Selasa, 18 Oktober 2016

Review Produk Bibir Favorit

Halo halo! Tulisan saya kali ini agak sedikit berbeda dari sebelum-sebelumnya. Saya mau memberikan review terhadap barang-barang favorit yang saya pakai. Sebenarnya sih saya tidak begitu jago review barang. Mungkin akan lebih tepat kalau review ini sebagai apresiasi saya dalam menyukai produk-produk ini dan ingin berbagi dengan teman-teman sekalian siapa tahu juga sedang mencari produk yang sesuai dengan apa yang akan saya jabarkan nanti.

Produk-produknya antara lain barang-barang yang saya pakai sehari-hari dan cocok dengan saya saat ini sampai belum ingin pindah ke lain hati. Dari pada menunggu lama, saya mulai ya review produk-produknya. Produk kali ini hanya untuk area bibir saja. Mungkin nanti akan ada rview produk favorit saya lainnya. Karena masih amatiran jadi maafkan ya kalau ada kata yang kurang sreg ^^

1. SMLC Mineral Botanica
Awalnya saya bukan orang yang peduli dengan penampilan. Tapi seiring dengan bertambahnya umur entah mengapa ingin icip-icip dandan sedikit-sedikit. Mulailah saya keluar rumah dengan memakai lipstik. Tapi karena tekstur bibir saya yang kering dan mudah pecah-pecah, saya merasa tidak cocok dengan jenis tipe matte lipstik yang lagi hype banget zaman sekarang. Kan sedih ga bisa mengikuti zaman :( (apa deh, sok muda!) Dan kebetulan banyak matte lipstik yang harganya tidak sesuai kantong mahasiswa. Akhirnya saya mencari-cari dan menemukan SMLC Mineral Botanica ini. Termasuk produk lokal pertama yang mengeluarkan seri smlc. Harganya juga hanya berkisar di angka 50.000,-. Jadi saya coba beli satu yang warna nude no. 5 (Sweet Honey). Ketika saya coba rasanya begitu nyaman dipakai. Ringan, dan aromanya juga enak. Tapi sayangnya shade ini mengaplikasikan ke bibirnya cukup sulit. Satu kali shade tidak langsung menutupi seluruh bagian bibir. Saya juga tidak bisa rapi memakainya. Dan cracking di bibir. Agak disayangkan sih padahal saya sudah jatuh hati. Keanehan lain dari shade ini kalau sudah terlalu lama dipakai menimbulkan warna pink di bibir, saya juga ngga ngerti kenapa bisa demikian. Tapi itu bukan masalah untuk saya.

Karena saya sudah terlanjur nyaman tapi agak sedikit kecewa (bukan dengan gebetan) saya tidak menyerah untuk mencoba beli lagi dengan warna lain. Saya beli shade paling tua saat itu (karena sekarang ada 9 shade baru dan belum hapal warnanya) no. 11 (Merlot). Gara-gara si Merlot ini saya...... JATUH CINTAA!! Benar-benar beda dengan warna nude (atau lebih tepatnya si Sweet Honey karena baru coba itu), si Merlot ini cukup diaplikasikan sekali di bibir warnanya sudah pigmented banget, dan tinggal diratakan ke seluruh bagian bibir. Rasanya juga ringan di bibir dan aromanya pun enak. Pokoknya love banget! Setiap pakai ini selalu ngerasa seksi seksi dewasa gimana gitu deh HAHA. Benar-benar favorit dan recommended banget buat yang mau coba warna tua.

Untuk packaging-nya, ketika pertama kali beli lip cream ini tidak mendapatkan kotak, hanya dibalut dengan plastik. Saya pribadi cukup suka dengan model tabungnya. Berwarna abu-abu gelap dengan tulisan warna putih, tidak terlihat murahan. Dan kita bisa melihat warna lip cream tersebut dari ujung tabung yang transparan. Kalau untuk awet atau tidaknya, lip cream ini tidak termasuk lipen yang tahan lama. Dan juga tidak bisa dibilang transferproof karena masih ada sedikit yang menempel ketika saya coba kecup-kecup di tangan. Tapi over all saya masih cinta banget produk ini :)

Sumber: dokumentasi pribadi
Atas: mosturizer lipstik; bawah: soft matte lip cream

2. Moisturizer Lipstik Mineral Botanica
Masih dengan merek yang sama, saya juga suka pakai mosturizer lipstik dari Mineral Botanica. Alasannya sih karena saya mau yang simpel saja buat sehari-hari dan tidak membuat bibir kering. Pertama kali beli juga sebenarnya saya hanya iseng buat coba-coba. Soalnya pengen juga punya lipen yang melembabkan bibir saya yang super kering. Keisengan saya membuahkan cinta (ealaaah...). Saya tidak salah pilih karena memang lipen ini benar-benar melembabkan bibir saya. Tidak hanya itu, aromanya juga enak. Pokoknya nyaman deh.

Untuk teksturnya lembut di bibir. Tapi memang dia efeknya glossy (kalau kata kakak saya kaya abis makan gorengan.... oke, fine. thank you!). Cuma ga tahu kenapa saya suka banget. Saya lebih memilih ini ketimbang pake lip balm atau lip gloss.

Kelebihan lainnya adalah seperti smlc-nya, pilihan warna yang diberikan lumayan banyak. Jadi masih bisa gaya hanya dengan mosturizer lipstiknya saja. Harganya juga tidak terlalu mahal, tidak jauh berbeda dengan smlc-nya.

Bentuknya saya bilang kaya spidol hahaha. Tapi di bagian bawah ada pemutarnya untuk menyesuaikan tinggi si lipen ketika ingin dipakai. Yang saya tidak suka adalah tutupnya. Tutupnya terbuat dari plastik transparan, yang dapat membuat kita melihat warna si lipen. Tapi sayangnya tutup ini tidak mengunci si tabungnya. Gimana ya jelasinnya... Jadi kalau ditutup dan dimasukkan ke dalam clutch ada kemungkinan terbuka sendiri. Kemungkinan lainnya juga (dan yang saya alami) kalau terlalu bersemangat menutupnya hingga terlalu dalam bisa membuat tutupnya rusak. Biar lebih jelas nanti akan saya berikan fotonya.

Sumber: dokumentasi pribadi
Huhuhu sedih tutupnya rusak :(

Walaupun ada kekurangannya, saya tetap suka mosturizer lipstik Mineral Botanica ini. Karena sangat pas untuk bibir saya yang sangat kering, sehingga bibirnya akan selalu terjaga kelembabannya selama pemakaian.


3. Gulaco Yummy Lip Scrub
bn1
Sumber: https://gulaco.wordpress.com/author/gulaco/
Ini bukan produk lipen. Tapi masih tentang bibir. Berulang kali saya mengungkapkan bahwa tipe bibir saya adalah kering. Tidak cocok untuk menggunakan gincu-gincu matte. Selalu ada saja bagian yang mengelupas karena terlalu kering. Jadi saya pikir apa ya yang bisa mengurangi kulit-kulit bibir saya yang mengelupas ini. Dan saya temukan produk ini.

Gulaco Yummy Lip Scrub ini produk lokal loh. Produk ini gunanya untuk mengangkat sel kulit mati dan membuat bibir menjadi lembut, bersih, dan sehat (berdasarkan webnya gulaco, boleh dicek www.gulaco.net). Bahan yang digunakan organik sehingga aman untuk tubuh, bahkan terdapat tulisan boleh ditelan pada produknya. Untuk pilihannya cukup bervariasi, ada kopi, stroberi, cokelat, ocha, dan madu. Saya coba waktu itu yang kopi. Saya sebenarnya bukan coffee addict, tapi suka sekali dengan aroma kopi.

Setelah sampai dan saya coba, aroma kopinya memang benar-benar kental. Jadi membuat nyaman selama pemakaian. Karena ada tulisan dapat ditelan, saya iseng icip-icip sedikit dan rasanya sama seperti kopi campur gula, pahit tapi manis. Pemakaiannya juga cukup mudah, tinggal basahi bibir lalu baluri dengan Gulaco Yummy Lip Scrub secukupnya, kemudian digosok perlahan searah jarum jam, lalu bilas dengan air.

Hasilnya langsung terasa loh. Bibir terasa lebih lembut dan sehat. Kalau di aturan pakainya sebaiknya setelah melakukan scrub bibir ini dilanjutkan dengan pemakaian lip balm untuk hasil yang lebih baik.

Setelah melakukan scrub bibir, saya mencoba memakai lipstik matte. Dan hasilnya bibir saya juga tidak menjadi kering dalam waktu singkat. Saya jadi nyaman menggunakan lipstik-lipstik matte.

Untuk harganya, satu jar berisi 20 gram seharga Rp 40.000,- yang menurut saya tidak terlalu mahal karena memberikan hasil yang nyata dan dapat dipakai sekitar satu bulan. Karena bahannya organik jadi lip scrub ini tidak bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama. Sebaiknya digunakan secepatnya. Akan tetapi jangan terlalu sering juga melakukan scrub bibir, jika terlalu sering bisa membuat bibir terluka.

Kekurangannya menurut saya hanya satu, yaitu hanya bisa dibeli secara online. Sulit juga jika yang kita punya habis dan harus membeli online terlebih dahulu. Belum lagi mikirin ongkos kirim....


*****


Yap, sekian dulu untuk review produk bibir favorit saya. Nanti kalau ada lagi yang berksesan akan saya bagikan lagi. Atau tidak hanya produk bibir, tapi juga produk lainnya yang sangat saya sukai dan cocok dengan saya. Sampai bertemu lagi di tulisan berikutnya. Ciao! 

Senin, 17 Oktober 2016

Meninggalkan dan Ditinggalkan

Sesungguhnya yang akan saya tuliskan ini tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. Tentang perpisahan. Meninggalkan dan ditinggalkan. Secara nyata dan atau hanya berjarak. Hingga akhirnya terjadi momentum yang membuat saya selalu memikirkan hal ini.

Tahun ini, tepatnya bulan Juni saya ditinggalkan ayah saya. Secara tiba-tiba beliau dijemput Yang Maha Kuasa. Tanpa sakit. Tanpa pesan. Sosok yang selalu mengkhawatirkan saya kapan pun dan di mana pun saya berada kini telah tiada. Sangat, sangat kehilangan itu pasti. Dimulai dari tiada lagi yang membangunkan ketika subuh, tiada lagi yang selalu menelepon setiap jam ketika saya tidak ada di rumah, tiada lagi yang keluar masuk kamar di tengah malam ketika saya tengah menonton televisi sendirian, dan banyak hal lain yang terasa kurang tanpa kehadiran beliau. Lalu bagaimana kelak kehidupan saya berlanjut tanpanya? Siapa yang akan menikahkan saya kelak? Bagaimana anak saya nanti akan mengenal Atuknya?

Bulan Agustus lalu salah satu sahabat saya meninggalkan tanah air untuk meraih gelar master yang sangat dia impikan. Awalnya saya merasa tidak ada yang berbeda dengan kepergiannya ke negeri orang, tapi beberapa hari ini mengingatkan saya bahwa hanya dialah yang dapat melengkapi hobi saya untuk berburu buku serta penulis yang kami sukai. Ini baru ditinggalkan sahabat ke luar negeri saja saya sudah sedih tidak ada lagi yang dapat menemani menekuni hobi saya. Bagaimana jika kelak ia menikah kemudian mengikuti suaminya di mana pun ia tinggal? Saya akan berbagi hobi dengan siapa lagi?

Selain pertanyaan-pertanyaan itu masih banyak lagi pertanyaan yang berkelebatan dalam kepala saya. Pertanyaan-pertanyaan yang terlihat begitu menyedihkan. Dan terlihat kesepian. Mengapa begitu banyak yang saya risaukan. Apakah dengan kepergian mereka hidup saya akan terhenti? Jawabannya tentu tidak. Hal-hal duniawi itu terlalu memakan banyak tenaga untuk dipikirkan. Seharusnya saya tidak ambil pusing dengan hal-hal tersebut. Seharusnya saya bangkit dan mencoba mengatasi segalanya dengan sesuatu yang lain. Yang baru. Yang belum pernah dicoba oleh saya sendiri.

Kehilangan memberi pelajaran untuk saya. Sudah terlihat, karena mereka "hilang" maka saya harus mencoba melakukan segala sesuatu secara mandiri dan terorganisir. Tidak boleh gegabah. Karena yang biasanya selalu ada dan dijadikan tempat bergantung sekarang sudah tiada. Lebih baik mencari cara lain untuk menyelesaikannya dari pada hanya diam tanpa mendapatkan apa-apa.

Kehilangan juga membuat pikiran saya lebih terbuka. Menjadikan saya melihat suatu masalah dari banyak sisi, untuk menemukan jalan keluar terbaik. Oleh karenanya membuat saya menjadi lebih terbuka dengan pendapat orang lain. Tidak hanya sekadar masuk telinga dan membiarkan informasi tersebut mengendap di dalam otak tanpa ada penjelasan lainnya. Mungkin ini juga yang membuat saya menjadi lebih tenang dalam menyikapi suatu masalah. Karena untuk mewadahi berbagai macam berita di luar sana tanpa pengendalian diri juga emosi hanya akan membuat terlihat seperti orang pintar tapi bodoh. Itu hanya sebutan buatan saya saja. Maksud dari sebutan itu untuk orang-orang yang begitu paham dengan apa yang mereka ungkapkan namun tidak dapat menyikapi atau pun menerima pendapat orang lain, yang belum tentu salah atau pun belum tentu benar.

Intinya, ditinggalkan memberikan banyak pelajaran untuk saya. Dan saya tidak ingin pelajaran ini hanya saya saja yang menerima. Saya juga ingin orang di sekitar saya mendapatkan hal yang sama. Untuk itu saya menerapkan kepada orang lain untuk merasakan bila saya meninggalkan mereka, atau bila saya tidak ada, apa yang akan mereka lakukan. Memang cara ini terlihat aneh. Tapi jujur ini sulit untuk diterapkan kepada orang yang terbiasa bergantung dengan orang terdekatnya. Dengan membiasakan mengajarkan konsep ini akan membuat orang tersebut akan berupaya mencari cara lain untuk dapat menyelesaikan suatu hal tanpa bantuan dari orang yang biasanya dijadikan tempat bergantung. Mengapa ini perlu? Karena menurut saya jika kita tidak terlalu bergantung kepada orang lain akan meningkatkan efisiensi waktu yang kita gunakan. Waktu yang biasanya kita gunakan untuk menunggu orang lain membantu kita dapat kita gunakan untuk menyelesaikan persoalan yang ada dengan cara atau bantuan lainnya.

Setidaknya meninggalkan dan ditinggalkan sekarang tidak lagi hanya meninggalkan rasa sedih di dalam hati. Namun lebih banyak pelajaran yang bisa diambil untuk lebih bersemangat dalam menghadapi hidup ini lebih baik dari yang sebelumnya. Biarkan kenangan menjadi pengalaman tapi jangan membuat kita mati dalam berangan.

Sabtu, 16 Juli 2016

Memori

Apa sebutan yang tepat untuk memanggilmu? Bolehkah aku memanggilmu "Sayang"?

Semua ini berawal dari puluhan tahun yang lalu. Di saat aku tak mengenal seorang pun di sekelilingku dan hanya kamu yang selalu ada di sampingku. Saat itu aku menampik perasaanku sendiri. Aku hanya merasa ini "cinta monyet". Karena aku masih terlalu kecil untuk mengerti apa artinya cinta. Dan akhirnya aku merasa aku sudah cukup bahagia dengan kehadiranmu. Tanpa terpikir kamu akan pergi meninggalkanku.

Dan waktu pun tiba untuk kita saling meninggalkan satu sama lain. Tidak ada kata perpisahan. Yang ada hanya jarak. Kita tidak lagi bersekolah di tempat yang sama. Tidak ada pula surat-menyurat atau saling berkirim pesan elektronik satu sama lain. Aku mulai merasa kehilangan. Yang biasanya kamu selalu ada, sekarang bagaikan orang asing. Aku hanya mengetahui kabarmu dari teman-teman kita saja. Entah kamu mencari tahu kabarku atau tidak. Sampai suatu ketika aku merasa aku mulai menyerah dengan perasaanku. Aku menjalin hubungan dengan seorang temanku tanpa perasaan apa pun. Hampa. Demi mencoba menghilangkanmu dari ingatan.

Tapi takdir berkata lain. Hampir genap tiga tahun berlalu, kita dipertemukan kembali. Dan rasanya masih sama, aku masih merasakan kenyamanan yang sama saat bersamamu. Perasaan itu kembali. Atau rasanya tidak pernah hilang dari relung hati. Aku tidak bisa membohongi diri sendiri. Akhirnya ku putuskan kekasihku demi bersama kamu. Sebagai teman.

Pertemuan kita memang tidak seperti dulu. Tidak setiap hari. Tidak selalu saling mendampingi. Tapi itu yang menyebabkan aku tidak akan menyia-nyiakan waktuku untuk bertemu kamu. Mungkin masih ada kesempatan untukku mengisi ruang hatimu, pikirku. Tidak heran aku selalu berusaha ada setiap kali kamu membutuhkanku. Hati ingin menunjukkan bahwa aku selalu ada untukmu, tolong lihat aku sebagai wanita, bukan hanya sebagai teman. Namun jarak sekali lagi mempermainkan kita. Kita dipisahkan kembali. Tetapi tidak separah dulu, kita masih berhubungan baik.

Lagi-lagi aku merasa harus memupuskan rasa di hatiku ini. Karena rasanya tidak mungkin kamu melihatku lebih dari teman. Akhirnya lagi-lagi aku menjalin hubungan dengan beberapa teman lelakiku. Sampai akhirnya hari itu tiba. Hari di mana kamu, aku, dan pacarku ada di tempat yang sama. Sedikit dilema di dalam hatiku, ke mana hati ini ingin berlabuh. Tanpa berkata apa pun, pacarku merasakan ada yang aneh dengan diriku. Dia menanyakan siapa kamu kepadaku. Aku menjawab kamu temanku. Seperti tidak percaya, pacarku menanyakan kembali apa betul hanya teman. Aku hanya bisa mengangguk. Itu pertama kalinya pacarku merasa cemburu. Dan itu karena kamu.

Waktu terus bergulir. Di saat aku semakin jauh dengan pacarku, kamu kembali dekat denganku. Ya, tetap tidak sedekat dulu. Tapi aku masih merasakan kenyamanan yang sama. Aku sudah cukup bersyukur dengan kenyataan ini. Sepertinya Tuhan menguji hatiku, aku berpisah dengan pacarku, dan kita semakin sering bertemu. Mungkin ini takdir, pikirku lagi. Namun aku masih menahan perasaan ini di dalam hati saja. Karena aku tidak berani kehilangan kamu. Hati kecil ini tahu, atau sok tahu, yakin bahwa kamu tidak merasakan hal yang sama. Jadi, aku cukup mencintaimu dalam hati saja.

Seperti tahu aku sudah rela, kamu tiba-tiba memiliki kekasih. Mungkin ini pertama kalinya perasaanku sungguh tercabik-cabik. Belum lagi pasanganmu begitu baik. Dia menjalin hubungan baik denganku. Aku rasa aku benar-benar harus ikhlas dengan perasaanku kepadamu. Tapi perih selalu datang setiap kali melihat kalian bersanding berdua.

Satu hal yang membuat aku tidak bisa melupakan perasaanku terhadapmu adalah kamu selalu tahu membuatku tenang. Di saat kita bertemu kamu selalu mengusap lembut kepalaku bagaikan aku anak kecil. Kamu tahu apa imbas dari perbuatanmu itu? Ruang hatiku begitu hangat, seolah ada yang berbisik "Aku ada di sini, aku akan melindungimu". Aku tahu itu berlebihan. Tapi itu yang aku rasakan. Suatu ketika pun pernah aku merasakan gelagatmu ingin memelukku, tapi kamu urungkan niat itu dan lebih memilih mengusap kepalaku. Hanya bisa ku balas dengan senyum dan melingkarkan tanganku di belakang badanmu.

Mungkin aku sudah terlalu sayang. Mungkin ini yang namanya tulus. Aku juga tidak tahu. Aku harap kamu mengizinkan aku merasakan hal ini. Dan aku berharap kamu dapat membalasnya. Harapan yang sungguh tidak mungkin terkabul, aku tahu. Kamu sudah memiliki wanita yang kamu pilih. Dia wanita yang begitu baik. Aku harap hubungan kalian juga baik-baik saja.

Satu-satunya cara aku bahagia adalah dengan melihatmu bahagia. Maka dari itu bahagialah selalu. Maafkan aku yang tidak bisa menghapus perasaan ini. Semoga kamu tidak merasa keberatan.

Aku sayang kamu.

Jumat, 06 Mei 2016

Libur(an)

Happy long weekend everyoneee!





......................................................


Oke, gue ga bisa bohong. Gue tidak terlalu senang dengan libur super panjang di awal bulan ini. Sesungguhnya gue bukan orang yang suka dengan libur panjang. Dengan keadaan gue seperti sekarang. Don't ask me keadaan yang seperti apa. Karena gue super sensitif dengan topik ini. Yang mungkin akan gue bocorkan juga secara sengaja mau pun tidak.

Jadi hari ini ceritanya gue seperti sedang puasa berbicara. Tiada teman untuk berbincang. Tapi juga enggan untuk bersenang-senang. Serba salah. Pelarian akhirnya ke media sosial. Kalau sudah super suntuk kaya gini, gue akan "melarikan diri" ke sahabat gue yang entah mengapa bisa jadi "wadah" gue untuk mengungkapkan apa pun. Gue sih sering bilang penyebab kita dekat adalah karena sering sekali kita mengalami kejadian yang sama, antara lain single menahun, belum juga lul... (stop! ga usah diterusin omongannyaaaaa), sampai dengan kemungkinan bahwa masing-masing mantan agak belok dari jalan yang lurus if you know what I mean.

Well, sesungguhnya agak merasa bersalah sama anak ini karena sudah lama tidak mengontak juga, akibat beberapa waktu lalu sepertinya gue sempat ngambek ga jelas yang gue juga lupa apa penyebabnya. Tapi mau gimana lagi, hati ini tak sanggup menahan derita sendiri, akhirnya gue menyapa doi dengan pertanyaan "Gi ngaps?" via salah satu aplikasi yang gue unduh gratis. Tidak lama, dia pun membalas. Dan dengan segera gue meluluh-lantakkan seluruh keluh kesah gue.

Hari libur yang ga berasa libur sama sekali. Karena semua hari terasa sama menurut gue saat ini. Semua orang liburan, ke luar kota, luar negeri, bahkan luar rumah sekali pun. Sedangkan gue duduk terpekur di dalam kamar kosan ukuran 3x4 m. Lalu terlontarlah pertanyaan dari sahabat gue kenapa gue ga ikutan pergi juga?

Nah, itu permasalahan gue selama ini. Gue sedang dalam kondisi tidak tenang untuk bersenang-senang. Pasti ada perasaan bersalah ke orang tua karena kewajiban yang tak kunjung usai. Bahkan untuk ke bioskop bersama kakak sendiri saja tak enak hati. Libur tak berasa libur. Karena setiap hari juga gue bisa mendapatkan jatah libur bergantung dengan kegiatan gue sendiri. Tapi, ya itu tadi. Karena kewajiban yang tak kunjung selesai, dan beban terus bertambah dari lingkungan sendiri yang membuat gue tidak merasa bebas untuk menyenangkan diri gue.

Dan akhirnya gue memutuskan untuk keluar dari kamar kosan untuk menghirup udara segar sembari mencari makan malam. Sesungguhnya gue adalah tipe orang yang suka jalan-jalan sendiri. Jadi gue sedikit menikmati perjalanan malam gue. Saking menikmatinya gue ga sadar kalau uang di dompet gue ga cukup untuk membayar makan malam gue. Dengan rasa malu dan bodo' amat diketawain mas-masnya gue ambil uang dulu di atm terdekat dan membayar utang gue segera. Berhubung gue ternyata masih lapar, gue berencana mencari camilan yang mengenyangkan. Gue memutuskan untuk membeli beberapa sate di angkringan.

Sambil menunggu sate gue dibakar, gue melihat sekeliling gue. Lumayan banyak pengunjung di angkringan itu. Hampir semua meja lesehan penuh. Dan rata-rata meja diisi oleh sepasang kekasih atau suami istri. Ya, tepat sekali gue agak sedikit iri melihat mereka. Sampai akhirnya gue melihat dua meja yang diisi dua keluarga kecil. Pemandangan itu lebih membuat gue tersentak, kapan ya terakhir kali gue makan bersama keluarga gue lengkap serukun itu? Gue ga menemukan jawabannya dalam memori gue, tapi malah mengingatkan salah satu keinginan gue untuk berlibur bersama keluarga gue yang kenyataannya sulit untuk direalisasikan.

Setelah gue makan gue kembali ke kosan. Di perjalanan gue merasa kesedihan gue agak sedikit berkurang, entah karena perut kenyang atau karena gue menikmati perjalanan singkat ini. Saking sudah terangkat sedikit kesedihan gue, gue sampai ingin menangkap pemandangan jalan raya yang terlihat sepi di saat seharusnya padat dipenuhi pengendara yang baru pulang kerja. Mungkin sudah banyak yang berlibur, memulai harinya di libur panjang ini. Anehnya, melihat lampu-lampu mobil dan motor serta apartemen di tengah gelapnya langit malam terlihat menarik di mata gue. Pertanda hati ini sudah mulai ringan. Gue pun mulai berjalan sambil tersenyum.

Sampai di kosan, gue harus naik ke lantai tiga untuk menuju kamar gue. Dan ketika gue menutup pintu depan kosan yang menghubungkan kamar-kamar kosan dengan teras, sepi kembali menyergap. Hampir tidak ada suara yang terdengar selain langkah kaki gue. Tapi kenyataannya cukup banyak jendela yang terbuka juga lampu yang menyala dari setiap kamar. Entah mengapa gue seperti mendapat bisikan yang mengatakan, "You're not alone."

Tidak semua orang liburan untuk menikmati libur panjang. Ada yang menggunakannya untuk hanya beristirahat di rumah atau mengerjakan hal lainnya. Atau mungkin juga ada orang-orang yang seperti gue. Bahkan bisa jadi lebih parah dari apa yang gue rasakan. Di situ gue merasa bersyukur. Gue ga sendirian. Mungkin sekarang gue merasa demikian. Tapi masih ada juga orang-orang yang jauh lebih tidak beruntung dari gue. Mungkin nanti setelah kewajiban gue kepada orang tua ini selesai gue akan bisa menikmati hari libur sepenuh hati gue. Dan orang-orang yang belum beruntung itu kelak akan mendapatkan keberuntungan pula. Atau gue yang akan membagikan keberuntungan gue nantinya.

Ya, satu-satunya cara gue untuk bisa mengendalikan diri kembali seperti semula adalah dengan merasa bersyukur. Bukan cara yang mudah. Apa lagi di tengah zaman yang penuh dengan ajang pamer ini. Menyugestikan diri untuk mengatakan bahwa kita baik-baik saja memang sulit. Mungkin butuh waktu untuk menyingkir sejenak dari segala rutinitas terlebih dahulu. Tidak perlu melakukan hal besar, hal kecil seperti jalan-jalan sejenak sambil mencari udara segar terkadang membantu untuk meringankan pikiran dari segala beban.

Mari nikmati sejenak libur ini seperti orang lain menikmatinya dengan cara kita sendiri. Lepaskan beban dan nikmatilah hari sebelum kita tidak bisa menikmatinya.

Happy holiday!

Minggu, 28 Februari 2016

Teruntuk yang Cantik

Dear kangposku yg cantik,

Sepertinya ini kali pertama aku mendapatkan tukang pos wanita selama ikut program #30HariMenulisSuratCinta. Dan pertama kali juga dapat tukang pos yang belum pernah aku follow di Twitter. Seperti orang yang baru pertama kali bertemu, aku cukup gugup dan menerka-nerka seperti apa tukang posku. Akhirnya sampailah pada hari pertama pengiriman surat. Ternyata......

Kak Jean super baik! Semua surat yang dikirim diberi komentar. Aku norak ya? Maafin huhuhu, soalnya dulu tukang posku jarang kasih komentar di setiap surat yang ditulis. Aku bahagia ada yang memperhatikan dan membaca suratku. Juga jadi motivasi untuk tulis surat hari berikutnya hanya karena penasaran bakal dikasi komentar apa sama Kak Jean. Terima kasih banyak ya Kak!

Satu hal lagi yang membuatku bahagia ikut #30HariMenulisSuratCinta tahun ini adalah akhirnya satu suratku ada di web pos cinta! Terima kasih banyak banyak banyak Kak Jean meloloskan suratku. Rasanya seperti penulis amatir yang mengirimkan karyanya ke berbagai penerbit dan akhirnya ada yang bersedia menerbitkan. Hahaha lebay ya Kak? Maklum, masih bermimpi ingin jadi penulis yang rasanya hanya diawang-awang saja.

Tapi maaf Kak Jean aku belum bisa penuh 30 hari menulis surat cintanya, walaupun rasanya tahun ini adalah tahun di mana aku paling banyak membuat surat cinta dari pada tahun-tahun sebelumnya. Semoga tahun depan aku masih bisa ikut #30HariMenulisSuratCinta dan membuat lebih banyak surat cinta atau bisa penuh 30 hari.

Sekali lagi terima kasih Kak Jean sudah menjadi tukang pos yang perhatian. Mohon maaf jika ada kata yang tidak berkenan di hati Kakak. Semoga Kak Jean bahagia selalu, kapan pun dan di mana pun Kakak berada!!!

Salam,

Penikmat hujan di Minggu pagi.

Selasa, 16 Februari 2016

Kepercayaan

Dear saudaraku beda ayah ibu,

Bagaimana kabarnya hari ini? Suratku tidak akan panjang lebar. Hanya ingin memastikan dirimu baik-baik saja.

Setelah pertemuan minggu lalu aku jadi kepikiran, bagaimana awal dari pertemanan kita. Dan setelah ku ingat-ingat sepertinya karena dulu aku tak punya teman. Aku merasa tersingkir dari teman-teman yang terlebih dahulu sekelas denganku, jadi aku memilih berteman denganmu yang baru ku kenal di kelas itu, bukan begitu? Seperti sudah takdir, yang awalnya tidak kenal dipertemukan lalu menjalin pertemanan yang lebih erat dari pada dengan teman yang telah dikenal sebelumnya.

Aku bersyukur ditakdirkan bertemu dengan teman sepertimu. Jarang sekali aku menemukan teman yang bisa menjaga perasaanku tanpa menyakiti hatiku. Kamu tahu kan aku rapuh. Kamu tidak menanyakan hal yang membuat hatiku perih, karena kamu tahu kalau aku kesulitan aku akan cerita. Eh aku sok tahu ya? Atau jangan-jangan kamu baru tahu dan selama ini memang cuek? Hahaha tidak apa-apalah kamu baru tahu, asal kamu tetap menjadi teman yang bisa ku percaya.

Lalu bagaimana kabar si mas? Apa akhirnya keputusanmu terhadap dirinya? Jangan sampai kau terluka lebih jauh sampai membuat liang kuburmu sendiri. Aku yakin kamu tahu yang terbaik buat dirimu sendiri. Dan menurutku satu-satunya yang harus kamu lakukan adalah lebih tegas pada dirimu sendiri. Memang jika sudah masalah hati sulit dihindari. Tapi jikalau menghindar adalah yang terbaik, mengapa tidak dicoba untuk dilakukan?

Ah, apalah aku yang tidak berpengalaman ini sok memberi petuah. Mungkin karena kamu sudah ku anggap saudara jadi sulit rasanya untuk tidak mengkhawatirkanmu. Apa pun yang terjadi aku akan mencoba selalu ada untuk menampung keluh kesahmu. Itu sebagai rasa terima kasihku karena kamu telah percaya padaku yang hanya temanmu ini. Sulit sekali di era sekarang mencari orang yang bisa dipercaya. Untung aku menemukanmu.

Sepertinya suratku sudah terlalu panjang, padahal di awal aku bilang tidak akan panjang. Maafkan ya. Baiklah, sekian dariku. Semoga pertemanan kita tidak dibatasi oleh waktu.

Sampai jumpa!


Dari salah satu anggota chibi.

Senin, 15 Februari 2016

Dear Sahabatku

Hai Sistaaa,

Kaget ya gue kirimin surat? Ini sebagai balas budi sudah diberikan Chitato rasa Indomie goreng gratis. Gue beneran terharu loh disamperin di tengah hujan buat dikasih cemilan dobel mecin yang lagi hits ini. Ini membuktikan hari kasih sayang tidak hanya berlaku untuk sepasang kekasih. Jadi penasaran, ada ga sih perayaan hari persahabatan? Padahal kan jauh lebih bermakna, ya ga? (Alibi aja biar ga baper di setiap tanggal 14 Februari).

Selain berterima kasih gue juga mau minta maaf walaupun belum lebaran. Maaf gue jarang bisa muncul di saat lo butuhkan. Cuma bisa via telepon atau chat, dan belum tentu setiap waktu selalu pegang handphone. Tapi lo selalu menerima dengan sabar kebiasaan dan sifat gue selama kurang lebih 14 tahun ini. 

Mungkin raga gue tidak selalu bisa hadir menemani tetapi lo masih dan akan terus bisa mencurahkan segala isi hati lo ke gue. Gue siap menampung kapan pun (kalau ga ngantuk *peace*). Walaupun kisahnya itu-itu lagi (dan gue alami juga) selama lo butuh wadah untuk mengeluarkan uneg-uneg lo bisa cerita ke gue.

Jangan terlalu sensitif sama omongan orang. Jadi diri sendiri dan berusaha menggapai apa yang kita inginkan biar bisa membuktikan ke orang-orang yang merendahkan kita kalau kita bisa berjuang dengan cara kita sendiri, bukan seperti apa yang mereka sangka tanpa tahu apa yang terjadi sebenarnya. Bosen ya nasehatnya ini terus? Itu tandanya gue ga bosen mengingatkan lo untuk menjadi lebih baik lagi. Karena sahabat yang paling tahu apa yang terbaik buat sahabatnya, bukan begitu?

Baik-baik ya di Malang. Semoga bengeknya ga kambuh. Makan teratur biar ga sakit. Semangat ngerjain skripsh*t. Semoga ketika kita berkumpul kembali di Jakarta sudah bergelar sarjana semua. Aamiin!

Bye~~~


Dari sahabat yang ngeselin tapi ngangenin :3

Sabtu, 13 Februari 2016

Yang Pernah Ku Sayang

Hai Sayang,

Apa kabarmu? Kupingmu sering berdenging kah? Di sini teman-teman masih sering menanyakanmu padaku. Sesungguhnya aku bosan ditanyakan tentangmu. Beginilah nasib menjadi orang terakhir yang berhubungan dengan kamu. Hanya aku yang seharusnya tahu kabarmu selain keluargamu. Aku jadi penasaran, sekarang  kepada siapa lagi kamu bermanja, Sayang?

Aku akui kamu memang lelaki paling manja yang pernah aku kenal. Tapi tidak ada seorang pun yang percaya bahwa kamu manja. Kamu hanya menunjukkan sisi lemahmu padaku. Aku ingat sahabatku pernah bertanya mengapa aku mau jadi pacarmu. Kamu penasaran apa jawabanku? Karena kamu lebih dewasa dari pada aku. Dan lagi-lagi jawabanku tidak dipercaya. Sepertinya di mata mereka kamu hanya seperti salah seorang pelawak yang berlakon unik, Sayang.

Tenang saja Sayang, semua yang ku katakan tadi jujur dari hati yang terdalam. Kamu memang lebih sering menunjukkan kekonyolanmu di depan banyak orang, tapi kamu benar-benar bisa membuatku kembali bersemangat di saat aku terpuruk dalam kegagalan. Setiap yang kamu katakan seperti telah kamu pikirkan matang-matang dan segalanya menjadi baik-baik saja. Hal ini menjadi salah satu alasan yang membuatku tenang ketika kita memutuskan untuk berpisah.

Tahukah kamu Sayang bahwa pembicaraan kita mengenai keputusan untuk berpisah terlalu tenang bagiku? Kita sama sekali tidak ada yang ingin bertahan dengan keadaan menjadi sepasang kekasih. Walaupun hari-hari berikutnya kita bergantian merengek bilang rindu via chat. Tapi entah mengapa tidak satu pun dari kita mencoba untuk kembali ke pelukan satu sama lain. Kita memang pasangan yang aneh ya.

Sudah lebih dari lima tahun dan kamu masih sendiri. Ayo segeralah mencari pasangan hidup. Jangan tenggelam dalam kesibukan. Aku tahu kamu sulit memecah konsentrasimu apa lagi dengan hal yang sangat kamu gemari. Namun kamu butuh seseorang yang dapat selalu ada di sampingmu agar kamu tidak cepat sakit karena kondisimu yang tidak terlalu kuat seperti laki-laki biasanya. Masa tidak ada wanita cantik di negeri seberang yang mampu mengalihkan perhatianmu?

Belajar dan bekerja memang penting, Sayang. Tapi kamu tidak akan bisa hidup sendiri. Maksudku bukan hanya mengenai kekasih, di sini teman-temanmu juga ingin bercengkerama dan bercanda denganmu lagi. Jangan lupakan relasimu, Sayang. Karena mereka juga yang membantumu bisa menjadi seperti sekarang.

Ah, maaf aku terlalu banyak bicara. Maaf juga aku memanggilmu "Sayang". Lidahku masih kelu untuk menyebutkan namamu, dan tiada lagi panggilan lain yang cukup pas denganmu. Toh kita pernah saling menyayangi, jadi aku rasa panggilan ini pantas untukmu.

Sehat selalu ya Sayang di negeri orang. Tetap menjadi pribadi yang riang dan disukai banyak orang. Semoga berhasil menggapai mimpimu.


Salam hangat,

dari seorang pencinta hujan yang kedinginan.

Jumat, 12 Februari 2016

Hujan

Dear hujan,

Aku sungguh menyukaimu. Kamu selalu datang di kala hatiku sendu. Kehadiranmu membuatku tenang. Kamu sudah mengetahuinya. Karena aku selalu mengumbarnya. Bahkan ke khalayak ramai.

Namun sepasang kekasih yang saling suka saja tidak selalu mulus kisah cintanya. Begitu juga rasa sukaku padamu. Setiap kamu datang pasti dingin menemanimu pula. Sayangnya, aku benci dingin. Aku alergi dingin.

Aku tidak membiarkan dingin membuatku membencimu. Secangkir teh manis hangat menjadi teman sekongkolku untuk menjauhkan dingin dariku namun aku tetap dekat denganmu. Sering kali aku hanya menyesap teh manis hangat sambil memandangimu dari balik jendela dalam waktu yang lama. Ini menyenangkan untukku. Karena aku dapat memikirkan hal lain pula yang membuatku tenang.

Bagiku kamu adalah pembunuh waktu yang menenteramkan. Dengan kehadiran kamu, aku tidak berkeliaran di jalanan. Tapi tidak pula aku bersedih, karena aku dapat melakukan hal lainnya di dalam ruangan.

Sedangkan bagi orang lain kamu sering disalahkan sebagai penyebab banjir. Padahal penyebab banjir adalah masyarakat sendiri yang masih terbiasa menyumpal got dengan sampah, dan mengotori sungai dengan berbagai barang bekas. Sungguh mereka tidak merasakan nikmat yang kamu berikan. Aku sebal dengan mereka yang selalu menyalahkanmu.

Tapi tenang hujan, aku di sini akan selalu menyukaimu. Aku merasa setiap kehadiranmu adalah pesan dari Tuhan untuk menemaniku di hari ini. Tiada yang jelek jika berasal dari Tuhan, bukan? Maka dari itu, janganlah sungkan untuk datang, apa lagi ketika kemarau sedang mencapai puncak. Kamu akan selalu ku tunggu.


Salam sayang, 


Orang yang menyukaimu.

Rabu, 10 Februari 2016

Tersingkir

Satu tahun yang lalu aku mengirimkan surat tanda cintaku kepada kalian. Ya, itu tanda aku bersyukur memiliki sahabat seperti kalian. Bagiku kalian adalah sahabat yang bisa diajak berbagi kebahagiaan. Tapi yang namanya menjalin hubungan tidak akan selalu mudah. Maaf aku tidak lagi bisa bertemu kalian seperti dulu.

Kita sudah saling mengenal satu sama lain lebih dari 10 tahun. Kalian bahkan juga sudah tahu bagaimana perangai orang tuaku. Ini salah satu alasan yang membuatku mundur dari segala pertemuan kalian.

Kalian sudah hapal dengan aturan dari orang tuaku yang tidak memperbolehkan aku pulang malam. Aku ingat kalian pernah merencanakan ide gila untuk "menculik" ku dan membawaku ke Bandung atau Puncak lalu kembali keesokan harinya. Saat itu aku tertawa saja melihat tingkah kalian yang ujung-ujungnya rencana itu tidak jadi dijalankan karena kalian semua takut dipecat dari temanku. Tapi ternyata tawaku hilang dalam sekejap karena aku mengakhiri pertemuan dengan kalian.

Maaf kawan, aku lemah. Aku menyerah karena tidak mampu lagi mengikuti pertemuan kalian yang sebagian besar dilakukan di malam hari. Dan kalian pun sepertinya tidak masalah dengan ada atau tidaknya aku di sisi kalian. Kalian tetap pergi dan berbagi rahasia tanpa aku. Setiap kita sempat bertemu aku selalu merasa tersingkir karena tidak tahu apa yang kalian bicarakan.

Maaf, sekali lagi maaf jika aku berpikiran demikian. Tapi itulah kenyataannya yang aku rasakan. Kalian pun tidak merasakan kehilangan. Tidak berusaha mencari dan bercengkerama lagi denganku. Sakit kawan. Merasa tidak dianggap dari suatu kelompok membuatku merasa menyedihkan.

Tidak, aku tidak ingin memutus pertemanan ini. Aku akan selalu ada jika kalian membutuhkan pertolonganku. Tidak masalah jika kalian tidak menganggapku lebih dari itu. Yang penting aku bisa membantu membuat kalian bahagia dengan bantuan dariku.

Semoga kita dapat berjumpa di kala mentari masih bersinar.


Salam,


Sahabat yang merasa tersingkir. 

Minggu, 07 Februari 2016

You're So aM(r)azing!

Dear Kak Alex,

Sebelumnya, happy belated birthday! Mungkin agak sedikit aneh untuk Kak Alex menerima surat cinta dari antah-berantah. Tapi aku hanyalah seorang perempuan berumur (akan) 23 tahun yang kagum dengan ceritamu di berbagai medium. Bukan, maksudku aku sangat IRI dengan kehidupan Kak Alex. Tapi rasa iri tersebut berubah menjadi rasa kagum akan segala keberhasilan yang telah Kak Alex raih sampai sekarang. Dan membuatku ingin mengikuti jejak Kak Alex untuk mencapai apa yang aku impikan.

Awalnya aku hanyalah pengikutmu di Twitter. Cuitanmu entah mengapa begitu menarik untuk dibaca, mungkin itu karena Kak Alex adalah pencerita yang baik. Sampai akhirnya aku membaca buku berwarna kuning ciptaanmu, ya benar itu adalah TNSALOA. Jujur Kak, aku baca buku ini di angkot dan menahan tawa berkali-kali sampai ada anak kecil yang memandangku heran hingga bertanya aku sedang membaca buku apa. Tapi tak hanya tawa yang kau sajikan, haru pun juga ada. Buku ini menjadi salah satu favoritku padahal buku ini hanyalah tentang kisah hidupmu. Mulai saat itu aku menyadari bahwa bukan hanya pencerita, tapi Kak Alex juga pemerhati yang baik. Hal-hal kecil di sekitar bisa dijadikan suatu cerita dan bahkan memiliki pesan moral yang dalam.

Rasa kagumku mulai meningkat. Dari seorang penjaga counter hp sekarang sudah memiliki penggemar ratusan ribu orang. Wow! Super banget Kak! Sebelas dua belas sama Pak Mario Teguh. Bisa menginspirasi banyak orang pula. Makin jatuh cinta ketika aku membaca "cerita manusia" di blog Kak Alex. Galau Usia 20an, Depression and Suicidal Thoughts, dan "cerita manusia" lainnya membuka pikiranku. Selain itu aku tersadar tenyata tidak hanya aku di dunia ini yang berpikiran demikian. Akhirnya aku merasa normal hahaha.

Seandainya Kak Alex jadi pacarku pasti menyenangkan! Diajak jalan-jalan ke sana ke mari, foto-foto cantik, dan kenal banyak artis. Ups.... salah fokus hihihi aku bercanda kok Kak. Kalau Kak Alex jadi pacarku pasti aku bahagia, karena bisa bertukar pikiran membahas apa pun, mulai dari zodiak, hobi, bahkan hidup. Dan yang pasti aku akan merasa memiliki teman yang selalu mendampingi selama napas masih dikandung badan.

Harapanku untuk Kak Alex semoga Kakak sehat selalu agar selalu dapat berkarya dan menginspirasi berbagai insan di dunia ini, dari kaum alay sampai kaum elit hihihi. Tetap rendah hati ya Kak. Semoga suatu hari kita bisa berjumpa!


Salam,

Pengagummu. 


Rabu, 03 Februari 2016

Untuk 10 Tahun yang Akan Datang

Halo diriku di masa depan,

Sepuluh tahun bukanlah waktu yang sebentar akan tetapi juga bukan waktu yang cukup lama. Apakah kamu sudah merasa bebas dari segala kungkungan yang aku rasakan dahulu? Aku harap sudah, dan kamu telah mencapai mimpimu sebagai ibu rumah tangga yang berhasil memiliki usaha sampingan dengan penghasilan yang luar biasa.

Kamu sudah menikah kan pastinya? Bagaimana suamimu? Apakah sesuai dengan mimpimu yang terdiri dari 3-an, yaitu beriman, tampan, dan mapan? Semoga saja suamimu selalu menyayangimu dan keluargamu sampai akhir hayat seperti yang kamu idam-idamkan sedari dulu. Oh ya, aku penasaran nih apakah aku mengenal suamimu? Nanti beri tahu aku ya! Semoga tidak mengecewakan hahaha!

Sudah berapa anakmu? Mirip abinya atau uminya? Aku ingat kamu selalu bermimpi untuk dipanggil umi dan memanggil suamimu abi jika telah memiliki anak. Terkabulkah panggilan itu? Atau suamimu lebih suka dipanggil papi biar seperti ayah zaman sekarang? Apa pun panggilan kalian nanti oleh anak-anak kalian semoga anak-anak kalian menjadi anak yang saleh, menyayangi orang tuanya, merasa dekat dengan orang tuanya, menjadi anak yang pandai, serta baik tata kramanya. Aku tahu kamu sudah mempersiapkan dalam benakmu untuk mengurus anak-anakmu dengan cara yang telah kamu pelajari dari mana pun. Semoga aku mendengar kabar baik ya setelah kamu membalas surat ini.

Bagaimana dengan keluargamu? Sehat semua kan? Jaga silaturahim antara kamu dengan orang tua dan kakak-kakakmu ya. Jangan sampai terputus. Walaupun banyak luka hati yang mereka torehkan tapi tak sedikit juga kebahagiaan yang kamu dapatkan dari mereka.

Oh iya, masihkah kamu iri dengan jarak? Jarak yang memisahkan kamu dengan teman-temanmu sehingga terkadang kamu yang paling terlambat mengetahui kabar terbaru tentang mereka. Aku harap tidak, Jangan pedulikan lagi jarak, tapi hargailah mereka yang selalu ada untukmu tanpa mempedulikan jarak. Mungkin kamu tidak tahu saat ini kabar mereka, tapi nanti ketika mereka merasakan hal yang sama mereka pasti akan menceritakannya padamu kelak. Waktu juga mengambil bagian di sini. Jadi jagalah mereka yang tidak tersisihkan oleh waktu dan jarak. Kamu tidak akan sendiri. Percayalah.

Tetaplah percaya diri dan semangat. Karena aku di sini akan terus berusaha untuk memupuk rasa ini demi mencapai semua mimpimu kelak. Semoga 10 tahun mendatang kamu menjadi orang yang sukses dan bahagia dan aku akan merasa lega karenanya.


Salam,

Aku yang sekarang.

Selasa, 02 Februari 2016

Pria yang Hilang Bagai Ditelan Angin

Tepat setahun yang lalu aku memikirkan hal yang sama dengan hari ini: apa kabarmu?

Tepat setahun yang lalu aku ingin sekali mengucapkan selamat ulang tahun untukmu. Namun, sayangnya aku hanya punya nomor kontakmu yang lama, yang sudah tidak kamu pakai. Alih-alih melupakanmu, aku malah mencari cara bagaimana agar bisa tetap mengucapkan selamat ulang tahun untukmu. Dengan alibi ingin tetap menjaga silaturahim, karena memutus silaturahim adalah perbuatan dosa, bukan?

Tepat setahun yang lalu aku berhasil menemukan salah satu media sosialmu. Namanya juga wanita, urusan mencari tahu paling bisa diandalkan. Diam-diam aku ingin mengucapkan selamat ulang tahun sebagai kejutan melalui media sosialmu itu. Namun ku urungkan niatku setelah melihat kamu baru saja mengunggah sebuah foto yang menunjukkan seorang wanita memberikan kue ulang tahun kepadamu. Dan terlihat sekali wajahmu begitu bahagia. Syukurlah, aku bisa melihatmu bahagia setelah selama ini kamu menghilang bagai ditelan angin tanpa kabar berita.

Dan hari ini, aku ingat kembali hari ini adalah hari ulang tahunmu. Aku tidak mengucapkan selamat kepadamu lagi karena kamu kembali menghilang bagai ditelan angin. Namun sekarang aku tidak berusaha mencarimu. Karena kamu menghilang di saat kita berjanji ingin berjumpa.

Aku masih ingat, kamu menawarkan diri ingin menemaniku pergi ke tempat yang sangat ingin aku kunjungi. Aku sudah pesimis kamu hanya manis di mulut saja, karena terlalu sering temanku berbuat demikian. Tapi kamu bersikeras meyakinkanku bahwa akan mengantar dan menemaniku jikalau kamu memang senggang. Karena kamu sudah berjanji, tidak salah kan jika aku menagih janjimu? Namun kenyataannya kamu menghilang begitu saja. Tidak memberi kabar berita.

Sejak itu aku sadar, aku bukanlah prioritasmu. Kamu hanya ingin memperlihatkan bahwa kamu teman yang baik. Teman yang ingin memberikan pertolongan. Tapi sayangnya aku bukanlah orang yang suka basa-basi. Aku lebih suka kamu terbuka. Tidak bisa ya bilang tidak bisa. Jika bisa langsung memberikan kepastian. Kalau sudah seperti ini sayang kan aku jadi sulit mendapat kepercayaanmu lagi setelah sekian lama kita saling bertukar cerita yang bahkan sulit kita bagikan dengan teman kita yang lain.

Pesanku hanya satu, jangan sering menghilang. Aku tahu itu bukan hakku untuk melarangmu berbuat apa saja. Tapi hati kecil ini selalu khawatir dengan apa yang kamu lakukan. Setidaknya jika memang kamu tidak nyaman dengan persahabatan kita lebih baik katakan saja yang sejujurnya. Aku akan memberi jarak lagi dalam pertemanan kita. Tidak seperti ini dengan kamu yang selalu hilang timbul tak tentu kapan dan di mana.

Satu hal yang membuatku lega adalah melihatmu hadir di hadapanku dengan senyummu yang paling bahagia sembari mengatakan bahwa kamu tidak apa-apa.

Karena hari ini ulang tahunmu, walaupun kamu tidak membacanya, aku akan tetap mendoakan yang terbaik untukmu. Semoga kamu selalu dilindungi di dalam setiap langkahmu. Mungkin bagiku kamu adalah pria yang hilang bagai ditelan angin, tapi Yang Maha Melindungi selalu dapat melihatmu dan selalu dapat menjagamu. Agar suatu saat nanti aku masih dapat melihat senyuman khasmu itu.

Akhir kata aku ucapkan selamat ulang tahun! Semoga bahagia selalu :)

Senin, 01 Februari 2016

Kepada Cinta

Kepada Cinta,

Aku tidak pernah tahu bagaimana kamu selalu memasuki relung hatiku. Membuat hariku dipenuhi debaran. Dipenuhi kebahagiaan yang selalu membuatku tersenyum. Tapi kamu tidak hanya memberikan kebahagiaan, terkadang kamu juga menorehkan luka yang dalam hingga membuat air mata mengalir deras. Yang membuat mataku sembab menjadikan mukaku seperti bakpau. Semua itu karena kamu. Ya, semua itu karena cinta.

Satu hal yang aku tahu, kamu selalu datang tiba-tiba, seperti lirik lagu yang dilantunkan Marcel. Kamu akan datang ketika seseorang menyapaku, atau ketika seseorang bertukar pandang padaku, atau ketika seseorang membuatku tertawa, atau hal sederhana lainnya. Mengapa? Mengapa kamu datang tanpa memberikan peringatan? Peringatan yang mengingatkan untuk tidak boleh bermain-main denganmu wahai cinta.

Mungkin aku terlalu sering dipermainkan olehmu, cinta. Begitu mudah aku terhasut akal bulusmu. Tidak hanya sekali aku kehilangan teman terdekatku karena dibutakan olehmu untuk mendapatkan dirinya lebh dari sekadar teman. Sedangkan pada kenyataannya mereka hanya menganggapku teman, tidak lebih. Apa yang telah kau perbuat, cinta? Apa semua yang kau lakukan hanya fatamorgana yang terbentuk dalam hatiku?

Ah, maafkan aku cinta. Tidak seharusnya aku menyalahkanmu saja. Seharusnya aku lebih berhati-hati pada hal asing, yaitu kamu cinta. Padahal orang tuaku sudah bilang hati-hati dengan sesuatu yang asing. Tapi aku malah sibuk bermain denganmu. Padahal kamu pun tidak mengajak orang lain untuk bermain bersama dengan kita. Mengapa aku begitu percaya diri mengatakan perasaanku yang sebenarnya padanya, bukan begitu cinta?

Tapi itu semua memberiku pengalaman, baik manis mau pun pahit. Kamu mengajarkanku untuk berhati-hati dengan perasaanku sendiri. Kamu tidak akan seenaknya memenuhi hatiku jika tidak ada sebabnya.

Aku akan terus berusaha mengatasi perasaanku ini, agar kau dapat aku terima dengan senang hati memenuhi hari-hariku dengan kebahagiaan bersama dengan orang yang tepat. Terima kasih atas pelajaran yang telah kau berikan. Semoga aku tidak salah (lagi) memilih pasanganku kelak.

Akan ku tunggu kehadiranmu, cinta :)


Minggu, 31 Januari 2016

Andai Kalian di Sini

Assalamualaikum,

Teruntuk Kakek, Nenek, Eyang, dan Mbah Putri kesayangan,

Lagi-lagi tahun ini aku mengirimkan surat cinta untuk kalian. Tahun ini aku mengganti kata saya, karena aku ingin merasakan kedekatan dengan kalian. Dan tahun ini aku persembahkan surat cinta pertamaku untuk kalian. Karena saat ini aku benar-benar rindu kalian dan ingin kalian ada di sini. Walaupun kita belum pernah bertemu, apa lagi bertukar kata. 

Teruntuk Kakek dan Nenek tercinta,
Jika kalian masih di sini, apa kalian akan selalu menghubungiku setiap hari seperti apa yang dilakukan Papa terhadap cucu-cucunya? Apa kalian akan selalu menyisihkan tabungan kalian untuk memberikan aku uang saku? Pasti. Pasti kalian akan melakukannya padaku, karena kalian menyayangiku seperti Papa menyayangi para keponakanku. Iya kan, Kek? Iya kan, Nek?

Teruntuk Eyang dan Mbah Putri tersayang,
Jika kalian masih di sini, apa kalian akan menyediakan waktu untuk menjahitkan aku pakaian buatan kalian sendiri? Apa kalian akan selalu mengingat ulang tahunku dan memberikan aku kado? Pasti. Pasti kalian akan melakukannya padaku, karena selama ini Mama melakukan itu semua demi cucu-cucu kesayangannya. Dan itu pasti karena kalian menurunkan sifat penyayang kalian pada Mama untuk menyayangi cucu-cucunya seperti ia menyayangi anak-anaknya. Iya kan, Yang? Iya kan, Mbah?

Teruntuk Kakek, Nenek, Eyang, dan Mbah Putri kesayangan,
Hari ini aku punya cerita. Aku menonton salah satu acara tv yang menunjukkan seorang cucu mengkhawatirkan kakeknya yang masih terus bekerja demi membiayai cucunya kuliah dan biaya sehari-hari mereka. Dari acara itu aku merasakan penyesalan telah menontonnya. Mengapa? Aku iri dengan anak itu. Dia masih bisa mengutarakan isi hatinya kepada kakek neneknya, Dia masih bisa memeluk kakek neneknya kapan pun. Dan yang terpenting dia masih bisa bertemu kakek neneknya setiap hari. Sedangkan aku? Bertemu kalian pun aku tidak pernah

Tapi mengapa saat ini, dan kapan pun itu, aku merasa rindu pada kalian?

Andai kalian di sini aku ingin berterima kasih karena kalian telah melahirkan, merawat, menjaga, dan mendidik Papa dan Mama sehingga aku dapat memiliki orang tua yang disiplin, perhatian, dan penyayang. 

Andai kalian di sini aku ingin mengungkapkan bahwa aku selalu sayang kalian semua. Walaupun kita tidak sempat bertemu tapi aku yakin kalian menyayangiku sepenuh hati kalian.

Andai kalian di sini aku ingin memeluk kalian dengan erat. Aku ingin merasakan kehangatan perasaan yang menguar dari dalam hati kalian untukku.

Andai kalian di sini aku ingin banyak bercerita dengan kalian. Ingin mengetahui segala macam hal tentang kalian yang selama ini tak pernah aku ketahui karena Papa dan Mama jarang menyinggung kalian. 

Andai kalian di sini aku ingin minta maaf. Maaf karena aku belum menjadi cucu yang baik. Masih sering menyusahkan anak kalian. Tapi aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi lebih baik dan menunjukkan pada kalian di surga sana bahwa aku adalah cucu yang membanggakan.

Jangan pernah lupakan aku ya Kakek, Nenek, Eyang, dan Mbah Putriku tersayang. Karena aku akan selalu sayang kalian dan mendoakan kalian agar tenang di sisi Tuhan.


Wassalam.

Al-Fatihah......