Senin, 09 Februari 2015

Mbak Penjual Pecel

Halo Mbak,

Jangan aneh menerima surat cinta dari saya. Karena saya cinta dengan pola pikir Mbak, saya ingin membagikannya di sini kepada teman-teman. Sebelumnya terima kasih telah berbagi.

Hari ini hujan turun tiada henti dan terjadi di seluruh penjuru Jakarta. Banjir di mana-mana. Orang-orang segan untuk pergi, takut terjebak banjir atau sudah terjebak banjir dari depan halaman rumahnya. Namun Mbak tetap berkeliling menjajakan jualan Mbak.

Berbekal bakul besar yang Mbak panggul di punggung berisikan berbagai macam sayur yang telah direbus, aneka gorengan, mi goreng, lontong, juga bumbu kacang. Mbak selalu berkeliling sambil meneriakkan "Pecel" dengan suara yang khas. Tidak terkecuali hari ini.

Ibuku bertanya mengapa Mbak berjualan di tengah hujan deras. Dengan senyum Mbak menjawab justru di saat seperti ini jualan Mbak lebih laku. Orang-orang yang berteduh menunggu hujan dan merasa lapar pasti akan banyak jumlahnya. Belum lagi di orang-orang di rumah yang tidak masak dan tidak ada penjual makanan yang lewat selain Mbak.

Di tengah hujan yang deras seperti ini, di mana lebih banyak orang yang kesal karena menyebabkan banjir dan kemacetan di mana-mana, malah Mbak anggap sebagai berkah. Salut saya, Mbak. Sedikit sekali orang yang mensyukuri datangnya hujan di kota kita ini. Dan Mbak dengan tulus dan semangat tetap menjajakan dagangan Mbak karena berpikir Tuhan akan memberikan rezeki kepada Mbak di balik turunnya hujan.

Terima kasih Mbak atas pelajaran hidupnya. Tetap bersyukur dari apa pun yang diberikan Tuhan. Terima kasih pula atas kerja keras Mbak untuk tetap berkeliling menjualkan makanan sehingga kebutuhan pangan kami terpenuhi. Semoga rezeki Mbak selalu bertambah dan dilebihkan oleh Tuhan.


Salam,

Pembeli pecelmu.

2 komentar:

  1. Membaca suratmu dengan secangkir kopi memang begitu nikmat, tak mampu berhenti :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Apa lagi ditemani hujan ya, hahahaha. Terima kasih yaa :)

      Hapus