Sabtu, 17 Mei 2014

Bersyukur akan Ujian atau Kebahagiaan

Hari ini aku bersyukur kepada Tuhan yang memberikan aku kesempatan dapat bertemu denganmu. Dapat menjadi salah satu teman terdekat yang masih selalu ada di kala aku membutuhkan. Mungkin menurutmu aku berlebihan, tapi jujur saja kalau kamu tidak menemaniku saat itu mungkin aku akan sangat tertekan menghadapi suatu masalah yang ada.

Bersyukur kembali terhadap takdir yang Tuhan berikan terhadapku dengan berbagai macam kebetulan yang begitu membahagiakan hatiku. Ya, adanya kamu di sela-sela kehidupanku, yang tak ku pungkiri, ini terlalu kebetulan. Seperti Tuhan telah menggariskannya untukku dan membisikkan aku bahwa kamu yang akan menemaniku di sepanjang hari, jadi aku tidak patut bersedih karena ada kamu yang menemaniku, selain Tuhan.

Memang benar aku bahagia. Bagaimana tidak bahagia ketika seseorang yang sangat disayangi selalu menemani di setiap kegiatan. Namun, bahagia ini tidak murni. Karena aku tidak bisa memilikimu. Saat ini. Entah nanti. Entah lusa. Entah esok.

Sakit. Benar-benar sakit jika aku sadar kamu memang hanya bisa ku jadikan seorang teman. Untuk memberikanmu predikat sahabat saja aku tak mampu. Karena aku takut ingin memilikimu seutuhnya. Dan kenyataannya saja di dalam matamu tidak pernah ada aku, tapi dia.

Sering kali aku bertanya pada Tuhan, apakah ini ujian untukku? Terlalu menyayangi seseorang yang telah memiliki orang yang ia sayangi. Pertanyaan kedua yang muncul, lalu aku harus apa? Selanjutnya pun aku memiliki pertanyaan apakah yang ku perbuat ini benar? Hingga akhirnya aku bertanya apa jawaban di balik ini semua? Dan tentu saja jawaban untuk seluruh pertanyaan ku hanya akan terjawab oleh waktu.

Oleh karena itu, karena Tuhan telah memberikan waktu yang cukup sering untuk ku habiskan denganmu, tidak ada salahnya apabila aku memanfaatkan waktu itu, bukan? Kamu tidak keberatan, kan? Tapi, sepenuhnya aku masih berharap bahwa bayangan di dalam matamu adalah aku, bukan dia, atau siapa pun.

Maaf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar