Selasa, 14 Februari 2017

Teruntuk Bosse Baik Hati

Halo Bosseeeee!

Bosse apa kabar? Di sana ketemu papa aku ga? Kalau ketemu tolong bilangin Papa boleh ya anaknya jadi penulis. Atau kerja di penerbitan gede deh. Pokoknya kerja di dekat novel-novel. Karena secinta itu aku sama novel. Tolong ya Bosse bilangin ke Papa. Soalnya aku di sini masih takut mau bilang sama Mama. Kali aja nanti kalau Bosse bilang ke Papa aku nanti Papa bilangin ke Mama lewat mimpi hehehe.

Bosse, pas Bosse "pergi" aku turut sedih loh. Padahal kita ga saling kenal (walaupun aku pernah beberapa kali lihat Bosse tapi ga berani manggil, soalnya takut dikira sok kenal hohoho. Tapi pasti abis itu aku nge-tweet ke Bosse kalau aku lihat Bosse dan Bosse pasti jawab dengan "Kok ga manggil aja?" Bosse ramah banget sih huhuhu). Sedihnya pertama karena kalau tidak salah Bosse baru menikah. Aku ga kebayang gimana rasanya jadi istri Bosse. Pasti kehilangan banget. Aku yang ditinggal Papa aja sampai hari ini masih suka sedih dan merasa kehilangan, padahal sudah hampir 9 bulan Papa pergi menghadap-Nya.

Alasan kedua yang membuat aku sedih adalah aku takut ga ada lagi yang mengurus @PosCinta. Ga ada lagi momen #30HariMenulisSuratCinta. Tanpa disadari #30HariMenulisSuratCinta yang membuat blog aku terisi dengan tulisan baru, walaupun aku belum pernah full ikut 30 hari. Tapi setidaknya #30HariMenulisSuratCinta menjadi wadah aku untuk lebih sering menulis. Dan tahun ini aku full nulis surat cinta dalam seminggu. Ternyata ada kepuasan tersendiri ya kalau berhasil mencapai garis finish. Aku jadi termotivasi untuk membuat tulisan baru. Semoga aku berhasil ya Bosse!

Bosse orang yang beruntung ya. Karena aku lihat (di Twitter) banyak yang sayang sama Bosse. Pasti hari ini juga banyak yang kangen banget sama Bosse dan kirim surat untuk Bosse. Mereka juga pasti tidak lupa mengirimkan doa untuk Bosse agar Bosse dapat tenang di sana dan mendapatkan tempat terbaik di sisiNya. Aamiin.

Sudah dulu ya Bosse baik hati. Terima kasih telah membuat project #30HariMenulisSuratCinta. Tanpa Bosse mungkin blogku sepi karena hanya ada satu dua tulisan. Semoga project ini dapat terus berjalan sampai kapan pun dan membuat orang-orang semakin gemar untuk menulis juga membaca. 

Rest in peace, Dear Bosse

Senin, 13 Februari 2017

Terima Kasih!

Assalamualaikum Kak Ririn,

Seperti nasi tanpa garam kurang enak kurang sedap (kok jadi nyanyi....), kurang lengkap rasanya kalau tidak mengirim ke tukang pos kesayangan. Jadi surat ini aku dedikasikan untuk Kak Ririn! Yeeeeeaaaaahhhh!!! *bakar petasan* *bakar kembang api* *bakar rumah* #eh

Terima kasih loh Kak Ririn selalu mengantarkan suratku. Sampai begadang nganterin surat yang numpuk. Bahkan tiap selesai anter surat sudah ada surat baru yang masuk.

Walaupun Kak Ririn tukang pos baru, tapi selalu maksimal bacain dan kasih komentar setiap surat yang dikirim. Aku jadi terharu :')

Terima kasih Kak Ririn atas kerja kerasnya. Karena kalau bukan karena Kak Ririn belum tentu suratku akan terpilih.

Terima kasih banyak pokoknya. Semoga Kak Ririn sehat selalu dan dapat terus membagikan keceriaan di twitter (walaupun kadang aku lama mengerti maksud dari tweet kakak.....) dan di realita.


With ❤,

Ayu.

Minggu, 12 Februari 2017

Hai Sist!

Halo halo!

Males sih sebenarnya nulis surat buat lo. Secara hampir tiap hari kita bertukar cerita yang sebenarnya topiknya hampir sama. Keluhan, galau, sedih, senang, nyindir, buku, samyang murah, tempat makan hits, jodoh, sampai politik kita omongin. Ga bakal abis deh bahan obrolan, apa lagi kalau telepon atau temu.... Bisa dower bibir. Untung pulsa dan waktu menyelamatkan kita dari kedoweran.

So, sekarang mau bahas apa? Gue mau nanya aja deh. Kita bisa deket awalnya gara-gara apa ya? Perasaan pas SD cuma sekelas dua tahun dan ga pernah sebangku. Sekelompok pramuka juga ngga. SMP, SMA, kuliah ga bareng. Tahu kan gue pelupa. Tapi satu hal yang gue ingat adalah pas kelas 6 gue sedih banget terpisah dari lo (dan yang lain). Jadilah gue sering banget main ke kelas lo setiap istirahat.

Kenapa ya kita bisa awet temenan? Atau karena kita udah terbiasa ldr? Hahahahahahaha! Bahkan gue yang dulu ldr-an sama pacar aja bisa putus (walaupun dianya yang pengen putus, gue mah nerima aja. Ngapain juga jalanin hubungan yang salah satunya merasa tertekan, ye ga?). Kok jadi cur.....

Saking awetnya nih lo sampai menganggap gue belahan jiwa lo (sumpah ya ini gue merinding bin geli bin jijik ngetiknya!). Walaupun gue mau jijik kaya apa, tapi emang kita udah se-klop itu. Entah kita yang keseringan main bareng atau gimana, nasib aja bisa samaan. Sesama itu!
Ada baiknya sih dengan nasib kita yang sama ini. Kita bisa saling kasih semangat satu sama lain. Dan yang terkocak adalah kita bikin taruhan siapa yang mengubah status duluan hahahahahaha! Sempat kepikiran untuk nanti kita nikah satu pelaminan biar irit. Tapi sama jodohnya masing-masing. Kan lagi hits tuh nikah bareng-bareng. Emang kacau ya otak kita!

Satu pesan aja buat kita: semoga tetap bisa saling support sampai tua! Sudah banyak memori lebih dari 15 tahun yang kita bagi. Semoga akan tetap terus ada cerita lainnya sampai genap 20 tahun dan seterusnya.

Ga perlu panjang lebar dan kata-kata manis (because i'm not used to it. Mikirinnya aja udah merinding) buat menutup surat ini. Tapi lo pasti tahu seberapa berartinya lo buat gue atau gue buat lo (hoeeeeek.....).

Udah ah. Bye sista from another mother and father!

Sabtu, 11 Februari 2017

Dear O

Dear O,

Aku bingung harus membuka surat ini seperti apa. Terlalu banyak yang mau diungkapkan. Atau harus aku mulai dengan kalimat basa-basi seperti 'Apa kabar?'. Baiklah, aku mulai seperti itu saja.

Apa kabar? Bagaimana hari-harimu di sana? Sudah menemukan bule lucu buat aku?

Sebagai pembuka aku ingin mengucapkan banyak terima kasih karena walaupun kita terpisah benua tapi kamu tetap mau menampung berbagai ceritaku. Dari yang aneh sampai yang tidak penting. Sama saja ya? Hahahahaha.

Aku bersyukur sekali bisa bertemu dan akhirnya mempunyai sahabat seperti kamu. Beruntung karena kos kita dulu berdekatan. Menambah intensitas kita untuk saling bertemu atau ke kampus bersama. Jadilah kita dekat, bukan begitu?

Mungkin kamu tahu sendiri aku sulit nyaman bersama orang lain. Walaupun teman-teman kita menganggap aku dekat dengan banyak orang. Tapi dekat belum berarti nyaman. Dan denganmu aku merasa dekat dan nyaman untuk berbagi apa pun tanpa merasa segan atau malu. Aku pikir ini hal yang langka di umur pertemanan yang masih enam tahun. Karena banyak temanku yang sudah berhubungan lebih dari sepuluh tahun dan aku masih belum bisa membuka diri kepada mereka. Selamat ya kamu terpilih mendapatkan kepercayaanku!

Satu hal lagi yang aku syukuri, mendapat teman dengan hobi yang sama: sama-sama suka membaca novel. Sering kali kita mendiskusikan novel baru atau novel-novel lain yang kita miliki. Dan yang paling menyenangkan adalah ketika kita berburu tanda tangan dan foto bersama penulis. Aku masih ingat kita berlari dari lantai tiga hingga lantai satu untuk mendapatkan tanda tangan Kak W. Lalu mendatangi acara kampus yang mendatangkan tujuh (tapi yang datang cuma enam) penulis yang juga kita sukai novelnya, dan tentu saja kita berburu tanda tangan serta foto dengan mereka. Satu lagi, kamu menemaniku ke acara temu sapa penulis favoritku padahal kamu tidak suka tulisannya. Ya, selera novel kita cukup berbeda. Kamu suka dengan novel-novel sastra atau biasanya aku sebut novel berbahasa tinggi. Sedangkan aku lebih suka yang sederhana namun menyentuh.

Sudah sekitar enam bulan kamu di sana. Jarak ini membuat aku memikirkan banyak hal yang membuatku takut dan khawatir. Aku takut kamu menjauh dariku. Khawatir pula akan berkurang tempat ku berkeluh kesah dan berbagi bahagia. Bodoh ya aku mengkhawatirkan hal seperti ini. Padahal sudah terpisah jarak ribuan kilometer saja kamu masih mau mendengarkan ceritaku. Tidak seharusnya aku mengkhawatirkan hal seperti ini. Karena aku percaya kamu tidak akan berubah.

Terima kasih kamu sudah mau menjadi temanku. Maaf jika terkadang aku mengesalkan. Semangat dengan studimu (studiku juga). Semoga kita dapat menjaga pertemanan ini hingga kakek nenek ya. Jaga dirimu baik-baik! Kabari aku kapan pun kamu membutuhkan aku ;)

Jumat, 10 Februari 2017

Salahkan Saja Diary Sialan Itu

Eng.....

Halo.

Hai.

Hmm.....

*tarik napas dalam-dalam*

*buang perlahan*

Halo. Apa kabar? Maafkan diriku yang masih canggung ini untuk bercengkerama denganmu. Maaf, beribu-ribu maaf akan aku lontarkan bila dapat membuat hati ini tenang ketika berjumpa denganmu. Tapi sepertinya masih belum berhasil. Maafkan.

Satu harapku kepadamu adalah kita dapat kembali menjadi teman biasa seperti dulu. Yang dapat berbagi tawa canda. Dan sepertinya kamu juga memahami itu. Karena kamu mulai mengajakku berbicara ketika kita berjumpa tahun lalu. Aku berpikir inilah saatnya untuk memulai lembaran baru. Aku berusaha beradaptasi dengan keadaan kita. Aku harus bisa, pikirku. Tapi ternyata aku salah. Tunggu, jangan salahkan aku. Salahkan diary sialan itu.

Selepas bertemu denganmu, aku pulang ke rumah dengan hati lega. Ya, akhirnya kita dapat berteman kembali. Tapi kelegaan itu sirna ketika aku memulai membereskan kamar dan menemukan diaryku. Diary lama yang tidak lagi ku sentuh untuk mengubur semua perasaanku. Aku terlalu penasaran untuk tidak membuka diary itu. Akhirnya ku buka lembaran demi lembaran dan ku baca setiap halaman.

Mungkin ini yang dinamakan jangan bermain-main dengan masa lalu. Terlalu banyak kisah mendetail tentang kamu yang sudah ku lupakan. Tapi dasar diary sialan! Dia berhasil menguarkan kembali memori-memori itu dan mulai menyusup ke dalam hati.

Sesungguhnya apa yang tertulis di dalam diaryku bukanlah hal besar yang pernah kamu lakukan untukku. Semuanya hal kecil yang aku rasa kamu tidak akan sadar pernah melakukannya. Mulai dari mencariku untuk mengerjakan tugas bersama, memohon padaku untuk mengirimkan foto catatanku di tengah malam, mengerjakan tugas bersama hingga fajar karena mengejar deadline, memayungiku dengan tanganmu ketika hujan tiba-tiba turun, menemaniku kembali ke tempat teman-teman belajar karena sudah lewat tengah malam, dan hal kecil lain seperti ketika kamu duduk di sebelahku saat masih ada tempat lain yang bisa kamu tempati karena kamu tahu aku sedang menjauh darimu.

Sadar tidak sadar sebenarnya itu semua hanya hal biasa. Tapi karena semua dilakukan bersama denganmu aku jadi terbiasa. Terbiasa bersamamu yang notabene kita hanya teman biasa. Dan hanya aku yang berharap sesuatu yang luar biasa membahagiakan dapat terjadi di antara kita di saat kamu tidak pernah memberikan harapan itu.

Baiklah aku mengaku, ini semua salahku. Dan aku melimpahkan kesalahan ini pada diary tua. Sungguh, aku tidak ingin mengakui ini. Tapi nyatanya adalah bahwa aku pernah sangat menyayangimu sepenuh hatiku. Maaf jika aku membuatmu tidak nyaman. Aku juga tidak dapat memastikan perasaanku saat ini. Karena aku sendiri tidak ingin lagi memendam perasaan itu. Hanya akan membuatku merana. Karena kamu sudah menentukan pilihan.

Lalu apa tujuanku menuliskan surat ini padamu? Aku memerlukan bantuanmu. Ya, untuk mengentaskan segala perasaan ini. Itu kan yang kamu mau? Saat ini mungkin kita masih saling tidak nyaman satu sama lain. Tapi ku harap pertemuan selanjutnya kita dapat menata kembali hubungan kita (tentu saja sebagai teman, aku tidak akan berharap lebih). Sapalah aku seperti teman-teman yang lain. Jangan ragu untuk melepas senyum indahmu itu untukku. Aku juga akan membalasnya sebaik-baiknya. Sebagai teman. Ya, teman. 

Dan satu hal lagi, aku akan membakar diary sialan ini. Akan aku hapuskan semua jejak yang dapat mengingatkan aku tentang kamu di masa lalu. Tidak akan ku biarkan lagi kamu memenuhi relung hatiku. Karena tiada guna pula untukku. 

Kamu siap kan membantuku? Teman juga masih dapat saling membantu loh. Aku harap kamu bersedia. Entahlah bila harapanku yang ini pun akan sia-sia pula. Mungkin aku benar-benar harus menghilang dari lingkaran pertemanan kita.

Ya sudah. Jaga dirimu baik-baik. Semoga kamu selalu berbahagia dengan dirinya. Bye teman!

Kamis, 09 Februari 2017

Kepada Hati

Kepada yang tersayang,

Aku menuliskan surat ini sebagai ultimatum untuk dirimu agar tidak mudah terpancing dengan hati yang lain. Karena kita adalah satu. Dan aku yang paling mengerti kamu.

Aku tahu kamu sering merasa kehilangan. Ditinggalkan dan meninggalkan mungkin sudah menjadi santapan sehari-harimu. Kamu pikir kamu mulai terbiasa. Tapi ternyata kamu salah, kamu malah menjadi lebih sensitif.

Ada yang memberi sedikit perhatian, kamu mulai berharap. Ada yang tidak menganggapmu dekat, kamu kesal sampai ke ubun-ubun. Kamu tahu apa akibat dari rasa sensitifmu itu? Hanya penyakit yang timbul! Kamu bisa jadi darah tinggi dan maag karena tidak nafsu makan akibat perlakuan yang tidak kau sukai. Eh sebentar, ralat, bukan kamu yang merasakan sakit, tapi aku!

Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Jodoh sudah ada yang mengatur. Sahabat juga akan bertahan jika memang benar dia menganggapmu sahabatnya pula. Lebih baik buka mata, pandangi sekitar. Masih ada yang sayang padamu. Siapa? Kamu tidak sadar juga? Keluarga!

Cobalah lebih menyayangi keluargamu. Mereka yang akan selalu pasang badan pertama setiap kamu kesulitan. Bukalah dirimu lebih lebar terhadap mereka. Jangan hanya kau anggap sebelah mata.

Selain itu ada satu lagi. Allah SWT. Tuhan yang menciptakanmu hingga kau ada. Yang membuat kamu dapat merasakan semua yang kau rasakan dari kau terbentuk hingga sekarang. Dan Dia-lah yang menjagamu, atau aku tepatnya, sampai sekarang dalam keadaan sehat.

Jadi, hatiku tersayang, bersabarlah. Mungkin saat ini belum waktu yang tepat untuk bertemu jodohmu. Tapi masih banyak yang menyayangimu. Jangan mencari yang jauh, tapi mendekatlah dengan yang ada di sekitarmu, yang ada di depan matamu, atau mataku. Suatu saat nanti pasti luka-lukamu akan segera sembuh dari rasa cinta dan kasih sayang yang diberikan mereka.

Tetaplah cerah ceria. Dan sebarkan kebahagiaan kepada orang-orang. Mari kita berusaha bersama! Karena kita satu, wahai hatiku :)

Rabu, 08 Februari 2017

Rindu yang Tak Akan Berakhir

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Kurang dari seminggu lagi sudah delapan bulan kita berpisah. Meninggalkan duka yang mendalam dan tak ada yang dapat menggantikan. Allah SWT menjemputmu tiba-tiba tanpa pesan dan pertanda. 

Papa, apa kabar? Adek sangat rindu dengan Papa. Mengingat Papa saja selalu membuat Adek meneteskan air mata, saking rindunya. Bahkan sekarang pun, saat menuliskan surat ini.

Papa tidak kesepian kan? Sudah bertemukah dengan kakek nenek juga adik-adik Papa? Semoga Papa tidak merasa kesepian sampai nanti kami semua akan menyusul Papa. Kita pasti bertemu lagi ya Pa di tempat yang paling indah.

Pa, Adek selalu rindu Papa. Masih melekat jelas dalam pikiran Adek tentang apa yang terjadi pada 13 Juni 2016 lalu. Kala itu masih di awal bulan Ramadhan. Biasanya setiap pukul 02.00 WIB selalu ada pesan Papa di grup Whatsapp hanya untuk menyapa keluarga dan kerabat dan sedikit memberi ilmu agama dari apa yang Papa dapat. Kemudian pukul 03.00 WIB Papa pasti membangunkan Mama untuk menyiapkan sahur. Tapi hari itu berbeda.

Adek orang pertama yang bangun di rumah, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 04.00 WIB. Adek bangun dan bingung. Bolak-balik Adek lihat smartphone Adek merasa ada yang aneh. Biasanya setiap bangun tidur notifikasi Whatsapp sudah banyak dan selalu diawali oleh pesan dari Papa, tapi hari itu tidak ada sama sekali. Firasat Adek buruk.

Keluar dari kamar, rumah masih gelap gulita. Belum ada yang bangun. Mama belum memasak. Papa belum nonton tv. Turunlah Adek menuju kamar di mana Mama tidur (karena Papa ga kuat dingin jadi tidurnya pisah sama Mama beberapa tahun terakhir ini). Adek bangunkan Mama untuk menanyakan sahur atau tidak karena sudah pukul 04.00 WIB. Mama pun bangun dengan kaget, kenapa Papa tidak membangunkan Mama seperti biasanya. Akhirnya Mama bangun terburu-buru langsung menuju dapur dan Adek diberi tugas untuk membangunkan Papa. Sampai di depan kamar Papa, Adek berhenti, sedikit enggan untuk membuka pintu.

Adek takut Pa. Adek tidak mau firasat Adek benar. Adek tidak mau apa yang Adek pikirkan benar terjadi. Lantai di sekitar pintu Papa begitu dingin, tanda Papa tidak mematikan AC dalam waktu lama. Sedangkan Papa tidak pernah seperti itu. Dingin sedikit saja pasti sudah Papa matikan. AC hanya untuk mengademkan kamar Papa saja. Tapi saat itu benar-benar dingin terasa sampai keluar kamar Papa. Mau tidak mau Adek harus membuka kamar Papa untuk membuktikan yang Adek pikirkan salah. Namun ternyata....

Adek melihat Papa tidur pulas dengan keadaan terlentang, lurus, dan tangan di samping tubuh. Adek langsung histeris Pa. Adek tidak pernah lihat Papa tidur dengan posisi yang begitu bagus. Papa biasanya tidur dengan posisi meringkuk, karena tulang belakang Papa terasa sakit bila tidur terlentang. Adek langsung menangis dan berteriak memanggil Mama. Lalu setelahnya kejadian begitu cepat, orang-orang berkumpul di rumah untuk mendoakan Papa, kemudian mengantarkan Papa ke tempat peristirahatan terakhir.

Hampa Pa rasanya. Seperti hati ini ada yang hilang. Tapi di satu sisi Adek lega, Papa tidak perlu lagi bolak-balik rumah sakit dan memakan obat-obatan yang begitu banyak untuk menjaga Papa tetap fit. Dan akhirnya Papa tahu kan kalau kita semua sayang Papa?

Semenjak Papa sudah tidak lancar berjalan lagi akibat parkinson, Adek melihat Papa menjadi pemurung.  Papa jadi gampang marah dan berpikiran negatif. Sedih Pa Adek lihat Papa seperti itu. Dan sering kali Papa menjadi berpikir tidak ada lagi yang sayang Papa. Sakit hati Adek Pa setiap Papa berkata demikian.

Maaf Pa, mungkin Adek, Mama, dan kakak-kakak sekalian tidak bisa menunjukkan secara langsung rasa sayang kami pada Papa sampai Papa merasa seperti itu. Tapi kami semua sedih, menangis, ketika Papa pergi. Semua merasa kehilangan. Itu karena semua sayang Papa.

Adek sampai mengorbankan waktu kuliah Adek untuk menemani Papa ke mana pun. Karena Papa, juga Mama, sangat bergantung dengan Adek walaupun ada Kakak juga di rumah yang dapat dimintai tolong. Adek tidak mampu menolak permintaan Papa, karena Adek takut akan kehilangan Papa dan tidak bisa menemani lagi.

Tapi maaf Pa, Adek belum bisa membuat Papa bahagia. Pikiran Adek terpecah dan akhirnya tidak bisa fokus menyelesaikan kuliah saat Papa masih ada. Doakan ya Pa tahun ini selesai. Biar Papa bisa lihat Adek wisuda dari tempat Papa berada.

Maaf Pa suratnya jadi panjang. Karena Adek selalu rindu Papa. Rindu ini tidak akan berakhir sampai kita bertemu kembali. Sebenarnya masih banyak yang ingin Adek ceritakan. Tapi nanti Papa malah bosan karena Adek mengulang terus cerita ini. Maaf Pa, karena kenangan itu yang sangat teringat jelas oleh Adek. Dahulu kita juga tidak banyak membuat kenangan bersama. Itu yang membuat Adek sedih dan semakin rindu dengan Papa.

Sekarang, Adek hanya bisa mengirimkan doa untuk Papa. Doa yang merangkap peluk cium untuk Papa seorang. Semoga Papa sudah bahagia dan tenang di sana.

Sampai bertemu lagi ya Pa di tempat ciptaan Allah SWT yang paling indah bersama dengan yang lainnya. Adek sayang Papa selalu.

Al-Fatihah....