Minggu, 20 Januari 2013

Part 5

"Sudah lama ya kita ga ngobrol bareng disini," Putra membuka awal keheningan yang memerangkap kita berdua.

Disini, gazebo di halaman belakang rumahku, merupakan tempat favorit aku dan Putra setiap kali Putra main ke rumahku. Hanya sekedar ngobrol panjang ngalor-ngidul dihiasi tawa dan rasa bahagia yang kami lakukan disini. Semenjak Putra pindah, aku hampir selalu mendatangi tempat ini, hanya untuk melamun, mendengarkan musik, atau membaca novel. Terlanjur nyaman tapi tetap merasa sepi karena tidak ada Putra yang menemani.

"Kon?" sapa Putra kembali sembari menoleh menghadapku karena aku tidak merespon kata-katanya, tenggelam dalam nostalgia dengannya.

"Eh, iya Put?" gelagapku salah tingkah.

"Hahaha, kamu kenapa? Kok bengong gitu? Ga suka ya ada aku disini?" tanya Putra sambil memperlihatkan muka sedihnya yang selalu terlihat menggemaskan di hadapanku.

"Ngga kok Put, aku seneng banget bisa ketemu kamu lagi. Aku juga sering banget duduk di gazebo ini sendirian sambil berharap kamu bisa nemenin aku. Dan hari ini doaku terkabul," ucapku seiring tersenyum.

Entah mengapa bukanlah wajah ceria Putra yang kudapatkan, bahkan kegusaran timbul di wajahnya.

"Put, kamu kenapa?" aku mulai khawatir dengan perubahan rona wajahnya yang mulai memucat.

"Eng, aku gapapa kok," jawab Putra sembari menggelengkan kepalanya.

"Sudah hampir 3 tahun ya kita ga ketemu, pasti ada banyak cerita deh dari kamu," berusaha mengusir perkataan Reyna semalam, namun malah semakin terngiang jelas dalam pikiran untuk menanyakan banyak hal pada Putra.

"Biasa aja kok Kon, kan aku pindah masih di Jakarta juga, pasti ga jauh beda sama kehidupan kamu disini. Aneh ya masih sama-sama tinggal di Jakarta tapi kita ga pernah ketemu," kata-kata tersebut meluncur dengan lancar dari mulut Putra sedangkan entah mengapa perasaanku mulai tidak enak.

"Mungkin kamu yang tidak berusaha untuk menghubungiku."

Dengan wajah menyiratkan rasa bersalah Putra menjawab, "Maafin aku ga ngasih tahu nomer baru aku ke kamu, karena aku juga bingung gimana caranya tahu nomer kamu sedangkan semua nomer yang aku punya hilang."

"Bunda punya nomer aku, bahkan nomer telepon rumah juga pasti Bunda ada kan?" pertanyaanku hanya dijawab oleh angin dan Putra yang tertunduk. Hening pun kembali meliputi.

"Kamu sudah punya pacar?" pertanyaan tersebut akhirnya terlontarkan seketika dan hati mulai gelisah menunggu jawabannya.

Putra memandangku dengan tatapan yang cukup tajam hingga rasanya mengiris hatiku, "Kenapa kamu menanyakan hal itu?"

"Apakah itu pertanyaan yang aneh untuk ditanyakan pada anak seumuran kita?" tanyaku membalas pertanyaan Putra.

"Aku..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar