Selasa, 18 Oktober 2016

Review Produk Bibir Favorit

Halo halo! Tulisan saya kali ini agak sedikit berbeda dari sebelum-sebelumnya. Saya mau memberikan review terhadap barang-barang favorit yang saya pakai. Sebenarnya sih saya tidak begitu jago review barang. Mungkin akan lebih tepat kalau review ini sebagai apresiasi saya dalam menyukai produk-produk ini dan ingin berbagi dengan teman-teman sekalian siapa tahu juga sedang mencari produk yang sesuai dengan apa yang akan saya jabarkan nanti.

Produk-produknya antara lain barang-barang yang saya pakai sehari-hari dan cocok dengan saya saat ini sampai belum ingin pindah ke lain hati. Dari pada menunggu lama, saya mulai ya review produk-produknya. Produk kali ini hanya untuk area bibir saja. Mungkin nanti akan ada rview produk favorit saya lainnya. Karena masih amatiran jadi maafkan ya kalau ada kata yang kurang sreg ^^

1. SMLC Mineral Botanica
Awalnya saya bukan orang yang peduli dengan penampilan. Tapi seiring dengan bertambahnya umur entah mengapa ingin icip-icip dandan sedikit-sedikit. Mulailah saya keluar rumah dengan memakai lipstik. Tapi karena tekstur bibir saya yang kering dan mudah pecah-pecah, saya merasa tidak cocok dengan jenis tipe matte lipstik yang lagi hype banget zaman sekarang. Kan sedih ga bisa mengikuti zaman :( (apa deh, sok muda!) Dan kebetulan banyak matte lipstik yang harganya tidak sesuai kantong mahasiswa. Akhirnya saya mencari-cari dan menemukan SMLC Mineral Botanica ini. Termasuk produk lokal pertama yang mengeluarkan seri smlc. Harganya juga hanya berkisar di angka 50.000,-. Jadi saya coba beli satu yang warna nude no. 5 (Sweet Honey). Ketika saya coba rasanya begitu nyaman dipakai. Ringan, dan aromanya juga enak. Tapi sayangnya shade ini mengaplikasikan ke bibirnya cukup sulit. Satu kali shade tidak langsung menutupi seluruh bagian bibir. Saya juga tidak bisa rapi memakainya. Dan cracking di bibir. Agak disayangkan sih padahal saya sudah jatuh hati. Keanehan lain dari shade ini kalau sudah terlalu lama dipakai menimbulkan warna pink di bibir, saya juga ngga ngerti kenapa bisa demikian. Tapi itu bukan masalah untuk saya.

Karena saya sudah terlanjur nyaman tapi agak sedikit kecewa (bukan dengan gebetan) saya tidak menyerah untuk mencoba beli lagi dengan warna lain. Saya beli shade paling tua saat itu (karena sekarang ada 9 shade baru dan belum hapal warnanya) no. 11 (Merlot). Gara-gara si Merlot ini saya...... JATUH CINTAA!! Benar-benar beda dengan warna nude (atau lebih tepatnya si Sweet Honey karena baru coba itu), si Merlot ini cukup diaplikasikan sekali di bibir warnanya sudah pigmented banget, dan tinggal diratakan ke seluruh bagian bibir. Rasanya juga ringan di bibir dan aromanya pun enak. Pokoknya love banget! Setiap pakai ini selalu ngerasa seksi seksi dewasa gimana gitu deh HAHA. Benar-benar favorit dan recommended banget buat yang mau coba warna tua.

Untuk packaging-nya, ketika pertama kali beli lip cream ini tidak mendapatkan kotak, hanya dibalut dengan plastik. Saya pribadi cukup suka dengan model tabungnya. Berwarna abu-abu gelap dengan tulisan warna putih, tidak terlihat murahan. Dan kita bisa melihat warna lip cream tersebut dari ujung tabung yang transparan. Kalau untuk awet atau tidaknya, lip cream ini tidak termasuk lipen yang tahan lama. Dan juga tidak bisa dibilang transferproof karena masih ada sedikit yang menempel ketika saya coba kecup-kecup di tangan. Tapi over all saya masih cinta banget produk ini :)

Sumber: dokumentasi pribadi
Atas: mosturizer lipstik; bawah: soft matte lip cream

2. Moisturizer Lipstik Mineral Botanica
Masih dengan merek yang sama, saya juga suka pakai mosturizer lipstik dari Mineral Botanica. Alasannya sih karena saya mau yang simpel saja buat sehari-hari dan tidak membuat bibir kering. Pertama kali beli juga sebenarnya saya hanya iseng buat coba-coba. Soalnya pengen juga punya lipen yang melembabkan bibir saya yang super kering. Keisengan saya membuahkan cinta (ealaaah...). Saya tidak salah pilih karena memang lipen ini benar-benar melembabkan bibir saya. Tidak hanya itu, aromanya juga enak. Pokoknya nyaman deh.

Untuk teksturnya lembut di bibir. Tapi memang dia efeknya glossy (kalau kata kakak saya kaya abis makan gorengan.... oke, fine. thank you!). Cuma ga tahu kenapa saya suka banget. Saya lebih memilih ini ketimbang pake lip balm atau lip gloss.

Kelebihan lainnya adalah seperti smlc-nya, pilihan warna yang diberikan lumayan banyak. Jadi masih bisa gaya hanya dengan mosturizer lipstiknya saja. Harganya juga tidak terlalu mahal, tidak jauh berbeda dengan smlc-nya.

Bentuknya saya bilang kaya spidol hahaha. Tapi di bagian bawah ada pemutarnya untuk menyesuaikan tinggi si lipen ketika ingin dipakai. Yang saya tidak suka adalah tutupnya. Tutupnya terbuat dari plastik transparan, yang dapat membuat kita melihat warna si lipen. Tapi sayangnya tutup ini tidak mengunci si tabungnya. Gimana ya jelasinnya... Jadi kalau ditutup dan dimasukkan ke dalam clutch ada kemungkinan terbuka sendiri. Kemungkinan lainnya juga (dan yang saya alami) kalau terlalu bersemangat menutupnya hingga terlalu dalam bisa membuat tutupnya rusak. Biar lebih jelas nanti akan saya berikan fotonya.

Sumber: dokumentasi pribadi
Huhuhu sedih tutupnya rusak :(

Walaupun ada kekurangannya, saya tetap suka mosturizer lipstik Mineral Botanica ini. Karena sangat pas untuk bibir saya yang sangat kering, sehingga bibirnya akan selalu terjaga kelembabannya selama pemakaian.


3. Gulaco Yummy Lip Scrub
bn1
Sumber: https://gulaco.wordpress.com/author/gulaco/
Ini bukan produk lipen. Tapi masih tentang bibir. Berulang kali saya mengungkapkan bahwa tipe bibir saya adalah kering. Tidak cocok untuk menggunakan gincu-gincu matte. Selalu ada saja bagian yang mengelupas karena terlalu kering. Jadi saya pikir apa ya yang bisa mengurangi kulit-kulit bibir saya yang mengelupas ini. Dan saya temukan produk ini.

Gulaco Yummy Lip Scrub ini produk lokal loh. Produk ini gunanya untuk mengangkat sel kulit mati dan membuat bibir menjadi lembut, bersih, dan sehat (berdasarkan webnya gulaco, boleh dicek www.gulaco.net). Bahan yang digunakan organik sehingga aman untuk tubuh, bahkan terdapat tulisan boleh ditelan pada produknya. Untuk pilihannya cukup bervariasi, ada kopi, stroberi, cokelat, ocha, dan madu. Saya coba waktu itu yang kopi. Saya sebenarnya bukan coffee addict, tapi suka sekali dengan aroma kopi.

Setelah sampai dan saya coba, aroma kopinya memang benar-benar kental. Jadi membuat nyaman selama pemakaian. Karena ada tulisan dapat ditelan, saya iseng icip-icip sedikit dan rasanya sama seperti kopi campur gula, pahit tapi manis. Pemakaiannya juga cukup mudah, tinggal basahi bibir lalu baluri dengan Gulaco Yummy Lip Scrub secukupnya, kemudian digosok perlahan searah jarum jam, lalu bilas dengan air.

Hasilnya langsung terasa loh. Bibir terasa lebih lembut dan sehat. Kalau di aturan pakainya sebaiknya setelah melakukan scrub bibir ini dilanjutkan dengan pemakaian lip balm untuk hasil yang lebih baik.

Setelah melakukan scrub bibir, saya mencoba memakai lipstik matte. Dan hasilnya bibir saya juga tidak menjadi kering dalam waktu singkat. Saya jadi nyaman menggunakan lipstik-lipstik matte.

Untuk harganya, satu jar berisi 20 gram seharga Rp 40.000,- yang menurut saya tidak terlalu mahal karena memberikan hasil yang nyata dan dapat dipakai sekitar satu bulan. Karena bahannya organik jadi lip scrub ini tidak bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama. Sebaiknya digunakan secepatnya. Akan tetapi jangan terlalu sering juga melakukan scrub bibir, jika terlalu sering bisa membuat bibir terluka.

Kekurangannya menurut saya hanya satu, yaitu hanya bisa dibeli secara online. Sulit juga jika yang kita punya habis dan harus membeli online terlebih dahulu. Belum lagi mikirin ongkos kirim....


*****


Yap, sekian dulu untuk review produk bibir favorit saya. Nanti kalau ada lagi yang berksesan akan saya bagikan lagi. Atau tidak hanya produk bibir, tapi juga produk lainnya yang sangat saya sukai dan cocok dengan saya. Sampai bertemu lagi di tulisan berikutnya. Ciao! 

Senin, 17 Oktober 2016

Meninggalkan dan Ditinggalkan

Sesungguhnya yang akan saya tuliskan ini tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. Tentang perpisahan. Meninggalkan dan ditinggalkan. Secara nyata dan atau hanya berjarak. Hingga akhirnya terjadi momentum yang membuat saya selalu memikirkan hal ini.

Tahun ini, tepatnya bulan Juni saya ditinggalkan ayah saya. Secara tiba-tiba beliau dijemput Yang Maha Kuasa. Tanpa sakit. Tanpa pesan. Sosok yang selalu mengkhawatirkan saya kapan pun dan di mana pun saya berada kini telah tiada. Sangat, sangat kehilangan itu pasti. Dimulai dari tiada lagi yang membangunkan ketika subuh, tiada lagi yang selalu menelepon setiap jam ketika saya tidak ada di rumah, tiada lagi yang keluar masuk kamar di tengah malam ketika saya tengah menonton televisi sendirian, dan banyak hal lain yang terasa kurang tanpa kehadiran beliau. Lalu bagaimana kelak kehidupan saya berlanjut tanpanya? Siapa yang akan menikahkan saya kelak? Bagaimana anak saya nanti akan mengenal Atuknya?

Bulan Agustus lalu salah satu sahabat saya meninggalkan tanah air untuk meraih gelar master yang sangat dia impikan. Awalnya saya merasa tidak ada yang berbeda dengan kepergiannya ke negeri orang, tapi beberapa hari ini mengingatkan saya bahwa hanya dialah yang dapat melengkapi hobi saya untuk berburu buku serta penulis yang kami sukai. Ini baru ditinggalkan sahabat ke luar negeri saja saya sudah sedih tidak ada lagi yang dapat menemani menekuni hobi saya. Bagaimana jika kelak ia menikah kemudian mengikuti suaminya di mana pun ia tinggal? Saya akan berbagi hobi dengan siapa lagi?

Selain pertanyaan-pertanyaan itu masih banyak lagi pertanyaan yang berkelebatan dalam kepala saya. Pertanyaan-pertanyaan yang terlihat begitu menyedihkan. Dan terlihat kesepian. Mengapa begitu banyak yang saya risaukan. Apakah dengan kepergian mereka hidup saya akan terhenti? Jawabannya tentu tidak. Hal-hal duniawi itu terlalu memakan banyak tenaga untuk dipikirkan. Seharusnya saya tidak ambil pusing dengan hal-hal tersebut. Seharusnya saya bangkit dan mencoba mengatasi segalanya dengan sesuatu yang lain. Yang baru. Yang belum pernah dicoba oleh saya sendiri.

Kehilangan memberi pelajaran untuk saya. Sudah terlihat, karena mereka "hilang" maka saya harus mencoba melakukan segala sesuatu secara mandiri dan terorganisir. Tidak boleh gegabah. Karena yang biasanya selalu ada dan dijadikan tempat bergantung sekarang sudah tiada. Lebih baik mencari cara lain untuk menyelesaikannya dari pada hanya diam tanpa mendapatkan apa-apa.

Kehilangan juga membuat pikiran saya lebih terbuka. Menjadikan saya melihat suatu masalah dari banyak sisi, untuk menemukan jalan keluar terbaik. Oleh karenanya membuat saya menjadi lebih terbuka dengan pendapat orang lain. Tidak hanya sekadar masuk telinga dan membiarkan informasi tersebut mengendap di dalam otak tanpa ada penjelasan lainnya. Mungkin ini juga yang membuat saya menjadi lebih tenang dalam menyikapi suatu masalah. Karena untuk mewadahi berbagai macam berita di luar sana tanpa pengendalian diri juga emosi hanya akan membuat terlihat seperti orang pintar tapi bodoh. Itu hanya sebutan buatan saya saja. Maksud dari sebutan itu untuk orang-orang yang begitu paham dengan apa yang mereka ungkapkan namun tidak dapat menyikapi atau pun menerima pendapat orang lain, yang belum tentu salah atau pun belum tentu benar.

Intinya, ditinggalkan memberikan banyak pelajaran untuk saya. Dan saya tidak ingin pelajaran ini hanya saya saja yang menerima. Saya juga ingin orang di sekitar saya mendapatkan hal yang sama. Untuk itu saya menerapkan kepada orang lain untuk merasakan bila saya meninggalkan mereka, atau bila saya tidak ada, apa yang akan mereka lakukan. Memang cara ini terlihat aneh. Tapi jujur ini sulit untuk diterapkan kepada orang yang terbiasa bergantung dengan orang terdekatnya. Dengan membiasakan mengajarkan konsep ini akan membuat orang tersebut akan berupaya mencari cara lain untuk dapat menyelesaikan suatu hal tanpa bantuan dari orang yang biasanya dijadikan tempat bergantung. Mengapa ini perlu? Karena menurut saya jika kita tidak terlalu bergantung kepada orang lain akan meningkatkan efisiensi waktu yang kita gunakan. Waktu yang biasanya kita gunakan untuk menunggu orang lain membantu kita dapat kita gunakan untuk menyelesaikan persoalan yang ada dengan cara atau bantuan lainnya.

Setidaknya meninggalkan dan ditinggalkan sekarang tidak lagi hanya meninggalkan rasa sedih di dalam hati. Namun lebih banyak pelajaran yang bisa diambil untuk lebih bersemangat dalam menghadapi hidup ini lebih baik dari yang sebelumnya. Biarkan kenangan menjadi pengalaman tapi jangan membuat kita mati dalam berangan.