Jumat, 29 Januari 2021

Surat Pengingat

Lima hari berlalu tanpa menulis apapun. Maaf ya ternyata aku belum sanggup menulis surat untukmu setiap harinya. Lagi pula aku takut kamu bosan isi suratku begitu-begitu saja, cuma berkata melulu mencintaimu tapi hatimu juga takkan kunjung menyukaiku. 

Terkadang aku bingung mengapa bisa mencintai seseorang sepenuh hati, padahal orang tersebut belum tentu menyukaiku kembali. Apa memang kodratku tidak patut dicintai? 

Alasan karena aku terlalu baik juga memuakkan. Haruskah aku menjadi orang jahat baru membuatmu berpaling padaku? Atau haruskah aku tunjukkan segalanya dengan perbuatan hingga kamu sadar aku mencintaimu tanpa alasan?

Sayangnya aku tak memilih keduanya. Aku tak memilih menjadi orang jahat karena aku tidak ingin dijahati orang lain di kemudian hari. Aku pun tak mencium atau memelukmu erat walau ingin, karena merasa ada yang mengawasi di balik awan yang menghiasi langit. Apa lagi yang harus aku lakukan?

Mengapa rasanya berat setiap berusaha mendoktrin pikiranku sendiri dengan kalimat "mungkin bukan ia orangnya". Berat. Sulit. Mau kamu bertanya sebanyak apa rasa sayangku padamu juga aku tak dapat menjawab. Karena sudah terakumulasi dari waktu yang telah kita lalui. Lama kan? Mungkin butuh waktu yang lama juga untukku dapat kembali seperti semula.

Jadi, maklumi saja ya. Perasaan ini akan sulit berubah. Perlahan tapi pasti akan sedikit demi sedikit menggerus rasa yang ada dengan mengingat semua kenangan pahit yang kamu berikan. Namun, tak menutup kemungkinan bila kamu ajak kembali aku akan bergeming. Tak dapat menentukan ingin kembali atau tidak. Karena sebenarnya banyak luka yang kamu torehkan, tapi entah perasaan yang buta ini akan terlena atau tidak.

Maaf kamu harus melihat aku yang seperti ini. Tapi sebabnya kamu yang memulai ini semua. Aku pikir kita akan tumbuh bersama. Ternyata hanya aku yang berusaha tumbuh dan memprioritaskanmu, sedangkan kamu... Entahlah. 

Lagi-lagi aku katakan, aku tak tahu akan begini sampai kapan. Mungkin masih akan ada surat bodoh lainnya. Atau aku akan mulai menulis surat untuk yang lain. Aku juga tidak tahu. Ini hanya sebagai pengingat bahwa aku pernah menyayangimu sepenuh hatiku.

Sabtu, 23 Januari 2021

KE-NA-PA?

Sudah lewat tengah malam. Maaf terlambat. Mungkin hari ini aku akan mengirim dua surat. Tapi jangan ditunggu, nanti kamu berharap. Kalau aku lupa, kamu akan kecewa. Sudah, bagian kecewa itu biar aku saja. Karena kamu tak akan mengerti bagaimana rasa kecewa dengan yang selalu diimingi harapan.

Seharian kemarin suasana hatiku sangat dinamis. Dari dirundung tangis, hingga ditutup tawa. Sampai bertanya pada diri sendiri, "Kok bisa?" Ya bisa saja. Namanya juga manusia. Punya rasa, punya hati. Jangan samakan dengan pisau belati. Eh, kok jadi nyanyi...

Namun, bisa-bisanya ya, sekali lagi BISA-BISANYA terselip kamu di setiap celah kesempatan. Lagi mikirin apa, nyambungnya kamu. Bingung sih. Sumpah, BINGUNG BANGET! 

Kenapa ya kok aku bisa sayang banget sama kamu? KE-NA-PA? Dan kenapa juga kamu ga merasakan hal yang sama? KE-NA-PA? 

Ah, sudahlah. Aku mengantuk. Siapa tahu kita bisa terhubung dalam mimpi hingga akhirnya kamu menyadari bahwa aku sebegitu berarti buat kamu. 

Bye bye! 
Salam sayang :) 

Kamis, 21 Januari 2021

Sayang!

Sayang, aku lelah banget hari ini! 
Mendapatkan berita memuakkan sekali. Belum lagi yang terjadi di depan mata. Sampai membuatku berpikir, wanita zaman sekarang memang seperti ini ya bentukannya? Maksudnya bisa dengan mudah hayuk aja diajak lelaki dengan mudahnya. Kok aku ga bisa ya kaya mereka gitu, Yang?

Ketika orang-orang bisa dengan mudah pergi dengan orang lain padahal sudah punya pasangan masing-masing, aku malah setia dengan orang yang entah menganggap aku ada atau tiada. Iya, maksud aku kamu, Sayang. Siapa lagi kalau bukan kamu.

Dibilang aku sayang kamu tanpa pamrih, ga juga sih. Buktinya aku berharap kamu rindu atau sayang aku juga. Tapi kamu malah ikut memilih kita bye-bye, tandanya semudah itu kamu melepasku. Kenapa ga dari dulu sih, Yang? Kenapa dulu aku ga boleh pergi dari kamu? 

Oh iya, maaf masih panggil 'Sayang'. Apalagi kalau bukan karena aku masih... 

Sudah deh, Yang. Daripada aku makin halu. Aku berdoa saja yang terbaik buat kamu. Bye, Sayang! 

Rabu, 20 Januari 2021

Masih Memikirkanmu

Hai!
Hari ini aku mendengarkan podcast yang membahas bahwa seseorang bisa berubah dengan melakukan hal yang ingin dibiasakan secara teratur selama 63 hari. Yang terlintas di kepalaku ada dua; mengapa aku baru tahu hal ini sekarang, dan apakah kita harus mencobanya?

Ya ampun! Lagi-lagi aku masih mencoba memikirkanmu. Padahal kamu saja tak memberikan balasan padaku semenjak hari itu. Apalah yang harus diharapkan dari seorang manusia yang menghargaimu saja tidak? Maaf ya, kamu tahu kan aku memang seterang-terangan ini. 

Masih tidak masuk akal untukku bagaimana bisa kamu menahanku begitu lama bila tak ada rasa sedikitpun? Sayangnya aku sangat membutuhkan jawabannya, tapi tak tahu harus mendapatkan dari mana.

Selasa, 19 Januari 2021

Masih Rindu

Hai... 
Sedang apa kamu? 
Masih ingat aku? 
Iya, aku rindu. 
Maaf tak banyak basa-basi. 
Cuma mau bilang aku rindu. 
Maaf bila mengganggumu. 
Tapi pikiran yang terus memikirkanmu ini juga menggangguku. 
Harus aku bebaskan agar tak melulu merindu. 
Aku tak akan bertanya apa kamu merindukanku juga. 
Sebab aku tak mau lagi memupuk harapan. 
Tak mau lagi terbuai janji manis. 
Jika sekali lagi aku begini, tampar saja aku. 
Agar aku tak kembali mencarimu. 
Biar teringat rasa sakit di pipi sehingga enggan untuk kembali padamu. 
Maaf ya. 
Aku akan mencoba untuk menguburmu di hati yang terdalam.
Jika tidak berhasil, kumohon kamu berubah. 


Tertanda, 
yang mengharapkan perubahan darimu. 

Senin, 18 Januari 2021

Sudahlah

Hai Sayang,
Maaf dari kemarin aku muak sekali melihatmu. Bisa-bisanya merasa tidak ada apa-apa di depan banyak orang. Ingin rasanya dapat seperti itu pula. Tapi sayangnya aku tidak bisa. 

Dimulai dari aku sangat muak setiap mendengar lagu kesukaanmu diputar di radio. Pasti akan langsung kuganti salurannya. Lalu ketika aku harus berinteraksi dengan dia, iya dia, pasti hatiku mulai merutuk, ingin segera pergi dan menjauhinya. Padahal dulu aku cukup dekat dengannya.

Entahlah. Coba kamu pikir, bagaimana rasanya bila melihat seseorang yang kamu sayang memperlakukan orang lain juga penuh kasih sayang seperti apa yang ia lakukan padamu? Sakit? Perih? Atau tiada rasa sama sekali? Mungkin yang terakhir ya, karena kamu menikmati juga dengan orang lain, tidak hanya aku. 

Namun hebatnya kamu merasa kita tidak pernah melakukan hal-hal berbau romansa, karena setiap ada aku di tengah kalian pun kamu tidak merasa canggung dan tetap melanjutkan perlakuan manismu yang sepertinya tak pernah hilang. 

Sudahlah. Cukup tahu saja. Malah menjadi sebuah keuntungan ditinggalkan lebih awal oleh lelaki seperti ini, walau aku tak tahu juga siapa kelak jodohku. 

Jika keputusanmu sudah bulat, ya sudah ingat saja bahwa pernah ada yang menyangimu. Yang mungkin masih juga sampai sekarang. 

Baik-baik ya kamu. Jangan lupakan aku.

Minggu, 17 Januari 2021

Terima Kasih

Dear kamu...
Terima kasih ya untuk semuanya.
Terima kasih atas perhatian kamu.
Terima kasih selalu mengingatkan jangan lupa makan.
Bahkan sampai membelikan makanan kalau aku lupa waktu akibat terlalu banyak kerjaan.
Terima kasih ya selalu menerima aku yang seperti ini.
Terima kasih karena selalu peka dengan suasana hatiku di saat yang lain tidak menyadarinya.
Terima kasih atas kepercayaannya, hingga dapat berkeluh kesah denganku. 
Terima kasih atas genggaman tangan yang tak ingin kamu lepas jika kita harus berpisah.
Terima kasih juga kamu berbuat hal seperti ini ternyata tidak hanya untukku.
Terima kasih karena sudah memberiku pelajaran agar tak mudah lagi tertipu dengan berbagai gestur dan kata-kata yang manis.
Terima kasih kita pernah sedekat itu.
Entah apa yang kamu rasakan, tapi yang pasti aku berterima kasih telah bertemu denganmu, sebab kini aku dapat lebih berhati-hati membuka hati terhadap orang baru.
Sudah ya, jangan dekatiku lagi. 
Berbahagialah dengan pilihanmu. 
Cukup satu dan tak perlu berpaling (lagi). 

Sabtu, 16 Januari 2021

Pembukaan

Hai kamu...
Surat pembuka ini untuk kamu yang masih ada dalam pikiranku. Seharian ini tiba-tiba saja aku menggumamkan lagu berulang di bait yang sama, "Sandiwarakah selama ini, setelah sekian lama kita t'lah bersama." Padahal belum sekalipun aku mendengarkan lagu ini kembali setelah hari "itu".

Rasanya seperti mimpi. Tidak pernah sedikit pun kamu menghubungiku lagi. Yang membuat tanya dalam hati, apakah beberapa tahun yang dilewati hanya sekadar mimpi?

Tak ada keinginan pula kamu menahanku untuk tidak 'pergi' kala itu. Kamu membiarkanku pergi, seolah-olah tidak ada yang terjadi di antara kita. Bodohnya, aku malah terus merindu dan tak pernah kuungkap. Demi menjaga hati agar tak patah dua kali; karena kamu tak merasakan hal yang sama, atau kamu yang tak akan kunjung membalas pesanku.

Aku masih menjadikanmu tujuan utama di surat ini. Entah apa yang akan terjadi 29 hari lagi selama aku menantang diriku untuk menulis. Apakah sepenuhnya aku akan menulis untukmu atau tidak, tunggu saja. Namun yang pasti, ada tanggal tertentu yang wajib aku tujukan untukmu.


Tertanda,
Aku yang masih ingin meluapkan isi hati ini kepadamu. 

Kamis, 07 Januari 2021

Seperti Hujan

hujannya awet ya dari semalam. tenang saja, nanti juga akan berhenti ketika tugasnya sudah selesai. keberadaannya tak melulu membuat orang-orang bahagia, pun membuat kesal untuk sebagian orang yg ingin berangkat kerja atau merasakan banjir. tapi di kala hujan tak kunjung datang, orang-orang akan merindukannya. begitulah, keberadaan akan menimbulkan kesan. baik dan buruk kesan yang ditimbulkan semua akan menjadi pelajaran. hujan pun hanya sementara. sama halnya denganmu. dengan kita. saling memberikan pelajaran walau hanya bersifat sementara sebab tak ada yang abadi di dunia ini. seperti hujan yang datang dan pergi, kita juga demikian. mungkin sekarang saatnya untuk pergi, tapi mungkin ada kesempatan untuk kembali, bila kesan yang ditinggalkan baik dan ada benih-benih yang dapat dikembangkan hingga berbuah indah. mengapa masih tersemat mungkin dan kesempatan? entahlah, aku terlalu banyak berharap. denial dengan pikiran 'kelak kamu pasti bisa menjadi lebih baik'. padahal bukan sehari dua hari dijalani, sudah hitungan tahun kita lewati. apa yang dirasa masih tidak seperti yang diharapkan. ingin rasanya aku melepasmu seperti hujan, menyukainya dan menghargai kedatangannya namun ketika usai aku dapat melepasnya walau rindu pasti akan menumpuk. semoga ya. kecuali, kamu memiliki rencana lain. ah, lagi-lagi aku berharap.