sedikit daripada orang lain serta menerima rasa sakit yang masih selalu menghampiri :")

Semoga masih ada 21 tahun dan selanjutnya..........

Minggu, 07 April 2013

Maaf

Akhir-akhir saya merasa bahwa saya sangat jahat kepada seseorang. Seseorang yang saya sayangi. Dan seperti biasa orang tersebut belum tentu menyayangi saya dengan kadar sayang yang sama. Atau bahkan ternyata orang tersebut tidak sayang sama sekali dengan saya.

Diawali dengan rasa sayang terhadap teman. Mungkin sebagian orang telah mengenal pribadi saya yang suka mendengarkan keluh kesah orang lain. Saya adalah tipe orang yang tidak bisa membiarkan orang lain bersedih. Menurut saya jika orang tersebut sudah mempercayakan ceritanya kepada saya berarti orang itu percaya bahwa saya dapat mengurangi beban pikirannya. Dan sebagai bonusnya saya ingin mereka, atau siapapun orang yang bercerita itu, tidak lagi murung dan bahkan merasa cukup tenang dengan mempercayakan hal itu kepada saya. Mungkin ini sebabnya banyak teman-teman saya yang memilih untuk bercerita dengan saya. Ini juga yang menjadi permulaan kedekatan saya dengannya. Dari tidak kenal sampai menjadi teman curhat.

Curhat, curhat, curhat. Hampir setiap hari kita bertukar cerita. Intens, bisa dikatakan demikian. Hingga akhirnya dirinya menganggap saya lebih dari sekedar teman, bahkan lebih dari sahabat. Lalu saya dianggap apa? Sampai sekarang pun saya juga belum tahu status saya dengan dia apa. Hahaha miris.

Ketergantungan. Hal intens tadi membuat kami saling ketergantungan antara satu sama lain. Tapi sesorang ini tidak menginginkan kami terlibat komitmen. Well, that's hurt. Sakit. Sakit banget. Karena hampir seluruh wanita di dunia ini menginginkan kepastian. Untuk apa menjalani hal yang tidak pasti. Yaa walaupun pacaran ujungnya memang belum pasti akan sampai ke tingkat pernikahan atau tidak tapi setidaknya ada usaha untuk mencapai tingkat tersebut.

Serba salah. Seperti orang-orang yang telah mengenal saya dengan baik, jika saya sudah sayang dengan seseorang maka orang tersebut akan saya perhatikan. Dan rasa khawatir mulai merayap mendekati saya apabila orang yang bersangkutan mengalami suatu hal yang buruk, seperti sakit atau hal lain. Namun, di sisi lain saya tidak dapat berbuat apa-apa karena memang saya bukan pasangannya yang berhak untuk memperhatikan dirinya dan merawatnya jika terjadi sesuatu.

Nah, sifat yang muncul ini dan kebiasaan sehari-hari yang menyebabkan saya menjadi jahat. Jahat karena menyamakan dirinya dengan seseorang yang sempat menjadi tambatan hati saya. Bukan karena saya masih mencintai orang itu tapi karena saya rindu menjadi sosok yang dapat menjaga orang-orang "fragile" seperti mereka. Selain itu, ada pula sifat mereka yang beririsan yang hanya saya mungkin yang merasakan.

Jahat bukan? Tapi sesungguhnya saya tidak memiliki maksud untuk membandingkan satu sama lain. Hanya saja saya rindu dengan sosok orang yang seperti itu di kala kehidupan saya sedang tidak sepi dari masalah-masalah yang datang silih berganti. Entah bagaimana menyikapi rasa ketergantungan ini. Maaf....


Senin, 28 Januari 2013

Jahat

Jahat itu adalah ketika kamu memberikan segenap perhatianmu kepadaku, di saat yang bersamaan kita hanya sebatas teman, dan kamu tidak memperbolehkan diriku untuk menyukaimu, namun semalam kamu berkata sedang melakukan hal yang tidak aku inginkan, yaitu menggalaukan aku.

Kamis, 24 Januari 2013

Part 6

Senja yang cukup indah hari ini aku habiskan di salah satu kafe favoritku. Obrolan bersama Putra semalam masih sangat teringat jelas dalam ingatan. Semua pengakuan dia lakukan di malam itu. Mulai dari pertanyaan pertamaku semua dijawabnya dengan penuh penjelasan.

"Aku... Sebenarnya aku udah punya pacar. Dan sudah hampir 2 tahun. Maafin aku ga pernah ngasih tahu kamu, ga pernah ngabarin kamu tentang hal ini. Karena aku..."

"Karena apa Put? Kok ga dilanjutin?"

"Karena aku takut. Aku takut kita ga bisa temenan kaya dulu lagi. Dan maaf, selama ini aku menyembunyikan perasaan aku ke kamu dengan alasan yang sama. Aku ga berani bilang hal ini ke kamu karena aku ngerasa cuma aku yang merasakan perasaan lebih dari sahabat ini. Setelah aku pindah pun aku ngerasa kehilangan kamu banget. Saat itu satu-satunya orang yang bisa menghibur aku di sekolahku yang baru adalah pacar aku sekarang ini, dia yang selalu berusaha menghibur aku dan selalu nemenin aku kemanapun. Maaf aku baru bilang tentang hal ini sekarang. Aku cuma pengen kamu tahu bahwa perasaan aku ke kamu sampai saat ini ga bisa berubah."

"Kenapa Put? Kenapa kamu baru bilang sekarang? Apa gunanya kamu bilang ke aku sekarang di saat kamu masih menjadi kekasih orang lain? Kenapa kamu malah jadian sama orang yang baru kamu temui? Dan kenapa sampai sekarang kamu masih menjadi kekasihnya?"

"Aku ga bisa ninggalin dia Kon. Aku udah terlanjur dekat dengan keluarganya. Aku baru diberi tahu orang tuanya ternyata dia mengidap penyakit kanker, dan umur dia udah ga lama lagi. Orang tuanya sangat berharap aku ga ninggalin dia karena aku merupakan satu-satunya teman anak kesayangan mereka. Maafin aku Kon."

Percakapan semalam ditemani hujan yang tidak hanya membasahi halaman belakang rumahku, tetapi juga deras membasahi pipiku. Dan malam itu berakhir ketika aku lelah mengeluarkan emosiku kepada Putra lewat tangisan yang tak kunjung berhenti hingga akhirnya aku terlelap di dalam pelukan Putra.

"Kon, kamu dengerin aku kan?" sapaan Mike membuyarkan lamunanku dan membuatku tersadar bahwa aku ke kafe ini bersama Mike.

"Eh iya Mike, terusin aja ceritanya. Aku dengerin kok," terpaksa berbohong agar Mike tidak menanyakan apa yang sedang kupikirkan.

"Iya Kon, jadi gimana? Kamu mau jadi pacar aku?"

 What?! 

Senin, 21 Januari 2013

Hanya Celoteh dan Harapan

"Dek, pacarnya siapa?"

"Pacar? Ga ada lah."

"Loh kok ga ada? Kalo sekarang ga ada, kapan mau nikah?"

"......."

Obrolan ter-epic sama Mama seumur hidup. Tiba-tiba ditanya pacarnya siapa, padahal dulu mah boro-boro dibolehin punya temen deket cowo. Ini semua gara-gara sebentar lagi saya menginjak 20 tahun, mungkin usia yang sudah cukup layak punya pacar bagi Mama. Penyebab lainnya adalah sepertinya Mama takut aku males nyari jodoh. Mom, plis deh, bahkan anakmu ini pengen segera nikah kalo udah punya calon suami yang tampan, mapan, dan beriman. 

Nasihat lainnya dari Mama yang menurutku tidak kalah epic dengan obrolan yang di atas:
"Adek, jangan ngasih harapan ke banyak orang, masa anak Mama nanti jadi sedih terus gara-gara bingung mau milih yang mana."
(padahal anaknya yang sering dikasih harapan palsu dan sering dibilang butiran debu sama temen-temennya. Eh yang butiran debu itu ga (terlalu) bener loh! Semua untaian kata yang diciptakan olehku dalam bentuk tulisan tidak sepenuhnya terjadi dalam kehidupanku yang sebenarnya).

Atau omongan yang satu ini yang sering membebani pikiran:
"Adek kapan mau bikin skripsi? Belajarnya yang bener dong biar sksnya selesai langsung bikin skripsi. Jangan kebanyakan main."
Saking seringnya Mama nanya hal ini semakin sering pula pertanyaan ini ga kujawab. Pertama, masih ada mata kuliah yang belum lulus. Kedua, bertahan hidup di jurusan ini butuh ekstra kesabaran, serta pertahanan mental yang cukup tinggi. Ketiga, aku masih mau menikmati kehidupan menyenangkan saat kuliah.

Entah mengapa tuntutan terakhir yang paling berat kujalani. Mungkin karena menjalaninya jarang pake hati hahahaha. Semoga saja di sisa semester yang tinggal sedikit ini semakin lancar, sukses, dan seimbang untuk buku, pesta, dan cintaku!

Minggu, 20 Januari 2013

Part 5

"Sudah lama ya kita ga ngobrol bareng disini," Putra membuka awal keheningan yang memerangkap kita berdua.

Disini, gazebo di halaman belakang rumahku, merupakan tempat favorit aku dan Putra setiap kali Putra main ke rumahku. Hanya sekedar ngobrol panjang ngalor-ngidul dihiasi tawa dan rasa bahagia yang kami lakukan disini. Semenjak Putra pindah, aku hampir selalu mendatangi tempat ini, hanya untuk melamun, mendengarkan musik, atau membaca novel. Terlanjur nyaman tapi tetap merasa sepi karena tidak ada Putra yang menemani.

"Kon?" sapa Putra kembali sembari menoleh menghadapku karena aku tidak merespon kata-katanya, tenggelam dalam nostalgia dengannya.

"Eh, iya Put?" gelagapku salah tingkah.

"Hahaha, kamu kenapa? Kok bengong gitu? Ga suka ya ada aku disini?" tanya Putra sambil memperlihatkan muka sedihnya yang selalu terlihat menggemaskan di hadapanku.

"Ngga kok Put, aku seneng banget bisa ketemu kamu lagi. Aku juga sering banget duduk di gazebo ini sendirian sambil berharap kamu bisa nemenin aku. Dan hari ini doaku terkabul," ucapku seiring tersenyum.

Entah mengapa bukanlah wajah ceria Putra yang kudapatkan, bahkan kegusaran timbul di wajahnya.

"Put, kamu kenapa?" aku mulai khawatir dengan perubahan rona wajahnya yang mulai memucat.

"Eng, aku gapapa kok," jawab Putra sembari menggelengkan kepalanya.

"Sudah hampir 3 tahun ya kita ga ketemu, pasti ada banyak cerita deh dari kamu," berusaha mengusir perkataan Reyna semalam, namun malah semakin terngiang jelas dalam pikiran untuk menanyakan banyak hal pada Putra.

"Biasa aja kok Kon, kan aku pindah masih di Jakarta juga, pasti ga jauh beda sama kehidupan kamu disini. Aneh ya masih sama-sama tinggal di Jakarta tapi kita ga pernah ketemu," kata-kata tersebut meluncur dengan lancar dari mulut Putra sedangkan entah mengapa perasaanku mulai tidak enak.

"Mungkin kamu yang tidak berusaha untuk menghubungiku."

Dengan wajah menyiratkan rasa bersalah Putra menjawab, "Maafin aku ga ngasih tahu nomer baru aku ke kamu, karena aku juga bingung gimana caranya tahu nomer kamu sedangkan semua nomer yang aku punya hilang."

"Bunda punya nomer aku, bahkan nomer telepon rumah juga pasti Bunda ada kan?" pertanyaanku hanya dijawab oleh angin dan Putra yang tertunduk. Hening pun kembali meliputi.

"Kamu sudah punya pacar?" pertanyaan tersebut akhirnya terlontarkan seketika dan hati mulai gelisah menunggu jawabannya.

Putra memandangku dengan tatapan yang cukup tajam hingga rasanya mengiris hatiku, "Kenapa kamu menanyakan hal itu?"

"Apakah itu pertanyaan yang aneh untuk ditanyakan pada anak seumuran kita?" tanyaku membalas pertanyaan Putra.

"Aku..."

Kamis, 17 Januari 2013

Menempatkan Diri di Posisi yang Sulit

Saat ini aku tidak tahu apa posisiku di dalam pikiranmu. Temankah? Sahabatkah? Atau adik? Seandainya memang termasuk ke dalam salah satunya aku harap bukan dianggap adik. Mengapa? Karena hubungan persaudaraan tidak bisa disatukan :p

Hahaha, padahal sudah kau bilang aku tidak boleh lagi menaruh hati padamu. Tapi sekeras apapun hati ini mengurung perasaan yang tidak kau inginkan, semakin sulit untuk bersikap wajar di kala kau menghampiri.

Lalu semalam aku mulai lagi bermain api. Menanyakan sesuatu pada seseorang yang dulu pernah berarti untukmu. Dan tahukah kau? Dia masih merasakan hal yang sama untukmu. Sedikit menyesal telah bertanya karena telah membuat hati ini bergejolak dan pikiran uring-uringan setiap mendapat "serangan" balik darinya. Mencoba menganggap biasa saja dengan segala pertanyaan yang dilontarkan, dan mencoba menempatkan diri dari sudut pandang orang ketiga, yang tidak terlibat apa pun dengan kalian.

Namun sekarang aku sudah jauh terlibat dalam jalinan benang kusut yang kau mainkan. Ingin mencari jalan keluar namun kau selalu tidak memberikan jalan keluar yang tepat untukku. Lalu, aku harus bagaimana? Bisakah kau menjawabnya?

nb: hari ini hati pusing tak terkira mengalahkan otak yang (selalu) berpikir. Kau kembali bersikap ganjil, meninggalkan aku yang selalu terkena imbas akan ketidakjelasan dirimu.

Part 4

Entah mengapa aku merasa hari ini begitu panjang. Menunggu bunyi bel pertanda sekolah telah usai rasanya seperti menunggu siput mengelilingi lapangan sepak bola. Selama di sekolah pikiranku tidak fokus, antara masih memikirkan isi pesan yang dikirimkan Zara dan kata-kata yang dilontarkan Reyna tadi malam.

Hari ini terasa semakin menyebalkan ketika aku harus meladeni Mike dengan sejuta ajakan yang dia tawarkan kepadaku. Terkadang risih juga ditempeli orang yang menyukai kita tanpa peduli perasaan orang yang bersangkutan. Dengan lelah dan sedikit emosi, aku menolak seluruh ajakan Mike. Aku hanya ingin pulang dan tidur.

"Aku pulang," kataku sesampai di rumah sembari membuka gerbang depan.

"Masuk Nak, ini ada tamu istimewa sudah datang dari jauh," Ibu menyambutku dengan penuh kegembiraan. Kulihat di depan pintu terdapat dua pasang sepatu yang tidak terlihat familier, sepasang sepatu wanita dengan hak rendah dan sepasang sneakers merah.

"Siapa Bu?" tanyaku dengan heran. Ibu tidak menjawab pertanyaanku, malah mendorongku masuk ke dalam rumah.

"Wah, cah ayu semakin ayu saja ya Jeng," suara seorang wanita paruh baya yang sudah tidak asing lagi kudengar.

Aku membelalakan mata melihat Bunda, ibu Putra, sedang duduk di ruang tamu menampilkan wajah cerahnya yang masih terlihat muda.

"Bundaaaaaaaa!" teriakku sembari menghampiri Bunda dan memeluk beliau dengan eratnya.

"Bunda apa kabar? Sama siapa Bun kesini? Sampai kapan Bunda tinggal disini? Nginep di rumah aja ya Bun, kangen banget sama Bunda," cerocosku tidak memberikan kesempatan buat Bunda untuk menjawab semua pertanyaanku.

"Neng, kasian atuh si Bunda kamu gelendotin gitu dan langsung dijejelin pertanyaan gitu sama kamu. Ke kamar dulu sana, ganti baju sekalian beberes. Ga enak atuh diliatin sama si Kasep," kata Ibu yang menyadarkanku bahwa aku baru sampai dari perjalanan yang ditemani oleh sengatan matahari dan menghasilkan peluh dimana-mana.

Tunggu sebentar... Ibu bilang ga enak sama si Kasep? Si Kasep???

Terlonjak aku langsung melepaskan pelukanku dari Bunda dan melihat sosok di sebelah pintu masuk yang tidak kusadari sudah berada disana sedari tadi. Sosok tersebut hanya tersenyum melihat tingkahku. Ya, si Kasep kata Ibu adalah Putra. Salah tingkah aku dibuatnya.

"Oh, eng... Hai Put," sedikit bengong dicampuri bingung apa yang harus dilakukan tergambar jelas di mukaku.

"Kok kamu malah bengong disitu, ayo ke kamar dulu baru nanti ngobrol-ngobrol lagi," pinta Ibu kedua kalinya.

"Iya Bu. Bun, Put aku ke kamar dulu ya," jawabku lalu menuju kamar.

Selasa, 15 Januari 2013

Momen Terindah 2012

Sudah pertengahan bulan Januari 2013 dan saya baru sempat mengetikkan rangkaian kata yang akan membentuk suatu kalimat yang akan saling melengkapi hingga berupa suatu paragraf lalu jadilah sebuah cerita. Mungkin cerita kali ini tidak akan panjang lebar dalam pendeskripsiannya namun akan tetap terkenang dalam ingatan :)

Berikut saya akan menyampaikan beberapa momen terindah di tahun 2012 kemarin. Salah satunya saya merasa bersyukur mendapatkan keluarga baru yang lahir di bulan yang sama dengan kelahiran saya, yaitu Angsana Prabala :)

Keluarga baru saya ini terdiri dari 20 orang (bahkan lebih) yang disatukan untuk menyelesaikan suatu misi. Misi budaya. Ya, kami terdiri dari sekumpulan orang yang menyukai budaya Indonesia, juga memiliki minat pada bidang seni (tari dan musik). Misi budaya yang kami emban ini bertujuan untuk mengenalkan budaya Indonesia di kancah internasional. Kebetulan kami mendapatkan kesempatan (pertama di fakultas kami) ini untuk mengikuti festival budaya yang dilaksanakan di beberapa kota di Portugal. Very excited! Tidak peduli dengan nilai akhir yang semakin menurun (walaupun sedih) namun dengan senang hati menjalankan latihan-latihan yang cukup berat karena menguras waktu (belajar dan tidur) serta tenaga.

Mungkin karena kami dipersatukan dalam kurun waktu yang tidak sebentar (latihan setiap hari bersama, jalan bersama, makan bersama, bahkan tidur bersama) menyebabkan kami begitu dekat satu sama lain dari yang awalnya tidak saling mengenal. Kemungkinan lain juga dapat dikarenakan kami disini melakukan dan menyukai hobi yang sama. Oleh karena itu, saya menganggap mereka keluarga kedua saya :D

Momen terindah di tahun 2012 selanjutnya adalah saya mendapatkan tanda tangan beberapa penulis, dan beberapa dari beberapa tersebut merupakan penulis kesukaan saya. How lovely! :D Selain mendapatkan tanda tangan di buku yang mereka tulis, saya juga berkesempatan untuk berfoto bersama mereka. Oh em ji! Momen yang tidak akan terlupa :D

Saya rasa masih banyak momen lain yang indah, tapi menurut saya yang terindah adalah kedua hal di atas. Mengapa? Analisa saya menyatakan bahwa momen-momen tersebut berhubungan dengan hal yang saya sukai sehingga mendapatkan tempat khusus di hati dan memori pikiran saya untuk dikenang sepanjang masa :)

Nb: lakukan segala sesuatu hal yang kalian sukai sepenuh hati, maka kalian tidak akan pernah menyesal, bahkan akan memberikan kepuasan yang luar biasa hingga menjadi candu :)