Rabu, 21 November 2012

Terlalu Perhatian, Terlanjur Sayang

Dua sifat yang ada di dalam diri saya yang jujur saja terkadang mengganggu kehidupan saya. Entah mengapa kedua sifat tersebut sangat lengket dengan saya. Terkadang ingin rasanya menjadi manusia super cuek yang tak peduli dengan lingkungan yang ingin berkata apa.

Salah satu alasan yang menyebabkan betapa inginnya saya mengenyahkan kedua sifat tersebut adalah karena dapat menyebabkan penyakit untuk diri saya. Ya, benar sekali. Jawabannya penyakit hati. Sakit hati.
Sering kali sifat ini berhubungan dengan teman laki-laki saya, yang dapat dikatakan cukup dekat dengan saya. Awalnya kami (atau mungkin hanya saya) hanyalah teman dekat, teman sepermainan, teman ngobrol, teman bercanda, dan teman lain-lain. Akibat dari hubungan yang begitu mengasyikkan hari-hari saya ini membuat kedekatan kami semakin intens, bahkan bisa dikatakan tidak selayaknya seorang laki-laki dan perempuan bersahabat hingga mencapai fase itu. Fase dimana mereka mulai menanyakan keseharianmu hingga tidak mengenal waktu. Maksudnya adalah obrolan kami akan terus berlanjut hingga hari-hari berikutnya hanya dengan pertanyaan seperti "Lagi ngapain?" atau bahkan "Lo ga kangen sama gue?"

Dan tidak hanya berhenti sampai disitu. Ketika berhubungan melalui media tulis atau pun lisan, cara kami berbicara antara satu sama lain berubah, menjadi bahasa baku "aku kamu". Entah apa kata orang ketika mengetahui percakapan kami yang seperti ini, percakapan yang digunakan untuk dua sejoli menjalin cinta, cinta bersemi dari SMA (kenapa jadi Galih dan Ratna?). Percakapan tak wajar apabila dikatakan kami hanya bersahabat.

Lalu, mengapa saya tidak suka? Bagaimana saya bisa suka dengan sifat ini bila lama-lama melibatkan hati. Syukur banget saat ini sedang tak punya kekasih, sedangkan dulu.... Yaaaa yang dulu sudah lewat, tak usah dibahas kembali. Hmm tapi setelah dipikir-pikir, saat dulu punya kekasih dan saat itu kondisinya sedang diambang ketidaknyamanan dengan sang lelaki, saya menceritakan kepada salah satu "sahabat" saya ini dan tahukah Anda semua apa yang dia katakan kepada saya? Dia menawarkan diri untuk jadi selingkuhan saya. Daaaaaafffffffu..... (ga boleh ngomong yang aneh-aneh yu!)

Kalau yang sebelumnya ini mungkin memang agak ekstrim tapi memang seperti itulah kenyataannya. Maka dari itu rasanya ingin sekali menjadi orang super cuek luar biasa agar tidak menaruh perhatian kepada orang lain, apalagi saking perhatiannya hingga menimbulkan rasa sayang (inget loh sayang, bukan cinta). Sedangkan saya adalah kebalikannya .____.

Sudah terlalu banyak yang saya sayangi, namun jujur saja rasanya hal itu hanya menambah beban saya dikarenakan orang-orang tersebut juga tidak terlalu mempedulikan saya. Walaupun judulnya sahabat, tapi kalian cukup pintar kan untuk memahami bagaimana berteman dengan lelaki yang dekat sekalipun, tetap saja masih banyak bumbu cueknya. Seperti melakukan hal yang sia-sia. Dan terkadang rasa sayang ini terlanjur mengembang hingga menutupi separuh hati dan membuat sedikit buta.

Seperti halnya orang buta, saya sama sekali tidak mengetahui bagaimana respon atau pendapat mereka sendiri tentang saya. Ingin sekali bertanya dan mengungkapkan segala-galanya namun takut hanya membuat persahabatan tersebut rusak. Serba salah.