Sabtu, 13 Desember 2014

Semoga Tidak Gila dan Nekat

Saya benar-benar tidak sanggup lagi setiap hari harus mendengar suara-suara keras dan dengan nada tinggi yang keluar dari mulut orang-orang yang sama. Entah mengapa mereka harus berselisih setiap harinya.

Sesungguhnya saya senang mendengar suara keras. Maksud saya lagu-lagu yang keras. Seperti lagu rock dan lagu-lagu yang sering diputar di klub. Sering saya mendengarkan lagu-lagu dengan headphone dan memasang volume maksimal. Tujuan saya melakukannya hanya untuk menutupi suara keras yang bersumber langsung dari manusia-manusia yang tinggal bersama dengan saya. Setidaknya saya bisa pura-pura tidak dengar atau ikut berteriak sambil menyanyikan lagu yang berkumandang di telinga saya untuk menutupi kekesalan saya oleh ulah mereka.

Kekesalan saya mulai muncul ketika terdengar suara manusia yang mulai meninggi. Bukan karena mereka sedang menyanyi dan sedang berusaha melakukan falseto. Tapi karena mereka marah-marah. Marah-marah karena sebab yang kecil. Beberapa penyebabnya antara lain karena tidak ingin merasa bersalah, merasa teraniaya atau tidak ada orang yang sependapat dengannya, salah paham, dan lain-lain.

Saya juga mulai membenci, bukan hanya tidak suka, suara-suara keras yang dihasilkan oleh benda-benda di sekitar saya akibat dari ulah manusia-manusia yang tinggal bersama saya, misalnya suara bantingan pintu, atau suara klakson yang menderu. Bisa dengan mudahnya emosi saya naik.

Dan ada lagi yang membuat saya muak akhir-akhir ini. Sikap manusia yang hanya ingin diperhatikan namun tidak berusaha untuk memperhatikan orang lain. Ingin didengarkan tapi tidak ingin mendengar orang lain. Oleh karenanya, apa pun yang saya lakukan akan selalu salah di matanya. Maksud hati ingin memberikan waktu istirahat agar tidak terlalu lelah karena setiap hari berpergian malah dianggap tidak sayang lagi dan tidak ingin menemani.

Hal memuakkan lainnya adalah diberi tahu hal yang sama berulang-ulang untuk melakukan sesuatu. Saya muak. Seperti tidak dipercaya dan dianggap tidak punya otak untuk melakukan hal itu. Padahal sebaliknya, saya sudah melakukannya sebelum hal itu diberitahukan. Entahlah, mungkin dipengaruhi nada suara yang tidak enak ketika pesan itu disampaikan membuat saya merasa direndahkan.

Hal-hal tersebut yang akhir-akhir ini membuat saya sakit kepala. Benar-benar sakit kepala yang menyakitkan. Berharap ini bukan menjadi awal suatu penyakit keras yang tidak ada penyembuhnya.

Saya juga berharap saya tidak gila. Karena harus terkurung dalam keadaan yang sama dalam waktu yang tak bisa ditentukan sampai kapan. Mungkin seumur hidup. Tak tahu juga. Atau mungkin saya sudah gila dari sebelum saya menuliskan hal ini.

Entah apa tujuan saya di sini. Mungkin hanya untuk membagi beban di otak. Orang bilang kalau menceritakan masalah ke orang lain maka beban yang terasa akan semakin ringan. Semoga saja setelah ini sakit kepala saya semakin berkurang. Jangan sampai membuat saya kehilangan akal sehat dan akhirnya saya memutuskan untuk....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar