Senin, 13 Desember 2010

11 Desember 2010

Aku sangat menantikan hari ini. Hari dimana aku bisa menjadi seorang gadis biasa dalam romansa kehidupan. Hari ini aku tidak hanya akan bertemu di dunia maya. Tapi akan bertemu secara nyata.

Menanti hari ini layaknya ingin memutar waktu. Setelah sampai di hari yang dijanjikan ingin rasanya waktu berhenti dan membiarkan kami berdua. Tapi hidup harus terus berjalan. Banyak orang di luar sana yang sangat menantikan hari esok untuk mendapatkan keberuntungan maupun kebahagiaan. Namun diriku merasa pedih bila melihat arloji yang terus berputar. Aku hanya ingin disini. Disini bersamamu. Selamanya.

Pagi hari, ketika kuterbangun, kau telah mengatakan akan segera menjemputku. Terlonjak kaget karena hampir tak percaya kita akan bertemu, aku hanya bisa bengong. Aku langsung tersadar, dan segera membalas pesanmu untuk memberiku waktu untuk mempercantik diri. Dan kau memberiku waktu.

Yak, pakaian ku telah rapi. Aku pun telah bersolek. Berharap kau akan memperhatikan tampilanku kali ini yang sangat kau dan aku nantikan sejak lama. Sekarang saatnya menunggu kedatanganmu. Setelanku pink putih, menggambarkan hatiku saat itu yang sedang dimabuk asmara dan ingin segera berbahagia bersama.

Kau datang. Dan kita segera berangkat. Membeli karcis dan menonton film berdua. Wow! Sudah lama sekali aku tak merasakan kebahagiaan seperti ini. Melakukan aktivitas bermalam minggu, walau waktu masih menunjukkan siang hari, seperti layaknya pasangan sejoli biasa. Mungkin kalian menganggap aku berlebihan, bahkan mungkin kau. Tapi inilah perasaanku. Bahagia. Ya, hanya kata itu yang dapat melukiskannya.

115 menit berlalu di ruangan besar dan ber-ac, menonton film. Tidak terasa sudah petang. Terasa perih waktuku hampir habis denganmu. Namun tak kutampakkan wajah sedihku karena aku tak mau kau tau.

Film pun raib ditelan proyektor. Baiklah saatnya kami keluar meninggalkan ruangan gelap ini. Sudah tak sanggup melihat arloji karena kutau waktuku akan habis, layaknya Cinderella yang dikejar-kejar oleh waktu. Namun ceritaku tak seperti Cinderella yang akan berubah kembali menjadi babu, tetapi aku akan berpisah denganmu untuk waktu yang sangat lama, mungkin.

Akhirnya kami berlama-lama bermain dengan waktu hingga tiba di penghujung hari. Kami harus kembali. Ya kembali terpisah oleh jarak.

Dalam perjalanan kembali ke rumahku, ingin rasanya aku berteriak, menangis sekencangnya, dan menarik dirinya kembali ke sisiku. Tapi aku tak mampu melakukannya dengan berbagai alasan.

Ku perlambat langkah kakiku, berharap kau menculikku untuk tetap bersamamu. Akhirnya kau meraih ku kembali. Namun tak menculikku. Hanya memberi kecupan manis dan pelukan hangat. Ingin rasanya bendunganku tak kuat lagi menahan air mata yang akan tumpah. Aku bertahan, dan terus bertahan. Dan akhirnya kami benar-benar terpisah.

Haus akan kasihmu kembali menghantuiku. Virus rindu menyergapku. Hidupku kembali mengharu biru kehilangan kehangatan yang sempat bersemi lama mengiringiku. Aku menginginkan kau, aku rasa kau juga berpendapat sama. Akan tetapi, kita harus bertarung kembali dengan ruang dan waktu.

Ini sungguh menyiksa. Tapi apa daya, aku tak mampu melakukan apa pun. Hanya bisa mencintaimu sepenuh hatiku.

Terima kasih kau menyempatkan waktumu untuk dapat bersamaku. Akan kunantikan kau kembali, dan kita torehkan cerita bahagia kita kembali.

Aku menantimu sepenuh hatiku.

NB: 143


Tidak ada komentar:

Posting Komentar