Sabtu, 11 Februari 2017

Dear O

Dear O,

Aku bingung harus membuka surat ini seperti apa. Terlalu banyak yang mau diungkapkan. Atau harus aku mulai dengan kalimat basa-basi seperti 'Apa kabar?'. Baiklah, aku mulai seperti itu saja.

Apa kabar? Bagaimana hari-harimu di sana? Sudah menemukan bule lucu buat aku?

Sebagai pembuka aku ingin mengucapkan banyak terima kasih karena walaupun kita terpisah benua tapi kamu tetap mau menampung berbagai ceritaku. Dari yang aneh sampai yang tidak penting. Sama saja ya? Hahahahaha.

Aku bersyukur sekali bisa bertemu dan akhirnya mempunyai sahabat seperti kamu. Beruntung karena kos kita dulu berdekatan. Menambah intensitas kita untuk saling bertemu atau ke kampus bersama. Jadilah kita dekat, bukan begitu?

Mungkin kamu tahu sendiri aku sulit nyaman bersama orang lain. Walaupun teman-teman kita menganggap aku dekat dengan banyak orang. Tapi dekat belum berarti nyaman. Dan denganmu aku merasa dekat dan nyaman untuk berbagi apa pun tanpa merasa segan atau malu. Aku pikir ini hal yang langka di umur pertemanan yang masih enam tahun. Karena banyak temanku yang sudah berhubungan lebih dari sepuluh tahun dan aku masih belum bisa membuka diri kepada mereka. Selamat ya kamu terpilih mendapatkan kepercayaanku!

Satu hal lagi yang aku syukuri, mendapat teman dengan hobi yang sama: sama-sama suka membaca novel. Sering kali kita mendiskusikan novel baru atau novel-novel lain yang kita miliki. Dan yang paling menyenangkan adalah ketika kita berburu tanda tangan dan foto bersama penulis. Aku masih ingat kita berlari dari lantai tiga hingga lantai satu untuk mendapatkan tanda tangan Kak W. Lalu mendatangi acara kampus yang mendatangkan tujuh (tapi yang datang cuma enam) penulis yang juga kita sukai novelnya, dan tentu saja kita berburu tanda tangan serta foto dengan mereka. Satu lagi, kamu menemaniku ke acara temu sapa penulis favoritku padahal kamu tidak suka tulisannya. Ya, selera novel kita cukup berbeda. Kamu suka dengan novel-novel sastra atau biasanya aku sebut novel berbahasa tinggi. Sedangkan aku lebih suka yang sederhana namun menyentuh.

Sudah sekitar enam bulan kamu di sana. Jarak ini membuat aku memikirkan banyak hal yang membuatku takut dan khawatir. Aku takut kamu menjauh dariku. Khawatir pula akan berkurang tempat ku berkeluh kesah dan berbagi bahagia. Bodoh ya aku mengkhawatirkan hal seperti ini. Padahal sudah terpisah jarak ribuan kilometer saja kamu masih mau mendengarkan ceritaku. Tidak seharusnya aku mengkhawatirkan hal seperti ini. Karena aku percaya kamu tidak akan berubah.

Terima kasih kamu sudah mau menjadi temanku. Maaf jika terkadang aku mengesalkan. Semangat dengan studimu (studiku juga). Semoga kita dapat menjaga pertemanan ini hingga kakek nenek ya. Jaga dirimu baik-baik! Kabari aku kapan pun kamu membutuhkan aku ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar