Sabtu, 13 Februari 2021

Semoga Mama Lekas Pulih

Semakin jarang aku menulis untukmu, sebab semakin banyak yang aku pikirkan. Satu setengah bulan tidak berkomunikasi denganmu kupikir akan membuat aku terbiasa. Nyatanya tidak juga. 

Lagi-lagi kupikir memberikan ucapan selamat dan doa di hari ulang tahunmu adalah hal yang wajar, serta sebagai bentuk pernyataan bahwa aku baik-baik saja. Nyatanya, jauh sebaliknya. Aku menanti percakapan panjang, untuk sekadar tahu kabarmu seperti apa. 

Tuhan Yang Maha Membolak-balikkan Hati paham betul bagaimana aku. Ia hanya menjadikan diriku apa adanya, diriku yang mudah khawatir dengan orang yang disayang. Sampai akhirnya setelah umurmu tepat bertambah satu tahun, kamu memposkan sesuatu di media sosialmu yang membuatku penuh pertanyaan. Siapa? Mengapa? Bagaimana bisa? Dan pertanyaan lainnya yang kuredam dalam hati dan hanya digantikan dengan sebuah kata, "Sakit?"

Terima kasih kamu masih bersedia menjawabnya daripada kelak kepalaku sakit memikirkan yang tidak-tidak. Jawabanmu saja sudah menjadi berkas baru untuk dipikirkan dalam otakku sampai detik ini.

Maaf ya aku masih belum terbiasa untuk tidak memikirkanmu. Malah aku merasa memori tentangmu adalah candu. Semakin kugali mengapa aku dapat memikirkanmu sampai seperti ini. Padahal kenangan bersama pun tak banyak. Tetapi percakapan intens yang sedikit itu sepertinya melekat dalam jiwa.

Rasanya yang dapat membuat aku berhenti melakukan ini hanya kamu. Iya, kamu. Kamu yang harus mengatakan sejujur-jujurnya di depan mataku bahwa kamu tidak membutuhkanku, bahwa kamu tidak mencintaiku, bahwa kamu tidak pernah ada rasa denganku. Barulah aku akan terbebas dari rasa penasaran dan benar-benar membuka mata, serta hati, untuk yang lain. 

Sekali lagi aku minta maaf atas ketidaknyamanan yang aku buat. Ini buah dari kekhawatiran tak berujung yang hanya berputar dalam kepala saja. Satu hal lagi, semoga Mama lekas pulih. Semoga kamu tidak perlu merasakan kelam yang pernah aku rasa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar