Rabu, 08 Februari 2017

Rindu yang Tak Akan Berakhir

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Kurang dari seminggu lagi sudah delapan bulan kita berpisah. Meninggalkan duka yang mendalam dan tak ada yang dapat menggantikan. Allah SWT menjemputmu tiba-tiba tanpa pesan dan pertanda. 

Papa, apa kabar? Adek sangat rindu dengan Papa. Mengingat Papa saja selalu membuat Adek meneteskan air mata, saking rindunya. Bahkan sekarang pun, saat menuliskan surat ini.

Papa tidak kesepian kan? Sudah bertemukah dengan kakek nenek juga adik-adik Papa? Semoga Papa tidak merasa kesepian sampai nanti kami semua akan menyusul Papa. Kita pasti bertemu lagi ya Pa di tempat yang paling indah.

Pa, Adek selalu rindu Papa. Masih melekat jelas dalam pikiran Adek tentang apa yang terjadi pada 13 Juni 2016 lalu. Kala itu masih di awal bulan Ramadhan. Biasanya setiap pukul 02.00 WIB selalu ada pesan Papa di grup Whatsapp hanya untuk menyapa keluarga dan kerabat dan sedikit memberi ilmu agama dari apa yang Papa dapat. Kemudian pukul 03.00 WIB Papa pasti membangunkan Mama untuk menyiapkan sahur. Tapi hari itu berbeda.

Adek orang pertama yang bangun di rumah, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 04.00 WIB. Adek bangun dan bingung. Bolak-balik Adek lihat smartphone Adek merasa ada yang aneh. Biasanya setiap bangun tidur notifikasi Whatsapp sudah banyak dan selalu diawali oleh pesan dari Papa, tapi hari itu tidak ada sama sekali. Firasat Adek buruk.

Keluar dari kamar, rumah masih gelap gulita. Belum ada yang bangun. Mama belum memasak. Papa belum nonton tv. Turunlah Adek menuju kamar di mana Mama tidur (karena Papa ga kuat dingin jadi tidurnya pisah sama Mama beberapa tahun terakhir ini). Adek bangunkan Mama untuk menanyakan sahur atau tidak karena sudah pukul 04.00 WIB. Mama pun bangun dengan kaget, kenapa Papa tidak membangunkan Mama seperti biasanya. Akhirnya Mama bangun terburu-buru langsung menuju dapur dan Adek diberi tugas untuk membangunkan Papa. Sampai di depan kamar Papa, Adek berhenti, sedikit enggan untuk membuka pintu.

Adek takut Pa. Adek tidak mau firasat Adek benar. Adek tidak mau apa yang Adek pikirkan benar terjadi. Lantai di sekitar pintu Papa begitu dingin, tanda Papa tidak mematikan AC dalam waktu lama. Sedangkan Papa tidak pernah seperti itu. Dingin sedikit saja pasti sudah Papa matikan. AC hanya untuk mengademkan kamar Papa saja. Tapi saat itu benar-benar dingin terasa sampai keluar kamar Papa. Mau tidak mau Adek harus membuka kamar Papa untuk membuktikan yang Adek pikirkan salah. Namun ternyata....

Adek melihat Papa tidur pulas dengan keadaan terlentang, lurus, dan tangan di samping tubuh. Adek langsung histeris Pa. Adek tidak pernah lihat Papa tidur dengan posisi yang begitu bagus. Papa biasanya tidur dengan posisi meringkuk, karena tulang belakang Papa terasa sakit bila tidur terlentang. Adek langsung menangis dan berteriak memanggil Mama. Lalu setelahnya kejadian begitu cepat, orang-orang berkumpul di rumah untuk mendoakan Papa, kemudian mengantarkan Papa ke tempat peristirahatan terakhir.

Hampa Pa rasanya. Seperti hati ini ada yang hilang. Tapi di satu sisi Adek lega, Papa tidak perlu lagi bolak-balik rumah sakit dan memakan obat-obatan yang begitu banyak untuk menjaga Papa tetap fit. Dan akhirnya Papa tahu kan kalau kita semua sayang Papa?

Semenjak Papa sudah tidak lancar berjalan lagi akibat parkinson, Adek melihat Papa menjadi pemurung.  Papa jadi gampang marah dan berpikiran negatif. Sedih Pa Adek lihat Papa seperti itu. Dan sering kali Papa menjadi berpikir tidak ada lagi yang sayang Papa. Sakit hati Adek Pa setiap Papa berkata demikian.

Maaf Pa, mungkin Adek, Mama, dan kakak-kakak sekalian tidak bisa menunjukkan secara langsung rasa sayang kami pada Papa sampai Papa merasa seperti itu. Tapi kami semua sedih, menangis, ketika Papa pergi. Semua merasa kehilangan. Itu karena semua sayang Papa.

Adek sampai mengorbankan waktu kuliah Adek untuk menemani Papa ke mana pun. Karena Papa, juga Mama, sangat bergantung dengan Adek walaupun ada Kakak juga di rumah yang dapat dimintai tolong. Adek tidak mampu menolak permintaan Papa, karena Adek takut akan kehilangan Papa dan tidak bisa menemani lagi.

Tapi maaf Pa, Adek belum bisa membuat Papa bahagia. Pikiran Adek terpecah dan akhirnya tidak bisa fokus menyelesaikan kuliah saat Papa masih ada. Doakan ya Pa tahun ini selesai. Biar Papa bisa lihat Adek wisuda dari tempat Papa berada.

Maaf Pa suratnya jadi panjang. Karena Adek selalu rindu Papa. Rindu ini tidak akan berakhir sampai kita bertemu kembali. Sebenarnya masih banyak yang ingin Adek ceritakan. Tapi nanti Papa malah bosan karena Adek mengulang terus cerita ini. Maaf Pa, karena kenangan itu yang sangat teringat jelas oleh Adek. Dahulu kita juga tidak banyak membuat kenangan bersama. Itu yang membuat Adek sedih dan semakin rindu dengan Papa.

Sekarang, Adek hanya bisa mengirimkan doa untuk Papa. Doa yang merangkap peluk cium untuk Papa seorang. Semoga Papa sudah bahagia dan tenang di sana.

Sampai bertemu lagi ya Pa di tempat ciptaan Allah SWT yang paling indah bersama dengan yang lainnya. Adek sayang Papa selalu.

Al-Fatihah....

2 komentar:

  1. Semoga Papamu bahagia dan senang dapat surat manis dari kamu :")

    BalasHapus
  2. Semoga Papamu bahagia dan senang dapat surat manis dari kamu :")

    BalasHapus