Senin, 24 Februari 2014

Who is Your Best Friend?

Jikalau ada evaluasi akhir tahun di institusi ini untuk mengetahui apa saja yang didapat selama nyaris empat tahun yang telah dijalani, mungkin jika (lagi-lagi jika) ada pertanyaan yang begitu beragam saya kira yang paling sulit dijawab adalah pertanyaan berikut:

Who is your best friend in this college?
Siapa teman terbaik Anda di kampus ini?

Saya kira membutuhkan waktu lebih dari dua jam untuk memberikan jawaban pada pertanyaan tersebut. Bahkan saya rasa sehari tidaklah cukup.

Kehidupan kampus memang sangat mengajarkan saya bagaimana cara bertahan untuk hidup. Karena jujur saja, walaupun di kampus memang diajarkan para senior untuk membentuk relasi dengan saling berkenalan antar angkatan, tetap saja rasanya di kampus saya sendirian. Istilah mudahnya tiada teman bergantung. Semua punya kesibukan sendiri.

Individualis dan idealis sangat dirasakan ketika saya sudah cukup lama beradaptasi di kampus. Untuk saya sendiri sangat sulit untuk mencari teman yang "klop". Cukup bersyukur masih ada teman yang menganggap saya satu "geng" dengan mereka. Tapi bagi saya, saya masih berada di lingkaran yang berbeda dengan mereka, belum masuk pada lingkaran yang sama. Maaf jika ada yang terluka, tapi memang seperti itulah yang saya rasakan.

Lalu, ke mana saya bercerita, minta tolong, bersuka-duka? Tidak salah lagi, saya mencari sahabat-sahabat lama saya. Sahabat SD, SMP, maupun SMA. Saya masih sangat merasakan mereka ada buat saya.

Beberapa contoh kecil seperti meminjam obeng, saya lebih memilih meminjam teman SMA saya yang jarang bertemu ketimbang dengan teman kampus saya. Ketika ada teman yang sedang mengalami duka, tidak segan saya langsung mengunjungi mereka atau menjenguk mereka di rumah sakit. Dan ketika ada teman saya yang mengadakan selebrasi, semuanya pun berkumpul saling membagi suka cita walau selama ini kami jarang sekali bertemu. Mungkin ini disebabkan karena kami pernah susah senang sama-sama dan rasa saling mengenal itu ada, sehingga timbul kehangatan seperti keluarga.

Namun untuk melaksanakan hal yang sama di area kampus, entah mengapa sangat sulit. Kehangatan yang terjadi di antara saya dan teman-teman saya dahulu selalu jadi perbandingan dengan kondisi saat ini. Sehingga sulit mendapatkan kecocokan dengan teman-teman di sini.

Mungkin jika dilihat saya memang orang yang "supel" mudah masuk di dalam kelompok mana pun. Ya, benar. Hal ini dikarenakan kecocokan tadi. Namun, karena hal tersebutlah sering kali saya sendirian. Ada masa di mana pembagian kelompok selalu kuhadapi dengan hembusan nafas panjang. Entah harus masuk kelompok yang mana jika saya tidak bersuara. Pasti ketika saya bertanya kelompok mereka sudah penuh atau belum ada saja yang menjawab, "Oh belum ada kelompok? Kirain udah sekelompok sama si anu." Dan si anu yang disebutkan selalu bervariasi, akibat dari yang telah saya sebutkan sebelumnya.

Maka dari itu, jika pertanyaan di awal dilontarkan, maaf beribu maaf, saya memang sangat sulit untuk menjawabnya. Harap maklum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar