Kamis, 04 Oktober 2012

Part 3

"Halo."

"Reyn, lama banget sih angkat teleponnya. Aku kan pengen berbagi cerita penting buat kamu."

"Sabar Neng, baru selesai mandi nih. Hmm kalo kamu udah se-excited ini jangan bilang kamu mau cerita tentang Putra? Haduh, kamu belum move on juga?"

"Jangan bahas move on dulu deh, kamu mesti tahu apa yang terjadi hari ini sama aku."

"Oke oke. Jadi kamu mau cerita apa tentang Putra?"

"Kamu inget Zara? Masa tiba-tiba dia bilang pacar aku selingkuh. Kapan aku punya pacar coba, Reyn? Hahahaha. Ternyata yang dia maksud itu Putra."

"Putra punya pacar? Terus bagian yang bisa bikin kamu bahagia gini sampe bela-belain telepon aku adalah Putra punya pacar? Kamu udah ngelupain Putra?"

"Justru sebaliknya, aku jadi inget dia lagi. Tadi aku seperti biasa ke toko buku, selama di toko buku aku malah mikirin Putra. Daaaaan kamu mesti tahu apa yang terjadi selanjutnya!"

"Apa sih? Jangan bikin aku penasaran dong Kon."

"Aku nabrak orang sampe jatuh. Orang yang aku tabrak itu ngulurin tangannya buat bantuin aku berdiri. Kamu mesti tahu, ternyata dia Putra. Baru dipikirin seharian dan orangnya langsung muncul, rasanya kaya takdir banget."

"Astaga! Kok bisa? Dia main jauh banget dong kalo gitu? Dia sendirian? Terusin dong ceritanya."

"Iya juga ya, secara kita udah ga pernah ketemu lagi gara-gara dia pindah jauh banget dari tempat tinggal kita. Tadi sih dia bilang sendirian. Dia juga nganterin aku pulang loh. Udah lama banget aku ga seceria hari ini."

"Pasti dia lama ya di rumah kamu, ngobrol dulu sama Bapak Ibu. Aku yakin banget Bapak sama Ibu kangen banget kan sama Putra, soalnya kan udah dianggep anak sendiri."

"Sayangnya ngga Reyn. Setelah nyampe di depan rumah, dia bahkan ga turun dari motor. Dia bilang tadi udah janji sama Bunda buat jemput ke kantornya. Sedikit sedih sih karena momen wajib di rumah aku setiap Putra main ke rumah ga terlaksana seperti biasa."

"Hmm sejujurnya aku agak curiga sih Kon. Tapi ini cuma sekedar kecurigaan aku aja."

"Kenapa memangnya?"

"Aku rasa Putra bukan mau jemput Bunda, karena setahu aku Bunda udah ga kerja lagi kata Mama aku."

"Oh ya? Masa? Mungkin Bunda baru kerja lagi kali Reyn makanya minta dijemput sama Putra."

"Ga tau sih. Tapi tetep aja aku ngerasa ada sesuatu yang ditutupi sampe dia ga sungkem dulu sama Bapak Ibu. Itu ga Putra banget loh."

"Iya juga ya. Mungkin memang dia buru-buru."

"Atau jangan-jangan sebenarnya dia memang ada janji sama pacarnya seperti yang Zara bilang, tapi karena ga enak udah lama ga ketemu kamu, dia memilih untuk nganterin kamu pulang biar bisa ngobrol sebentar."

"Reyn..."

"Loh bukannya aku ga percaya sama Putra lagi Kon, tapi memang situasinya terlalu aneh. Dan kenyataannya memang sekarang dia udah punya pacar. Jadi hadapi apa yang udah terjadi Kon."

"Hmm, yaudah deh. Udahan dulu ya Reyn, ga enak sama Ibu kalo telepon kelamaan."

"Kon, jangan ngelak. Hadapi kenyataan kalo Putra udah punya kekasih."

"Udah ya Reyn. Bye."

Kuletakkan gagang telepon pada tempatnya. Sekejap perasaan bahagia yang membuncah langsung hilang. Tertutupi rasa resah yang merayapi hati tadi siang, ketika membaca pesan dari Zara tetapi sebelum bertemu Putra.

Mungkin yang Reyna katakan betul juga, Putra sudah punya janji dengan kekasihnya namun tidak enak memberitahukannya kepadaku yang tidak tahu apa-apa.

Tapi kenapa hati ini menjadi tak tenang?