Kamis, 17 Januari 2013

Part 4

Entah mengapa aku merasa hari ini begitu panjang. Menunggu bunyi bel pertanda sekolah telah usai rasanya seperti menunggu siput mengelilingi lapangan sepak bola. Selama di sekolah pikiranku tidak fokus, antara masih memikirkan isi pesan yang dikirimkan Zara dan kata-kata yang dilontarkan Reyna tadi malam.

Hari ini terasa semakin menyebalkan ketika aku harus meladeni Mike dengan sejuta ajakan yang dia tawarkan kepadaku. Terkadang risih juga ditempeli orang yang menyukai kita tanpa peduli perasaan orang yang bersangkutan. Dengan lelah dan sedikit emosi, aku menolak seluruh ajakan Mike. Aku hanya ingin pulang dan tidur.

"Aku pulang," kataku sesampai di rumah sembari membuka gerbang depan.

"Masuk Nak, ini ada tamu istimewa sudah datang dari jauh," Ibu menyambutku dengan penuh kegembiraan. Kulihat di depan pintu terdapat dua pasang sepatu yang tidak terlihat familier, sepasang sepatu wanita dengan hak rendah dan sepasang sneakers merah.

"Siapa Bu?" tanyaku dengan heran. Ibu tidak menjawab pertanyaanku, malah mendorongku masuk ke dalam rumah.

"Wah, cah ayu semakin ayu saja ya Jeng," suara seorang wanita paruh baya yang sudah tidak asing lagi kudengar.

Aku membelalakan mata melihat Bunda, ibu Putra, sedang duduk di ruang tamu menampilkan wajah cerahnya yang masih terlihat muda.

"Bundaaaaaaaa!" teriakku sembari menghampiri Bunda dan memeluk beliau dengan eratnya.

"Bunda apa kabar? Sama siapa Bun kesini? Sampai kapan Bunda tinggal disini? Nginep di rumah aja ya Bun, kangen banget sama Bunda," cerocosku tidak memberikan kesempatan buat Bunda untuk menjawab semua pertanyaanku.

"Neng, kasian atuh si Bunda kamu gelendotin gitu dan langsung dijejelin pertanyaan gitu sama kamu. Ke kamar dulu sana, ganti baju sekalian beberes. Ga enak atuh diliatin sama si Kasep," kata Ibu yang menyadarkanku bahwa aku baru sampai dari perjalanan yang ditemani oleh sengatan matahari dan menghasilkan peluh dimana-mana.

Tunggu sebentar... Ibu bilang ga enak sama si Kasep? Si Kasep???

Terlonjak aku langsung melepaskan pelukanku dari Bunda dan melihat sosok di sebelah pintu masuk yang tidak kusadari sudah berada disana sedari tadi. Sosok tersebut hanya tersenyum melihat tingkahku. Ya, si Kasep kata Ibu adalah Putra. Salah tingkah aku dibuatnya.

"Oh, eng... Hai Put," sedikit bengong dicampuri bingung apa yang harus dilakukan tergambar jelas di mukaku.

"Kok kamu malah bengong disitu, ayo ke kamar dulu baru nanti ngobrol-ngobrol lagi," pinta Ibu kedua kalinya.

"Iya Bu. Bun, Put aku ke kamar dulu ya," jawabku lalu menuju kamar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar