Selasa, 10 September 2013

Sakit Memang, Tapi...

Semalam, perasaanku begitu hancur berantakan. Menyadari bahwa kau telah menyukai teman baikmu saja sudah cukup mencengangkan. Ditambah teman baikmu itu curhat denganmu sedang menyukai seseorang. Lalu orang itu adalah temanmu sendiri. Kalau di kartun-kartun biasanya adegannya berlatar belakang hitam penuh garis pertanda muram dengan posisi terpuruk kemudian sanggahan tempat berpijak runtuh dan terjatuhlah kita. Benar-benar separah itu perasaanku semalam.

Tidak berhenti disitu, sebelumnya si hati telah merasakan keretakan yang membuatnya perih. Lelaki pujaan terlihat telah memiliki pujaan hati. Padahal posisinya saat itu aku dapat dekat dengannya walaupun membutuhkan proses yang panjang.

Rasanya semalam bendungan air mataku ingin jebol. Namun perasaanku sendiri mengatakan, "Umur sudah 20, apa gunanya menangisi kehidupan duniawi, apalagi hanya karena masalah hati. Ke mana dirimu yang luar biasa tegar itu?"

Serentak air mataku tertahan dan teringat akan sesuatu. Teringat perkataan seseorang yang bertanya, "Kok bisa sih?" Maksudnya adalah kok bisa sih hati telah disakiti tapi tetap bergeming. Dan akhir-akhir ini pertanyaan itu sering terucap dari beberapa relasi (tak mau bilang teman karena mungkin mereka tidak menganggapku demikian).

Pertanyaan itu selalu kujawab dengan sederhana, "Memangnya aku harus bagaimana?" Kalau pasanganku ingin menyudahi hubungannya aku harus berbuat apa? Kalau orang yang kusukai juga disukai orang lain apa yang harus kulakukan? Atau kalau orang yang kusukai ternyata menyukai temanku sendiri aku harus marah? Menangis? Atau bunuh diri?

Semua tindakan itu tidak akan menyelesaikan apa yang sudah dipicu. Lebih baik dipikirkan matang-matang dan katakan apa yang ingin dikatakan. Tidak baik memaksakan perasaan sendiri terhadap orang lain. Adanya hanya lelah yang didapat. Dan tanggapan orang-orang yang bertanya itu selalu menyambut jawabanku dengan, "Kamu hebat."

Sedikit bangga dan senang ketika tindakanku dihargai demikian. Namun, sakit hati terus terasa, dan ini akan berdampak pada perilaku sehari-hari yang tidak terlihat oleh mata orang lain. Sakit memang, tapi apa mau dikata, apa mau diperbuat. Begitulah adanya jalan hidupku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar